Bilangan Oksidasi: Konsep, Aturan, dan Penerapan Lengkap
Pendahuluan: Memahami Bilangan Oksidasi
Dalam dunia kimia, kita sering berhadapan dengan berbagai macam reaksi dan senyawa yang menunjukkan perilaku berbeda. Untuk dapat memahami dan memprediksi bagaimana atom-atom akan berinteraksi, para ilmuwan mengembangkan berbagai konsep, salah satunya adalah bilangan oksidasi. Konsep ini adalah salah satu alat fundamental yang sangat penting dalam kimia, khususnya dalam studi tentang reaksi redoks (reduksi-oksidasi), penamaan senyawa, dan bahkan dalam memahami struktur molekul.
Secara sederhana, bilangan oksidasi (sering disingkat BO) adalah angka yang menunjukkan muatan hipotetis yang akan dimiliki sebuah atom jika semua ikatannya bersifat ionik sempurna. Meskipun ini adalah konsep teoretis, ia memberikan cara yang sistematis untuk melacak transfer atau distribusi elektron dalam suatu senyawa atau reaksi. Penguasaan konsep bilangan oksidasi memungkinkan kita untuk:
- Mengidentifikasi apakah suatu reaksi adalah reaksi redoks, yaitu reaksi yang melibatkan transfer elektron.
- Menentukan spesies mana yang teroksidasi (kehilangan elektron) dan mana yang tereduksi (memperoleh elektron).
- Menentukan agen pengoksidasi (oksidator) yang menyebabkan oksidasi pada zat lain, dan agen pereduksi (reduktor) yang menyebabkan reduksi pada zat lain.
- Menyetarakan persamaan reaksi redoks yang kompleks, memastikan keseimbangan massa dan muatan.
- Menamai senyawa kimia dengan benar, terutama senyawa yang melibatkan unsur dengan lebih dari satu bilangan oksidasi yang mungkin, seperti logam transisi.
- Memahami polaritas ikatan dan sifat-sifat kimia suatu zat, karena BO mencerminkan kecenderungan suatu atom untuk menarik atau melepaskan elektron.
Artikel ini akan membahas secara mendalam semua aspek bilangan oksidasi, mulai dari definisi dasar yang jelas, aturan-aturan penentuannya yang krusial dengan banyak contoh, hingga berbagai aplikasinya dalam berbagai cabang kimia. Dengan pemahaman yang komprehensif, Anda akan mampu mengaplikasikan konsep ini untuk memecahkan berbagai masalah kimia yang relevan, baik di bangku sekolah maupun dalam konteks ilmiah yang lebih luas.
Konsep Dasar Bilangan Oksidasi
Apa Itu Bilangan Oksidasi?
Bilangan oksidasi, juga dikenal sebagai tingkat oksidasi, adalah nilai numerik yang diberikan kepada sebuah atom dalam suatu molekul atau ion. Nilai ini merepresentasikan jumlah elektron yang hilang, diperoleh, atau berbagi secara tidak merata oleh atom tersebut dibandingkan dengan keadaannya sebagai unsur bebas. Konsep ini didasarkan pada asumsi bahwa ikatan antara atom-atom adalah ionik sempurna, meskipun dalam kenyataannya, banyak ikatan bersifat kovalen dengan tingkat polaritas yang bervariasi.
- Jika suatu atom kehilangan elektron (atau elektron valensinya ditarik menjauh oleh atom lain yang lebih elektronegatif), bilangan oksidasinya menjadi positif. Semakin banyak elektron yang "hilang", semakin positif BO-nya. Misalnya, dalam Na⁺, BO Na adalah +1 karena kehilangan satu elektron.
- Jika suatu atom memperoleh elektron (atau elektronnya ditarik ke arahnya oleh atom lain yang kurang elektronegatif), bilangan oksidasinya menjadi negatif. Semakin banyak elektron yang "diperoleh", semakin negatif BO-nya. Contohnya, dalam Cl⁻, BO Cl adalah -1 karena memperoleh satu elektron.
- Jika tidak ada transfer atau penarikan elektron yang signifikan, seperti dalam molekul unsur murni atau ketika atom berbagi elektron secara merata, bilangan oksidasinya bisa nol. Contohnya, dalam O₂ atau Cu padat, BO O dan Cu masing-masing adalah 0.
Penting untuk diingat bahwa bilangan oksidasi adalah konsep formal dan hipotetis. Ia tidak selalu mencerminkan muatan sebenarnya pada atom, terutama dalam senyawa kovalen. Misalnya, karbon dalam metana (CH₄) memiliki BO -4, tetapi atom karbon tidak memiliki muatan -4 yang sebenarnya. Namun, ia adalah alat akuntansi elektron yang sangat efektif untuk melacak perubahan kimia.
Perbedaan Bilangan Oksidasi dan Valensi
Seringkali bilangan oksidasi disamakan dengan valensi (daya gabung), padahal keduanya memiliki makna yang berbeda, meskipun saling terkait dan seringkali memiliki nilai numerik yang sama dalam kasus-kasus tertentu. Memahami perbedaan ini sangat penting untuk menghindari kebingungan:
- Valensi (Daya Gabung): Mengacu pada jumlah ikatan yang dapat dibentuk oleh suatu atom. Valensi selalu bernilai positif (jumlah ikatan tidak bisa negatif) dan biasanya tidak memiliki tanda (misalnya, karbon memiliki valensi 4 dalam CH₄, oksigen memiliki valensi 2 dalam H₂O). Valensi lebih menggambarkan kapasitas pengikatan atom dan kemampuan atom untuk berbagi atau menerima elektron untuk membentuk ikatan.
- Bilangan Oksidasi: Mengacu pada muatan hipotetis yang akan dimiliki atom jika semua ikatannya dipandang sebagai ionik. Bilangan oksidasi dapat bernilai positif, negatif, atau nol. Ia memberikan informasi tentang arah transfer elektron dan sejauh mana suatu atom "kehilangan" atau "mendapatkan" elektron.
Contoh: Dalam air (H₂O), oksigen memiliki valensi 2 (membentuk dua ikatan dengan hidrogen) dan bilangan oksidasi -2. Dalam hidrogen peroksida (H₂O₂), oksigen masih memiliki valensi 2 (membentuk dua ikatan, satu dengan H dan satu dengan O lain), tetapi bilangan oksidasinya adalah -1. Perbedaan ini menunjukkan mengapa bilangan oksidasi adalah alat yang lebih nuansa untuk memahami kimia redoks dan distribusi elektron.
Signifikansi Bilangan Oksidasi dalam Kimia
Penggunaan bilangan oksidasi sangat luas dan vital dalam berbagai aspek kimia, menjadikannya salah satu pilar pemahaman dalam bidang ini:
- Reaksi Redoks: Ini adalah aplikasi paling mendasar dan paling sering. Perubahan bilangan oksidasi adalah penanda utama reaksi redoks. Peningkatan BO berarti oksidasi (pelepasan elektron), sedangkan penurunan BO berarti reduksi (penerimaan elektron). Ini memungkinkan kita untuk mengidentifikasi reaksi redoks dan menentukan spesies yang terlibat.
- Penamaan Senyawa: Sistem nomenklatur IUPAC sering menggunakan bilangan oksidasi, terutama untuk logam transisi yang dapat memiliki berbagai muatan (misalnya, Fe²⁺ vs. Fe³⁺). Penggunaan angka Romawi dalam tanda kurung (misalnya, Besi(II) klorida dan Besi(III) klorida) secara langsung merujuk pada bilangan oksidasi logam tersebut, menghilangkan ambiguitas.
- Prediksi Reaktivitas dan Stabilitas: Unsur-unsur cenderung bereaksi untuk mencapai bilangan oksidasi yang stabil. Misalnya, logam alkali (Golongan 1) memiliki kecenderungan kuat untuk membentuk ion dengan BO +1 karena mereka hanya perlu melepaskan satu elektron untuk mencapai konfigurasi gas mulia. Senyawa dengan unsur pada BO ekstrem (sangat tinggi atau sangat rendah) cenderung lebih reaktif sebagai oksidator atau reduktor.
- Kimia Elektromolekuler: Perhitungan potensial sel elektrokimia (misalnya, dalam baterai) dan analisis proses elektrolisis (misalnya, dalam pelapisan logam) sangat bergantung pada konsep transfer elektron yang diwakili oleh bilangan oksidasi. BO membantu dalam menyusun setengah reaksi oksidasi dan reduksi yang benar.
- Struktur Molekul dan Geometri: Meskipun tidak langsung menentukan geometri, bilangan oksidasi dapat memberikan petunjuk tentang distribusi muatan dan bahkan mempengaruhi geometri molekul dalam kasus-kasus tertentu dengan mempengaruhi tolakan pasangan elektron bebas atau ikatan. Misalnya, perbedaan BO pada atom pusat dapat mengubah polaritas molekul dan, secara tidak langsung, geometrinya.
- Identifikasi Asam dan Basa: Dalam konteks tertentu, bilangan oksidasi dapat berkorelasi dengan kekuatan asam atau basa suatu senyawa. Semakin tinggi bilangan oksidasi atom pusat dalam asam oksi, semakin kuat asamnya (misalnya, HClO₄ vs. HClO).
Dengan demikian, menguasai aturan-aturan penentuan bilangan oksidasi adalah langkah pertama yang krusial bagi setiap pelajar kimia, membuka pintu untuk pemahaman yang lebih dalam tentang dunia materi dan transformasinya.
Aturan Penentuan Bilangan Oksidasi
Untuk dapat menentukan bilangan oksidasi sebuah atom dalam senyawa atau ion, kita perlu mengikuti serangkaian aturan yang telah ditetapkan. Aturan-aturan ini memiliki hierarki, artinya aturan yang lebih tinggi atau lebih spesifik harus diprioritaskan jika ada konflik atau jika satu atom dapat memiliki beberapa kemungkinan bilangan oksidasi. Mari kita bahas satu per satu secara detail, dengan contoh untuk memperjelas setiap aturan.
1. Bilangan Oksidasi Unsur Bebas = 0
Atom dalam bentuk unsur bebasnya, yaitu tidak terikat dengan atom lain baik dari jenis yang sama maupun jenis yang berbeda, selalu memiliki bilangan oksidasi nol. Ini karena tidak ada transfer atau penarikan elektron yang terjadi, dan atom berada dalam keadaan netralnya.
- Contoh: H₂ (gas hidrogen), O₂ (gas oksigen), N₂ (gas nitrogen), Cl₂ (gas klorin), S₈ (sulfur belerang), P₄ (fosfor putih), Fe (besi padat), Cu (tembaga padat), C (karbon dalam bentuk grafit atau intan), Ne (gas neon).
- Dalam H₂, kedua atom hidrogen berbagi elektron secara merata.
- Dalam Fe, setiap atom besi berada dalam keadaan paling netralnya, tanpa kehilangan atau perolehan elektron.
Pembahasan:
- O₂ adalah molekul unsur. Setiap atom oksigen dalam O₂ memiliki BO = 0.
- Na adalah unsur logam bebas. Atom natrium dalam Na memiliki BO = 0.
2. Bilangan Oksidasi Ion Monoatomik = Muatan Ion
Untuk ion yang hanya terdiri dari satu jenis atom (monoatomik), bilangan oksidasinya sama dengan muatan ion tersebut. Ini karena muatan ion tersebut secara langsung mencerminkan jumlah elektron yang telah hilang atau diperoleh atom tersebut.
- Contoh: Na⁺, K⁺, Mg²⁺, Al³⁺, Cl⁻, S²⁻, N³⁻, Fe²⁺, Fe³⁺.
- Dalam Na⁺, atom natrium telah kehilangan satu elektron, sehingga BO-nya adalah +1.
- Dalam O²⁻, atom oksigen telah mendapatkan dua elektron, sehingga BO-nya adalah -2.
- Dalam Fe³⁺, atom besi telah kehilangan tiga elektron, sehingga BO-nya adalah +3.
Pembahasan:
- Fe³⁺ adalah ion monoatomik. Oleh karena itu, BO Fe = +3.
- Br⁻ adalah ion monoatomik. Oleh karena itu, BO Br = -1.
3. Bilangan Oksidasi Logam Golongan IA, IIA, dan III (khusus Al)
Unsur-unsur logam dari golongan utama ini memiliki bilangan oksidasi yang sangat konsisten dalam hampir semua senyawanya karena kecenderungan mereka yang kuat untuk kehilangan elektron valensinya.
- Logam Golongan IA (Alkali): Dalam semua senyawanya, logam-logam ini selalu memiliki bilangan oksidasi +1 (Li, Na, K, Rb, Cs, Fr). Mereka hanya memiliki satu elektron valensi yang mudah dilepaskan.
- Contoh: NaCl (Na = +1), K₂O (K = +1), LiF (Li = +1), NaOH (Na = +1).
- Logam Golongan IIA (Alkali Tanah): Dalam semua senyawanya, logam-logam ini selalu memiliki bilangan oksidasi +2 (Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra). Mereka memiliki dua elektron valensi yang cenderung dilepaskan.
- Contoh: CaCl₂ (Ca = +2), MgO (Mg = +2), BaSO₄ (Ba = +2), Mg(OH)₂ (Mg = +2).
- Aluminium (Al): Dalam semua senyawanya, aluminium selalu memiliki bilangan oksidasi +3. Ini karena Al memiliki tiga elektron valensi yang cenderung dilepaskan.
- Contoh: AlCl₃ (Al = +3), Al₂O₃ (Al = +3), Al(OH)₃ (Al = +3).
4. Bilangan Oksidasi Hidrogen (H)
Hidrogen menunjukkan dua kemungkinan bilangan oksidasi, tergantung pada atom yang berikatan dengannya.
Hidrogen biasanya memiliki bilangan oksidasi +1 dalam sebagian besar senyawanya, terutama ketika berikatan dengan non-logam yang lebih elektronegatif (seperti O, Cl, N, C).
- Contoh: H₂O (H = +1), HCl (H = +1), CH₄ (H = +1), NH₃ (H = +1), H₂SO₄ (H = +1).
Pengecualian: Dalam hidrida logam (senyawa hidrogen dengan logam yang lebih elektropositif, terutama logam Golongan IA dan IIA), hidrogen memiliki bilangan oksidasi -1. Dalam kasus ini, hidrogen bertindak sebagai anion hidrida (H⁻) karena logam lebih cenderung melepaskan elektron dibandingkan hidrogen.
- Contoh: NaH (H = -1), CaH₂ (H = -1), LiH (H = -1).
Pembahasan:
- Dalam H₂SO₄, H terikat dengan non-logam (O). BO H = +1.
- Dalam LiH, H terikat dengan logam alkali (Li). BO H = -1.
5. Bilangan Oksidasi Oksigen (O)
Oksigen adalah unsur yang sangat elektronegatif, sehingga dalam sebagian besar senyawanya, oksigen memiliki bilangan oksidasi -2. Ini adalah aturan umum yang paling sering digunakan.
- Contoh: H₂O (O = -2), CO₂ (O = -2), Na₂SO₄ (O = -2), Fe₂O₃ (O = -2).
Namun, oksigen memiliki beberapa pengecualian penting yang harus diperhatikan:
- Peroksida: Dalam senyawa yang mengandung gugus peroksida (-O-O-), seperti hidrogen peroksida (H₂O₂) atau natrium peroksida (Na₂O₂), setiap atom oksigen memiliki bilangan oksidasi -1. Ini terjadi karena ikatan tunggal O-O, di mana setiap O berbagi satu elektron dengan O lainnya dan menerima satu dari atom lain.
- Superoksida: Dalam senyawa superoksida (mengandung ion O₂⁻), seperti kalium superoksida (KO₂), oksigen memiliki bilangan oksidasi -1/2 per atom oksigen. Ini adalah nilai rata-rata.
- Ozonida: Dalam senyawa ozonida (mengandung ion O₃⁻), seperti kalium ozonida (KO₃), oksigen memiliki bilangan oksidasi -1/3 per atom oksigen. Ini juga merupakan nilai rata-rata.
- Senyawa dengan Fluor: Fluor (F) adalah unsur paling elektronegatif di tabel periodik. Oleh karena itu, ketika oksigen berikatan dengan fluor, oksigen akan memiliki bilangan oksidasi positif. Contohnya, dalam difluorida oksigen (OF₂), oksigen memiliki BO +2 (karena F selalu -1, dan ada dua atom F).
Pembahasan:
- Dalam H₂O, O adalah -2 (aturan umum).
- Dalam H₂O₂, ini adalah peroksida. Kita tahu H adalah +1. Menggunakan aturan penjumlahan BO = 0: (2 × BO H) + (2 × BO O) = 0 → (2 × +1) + (2 × BO O) = 0 → 2 + 2(BO O) = 0 → 2(BO O) = -2 → BO O = -1.
- Dalam OF₂, kita tahu F selalu -1 (aturan selanjutnya). Menggunakan aturan penjumlahan BO = 0: BO O + (2 × BO F) = 0 → BO O + (2 × -1) = 0 → BO O - 2 = 0 → BO O = +2.
6. Bilangan Oksidasi Halogen (F, Cl, Br, I)
Fluor (F) adalah unsur paling elektronegatif, sehingga dalam semua senyawanya, fluor selalu memiliki bilangan oksidasi -1. Ini adalah aturan yang sangat kuat dan tidak ada pengecualian.
Klor (Cl), Brom (Br), dan Iodin (I) (halogen lainnya) biasanya memiliki bilangan oksidasi -1 dalam senyawanya ketika berikatan dengan atom yang kurang elektronegatif atau hidrogen.
- Contoh: NaCl (Cl = -1), KBr (Br = -1), HI (I = -1).
Pengecualian: Ketika Cl, Br, atau I berikatan dengan oksigen (O) atau dengan halogen lain yang lebih elektronegatif (misalnya Cl dengan F, atau Br dengan Cl), bilangan oksidasinya bisa positif. Ini karena oksigen dan fluor lebih elektronegatif dari Cl, Br, dan I, sehingga mereka akan menarik elektron dari halogen tersebut.
- Contoh: Dalam HClO (asam hipoklorit), BO Cl = +1. Dalam KClO₃ (kalium klorat), BO Cl = +5. Dalam ICl₃, I memiliki BO +3 (karena Cl lebih elektronegatif dari I).
Pembahasan:
- Dalam HCl, H adalah +1 (aturan H). Agar jumlah BO = 0, BO Cl = -1.
- Dalam KClO₃, K adalah +1 (aturan Gol. IA) dan O adalah -2 (aturan umum O).
Untuk senyawa netral, total BO = 0:
BO K + BO Cl + (3 × BO O) = 0
+1 + BO Cl + (3 × -2) = 0
+1 + BO Cl - 6 = 0
BO Cl - 5 = 0
BO Cl = +5.
7. Jumlah Bilangan Oksidasi dalam Senyawa Netral = 0
Untuk senyawa yang tidak bermuatan (netral), jumlah total bilangan oksidasi semua atom penyusunnya harus sama dengan nol. Ini adalah prinsip konservasi muatan dalam molekul netral.
Pembahasan:
Kita tahu BO H = +1 (aturan 4) dan BO O = -2 (aturan 5). Senyawa ini netral, jadi jumlah BO = 0.
(2 × BO H) + BO S + (4 × BO O) = 0
(2 × +1) + BO S + (4 × -2) = 0
+2 + BO S - 8 = 0
BO S - 6 = 0
BO S = +6.
8. Jumlah Bilangan Oksidasi dalam Ion Poliatomik = Muatan Ion
Untuk ion yang terdiri dari dua atau lebih jenis atom (ion poliatomik), jumlah total bilangan oksidasi semua atom penyusunnya harus sama dengan muatan ion tersebut. Ini adalah perluasan dari prinsip konservasi muatan untuk spesies bermuatan.
Pembahasan:
Kita tahu BO O = -2 (aturan 5). Muatan ion adalah -1.
BO N + (3 × BO O) = -1
BO N + (3 × -2) = -1
BO N - 6 = -1
BO N = -1 + 6
BO N = +5.
Pembahasan:
Kita tahu BO O = -2. Muatan ion adalah -1.
BO Mn + (4 × BO O) = -1
BO Mn + (4 × -2) = -1
BO Mn - 8 = -1
BO Mn = -1 + 8
BO Mn = +7.
Ringkasan Urutan Prioritas Aturan Penentuan Bilangan Oksidasi
Saat menerapkan aturan-aturan ini, penting untuk diingat hierarkinya. Umumnya, aturan yang lebih spesifik atau terkait dengan unsur yang sangat elektronegatif memiliki prioritas lebih tinggi. Berikut adalah urutan prioritas yang biasa digunakan untuk mempermudah perhitungan:
- Unsur bebas: BO = 0. (Contoh: H₂, Fe)
- Ion monoatomik: BO = muatan ion. (Contoh: Na⁺ = +1, Cl⁻ = -1)
- Fluor (F): Selalu BO = -1 dalam senyawanya (karena paling elektronegatif).
- Logam Golongan IA: Selalu BO = +1 dalam senyawanya (Li, Na, K, Rb, Cs).
- Logam Golongan IIA: Selalu BO = +2 dalam senyawanya (Be, Mg, Ca, Sr, Ba).
- Aluminium (Al): Selalu BO = +3 dalam senyawanya.
- Hidrogen (H): Umumnya BO = +1, kecuali dalam hidrida logam (misal NaH), BO = -1.
- Oksigen (O): Umumnya BO = -2, kecuali dalam peroksida (-1), superoksida (-1/2), ozonida (-1/3), atau dengan fluor (misal OF₂, BO = +2).
- Halogen lainnya (Cl, Br, I): Umumnya BO = -1, kecuali berikatan dengan O atau halogen yang lebih elektronegatif, di mana BO bisa positif.
- Jumlah BO dalam senyawa netral = 0.
- Jumlah BO dalam ion poliatomik = muatan ion.
Penerapan Bilangan Oksidasi dalam Kimia
Setelah memahami konsep dan aturan penentuan bilangan oksidasi, kini saatnya melihat bagaimana konsep ini diaplikasikan dalam berbagai aspek kimia. Penerapan yang paling menonjol adalah dalam reaksi redoks, penamaan senyawa, dan pemahaman tentang sifat-sifat kimia.
1. Reaksi Redoks (Reduksi-Oksidasi)
Reaksi redoks adalah jenis reaksi kimia di mana terjadi perubahan bilangan oksidasi pada atom-atom yang terlibat. Ini berarti ada transfer elektron antara spesies kimia. Bilangan oksidasi adalah kunci untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menyetarakan reaksi ini.
Definisi Oksidasi dan Reduksi Berdasarkan Bilangan Oksidasi
Definisi modern oksidasi dan reduksi secara langsung terkait dengan perubahan bilangan oksidasi:
- Oksidasi: Proses di mana suatu atom kehilangan elektron, menyebabkan peningkatan bilangan oksidasinya. Contoh: dari 0 menjadi +2, atau dari +1 menjadi +3.
- Reduksi: Proses di mana suatu atom memperoleh elektron, menyebabkan penurunan bilangan oksidasinya. Contoh: dari +2 menjadi 0, atau dari +7 menjadi +2.
Oksidasi: BO ↑ (Bilangan Oksidasi Meningkat)
Reduksi: BO ↓ (Bilangan Oksidasi Menurun)
Oksidator dan Reduktor
Dalam setiap reaksi redoks, harus selalu ada spesies yang teroksidasi dan spesies yang tereduksi. Kedua proses ini tidak dapat terjadi secara terpisah.
- Oksidator (Agen Pengoksidasi): Spesies yang menyebabkan oksidasi pada spesies lain, dan dirinya sendiri mengalami reduksi (BO-nya menurun). Oksidator adalah penerima elektron. Mereka "mengambil" elektron dari spesies lain.
- Reduktor (Agen Pereduksi): Spesies yang menyebabkan reduksi pada spesies lain, dan dirinya sendiri mengalami oksidasi (BO-nya meningkat). Reduktor adalah donor elektron. Mereka "memberikan" elektron ke spesies lain.
Contoh Reaksi Redoks dan Penentuan BO
Mari kita analisis beberapa reaksi untuk mengidentifikasi oksidasi, reduksi, oksidator, dan reduktor secara konkret.
Pembahasan:
1. Tentukan BO setiap unsur dalam reaktan dan produk:
- Zn (unsur bebas): BO = 0
- CuSO₄: Senyawa ionik yang terdiri dari ion Cu²⁺ dan ion sulfat SO₄²⁻. BO O = -2, BO S = +6 (dalam ion SO₄²⁻). BO Cu = +2.
- ZnSO₄: Senyawa ionik yang terdiri dari ion Zn²⁺ dan ion sulfat SO₄²⁻. BO O = -2, BO S = +6. BO Zn = +2.
- Cu (unsur bebas): BO = 0
- Untuk Zn: dari 0 (dalam Zn(s)) menjadi +2 (dalam ZnSO₄). Ini adalah peningkatan BO → Oksidasi.
- Untuk Cu: dari +2 (dalam CuSO₄) menjadi 0 (dalam Cu(s)). Ini adalah penurunan BO → Reduksi.
- Untuk S dan O (dalam ion SO₄²⁻): Bilangan oksidasi S (+6) dan O (-2) tidak berubah selama reaksi ini. Ion sulfat adalah ion spektator.
- Zat yang mengalami oksidasi adalah Zn → Oleh karena itu, Zn adalah Reduktor (karena ia mereduksi Cu²⁺).
- Zat yang mengalami reduksi adalah Cu²⁺ (dari CuSO₄) → Oleh karena itu, CuSO₄ (atau lebih tepatnya Cu²⁺) adalah Oksidator (karena ia mengoksidasi Zn).
Pembahasan:
Untuk reaksi yang lebih kompleks, kita fokus pada unsur-unsur yang cenderung mengalami perubahan BO, yaitu biasanya logam transisi atau non-logam di ion poliatomik. Unsur-unsur seperti K, Na, Golongan IIA, H, dan O (dalam kondisi standar) seringkali mempertahankan BO mereka, kecuali ada pengecualian yang jelas. 1. Tentukan BO unsur yang mungkin berubah:
- Dalam KMnO₄: K = +1 (Gol. IA), O = -2 (umum). Untuk Mn: (+1) + BO Mn + (4 × -2) = 0 → BO Mn - 7 = 0 → BO Mn = +7.
- Dalam FeSO₄: Terdiri dari Fe²⁺ dan SO₄²⁻. BO Fe = +2. (Ion sulfat, SO₄²⁻, tidak berubah BO S = +6, O = -2).
- Dalam H₂SO₄: H = +1, O = -2, S = +6 (tidak berubah).
- Dalam K₂SO₄: K = +1, O = -2, S = +6 (tidak berubah).
- Dalam MnSO₄: Terdiri dari Mn²⁺ dan SO₄²⁻. BO Mn = +2.
- Dalam Fe₂(SO₄)₃: Terdiri dari (Fe³⁺)₂ dan (SO₄²⁻)₃. Untuk menyeimbangkan muatan 2(Fe) + 3(-2) = 0, 2(Fe) - 6 = 0, Fe = +3. BO Fe = +3.
- Dalam H₂O: H = +1, O = -2 (tidak berubah).
- Untuk Mn: dari +7 (dalam KMnO₄) menjadi +2 (dalam MnSO₄). Ini adalah penurunan BO (7 → 2) → Reduksi.
- Untuk Fe: dari +2 (dalam FeSO₄) menjadi +3 (dalam Fe₂(SO₄)₃). Ini adalah peningkatan BO (2 → 3) → Oksidasi.
- Ion MnO₄⁻ (dari KMnO₄) mengalami reduksi → Oleh karena itu, KMnO₄ adalah Oksidator.
- Ion Fe²⁺ (dari FeSO₄) mengalami oksidasi → Oleh karena itu, FeSO₄ adalah Reduktor.
Penyetaraan Reaksi Redoks Metode Perubahan Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi adalah alat yang ampuh untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks yang seringkali rumit. Metode ini memastikan bahwa jumlah elektron yang dilepaskan selama oksidasi sama dengan jumlah elektron yang diterima selama reduksi, yang merupakan prinsip dasar konservasi elektron dalam reaksi redoks. Berikut adalah langkah-langkah umumnya:
- Tentukan Bilangan Oksidasi untuk semua atom dalam reaktan dan produk.
- Identifikasi atom-atom yang mengalami perubahan BO.
- Hitung perubahan total BO untuk setiap spesies yang teroksidasi dan tereduksi. Perhatikan jumlah atom dari elemen yang sama (misalnya, jika Fe₂O₃ tereduksi menjadi Fe, BO Fe berubah dari +3 menjadi 0, dan ada 2 atom Fe, jadi perubahan totalnya adalah 2 × |0 - (+3)| = 6).
- Samakan perubahan BO dengan mengalikan koefisien yang sesuai untuk reaktan dan produk yang relevan. Jumlah total peningkatan BO harus sama dengan jumlah total penurunan BO.
- Setarakan atom selain O dan H. Pastikan semua atom selain oksigen dan hidrogen seimbang di kedua sisi persamaan.
- Setarakan Oksigen (O) dengan menambahkan molekul H₂O ke sisi yang kekurangan atom oksigen.
- Setarakan Hidrogen (H) dengan menambahkan ion H⁺ (untuk suasana asam) atau molekul H₂O dan ion OH⁻ (untuk suasana basa) ke sisi yang kekurangan atom hidrogen.
- Suasana Asam: Tambahkan H⁺ untuk menyetarakan H.
- Suasana Basa: Tambahkan H₂O ke sisi yang kekurangan H, lalu tambahkan OH⁻ ke sisi yang berlawanan untuk setiap H₂O yang ditambahkan.
- Periksa muatan untuk memastikan keseimbangan. Jumlah muatan total di sisi reaktan harus sama dengan jumlah muatan total di sisi produk.
Pembahasan:
1. Tentukan BO:
- MnO₄⁻: O = -2. BO Mn + 4(-2) = -1 → BO Mn = +7.
- C₂O₄²⁻: O = -2. 2(BO C) + 4(-2) = -2 → 2(BO C) - 8 = -2 → 2(BO C) = +6 → BO C = +3.
- Mn²⁺: BO Mn = +2.
- CO₂: O = -2. BO C + 2(-2) = 0 → BO C = +4.
- Mn: dari +7 menjadi +2. Penurunan 5 satuan. (Reduksi)
- C: dari +3 menjadi +4. Peningkatan 1 satuan per atom C. Karena ada 2 atom C dalam C₂O₄²⁻, total peningkatan BO adalah 2 × 1 = 2 satuan. (Oksidasi)
- Perubahan BO Mn = 5.
- Perubahan BO C = 2.
- Kelipatan persekutuan terkecil dari 5 dan 2 adalah 10. Kalikan Mn dengan 2 dan C dengan 5.
2MnO₄⁻ + 5C₂O₄²⁻ → 2Mn²⁺ + 10CO₂ 4. Setarakan atom selain O dan H:
- Mn: 2 di kiri (dari 2MnO₄⁻), 2 di kanan (dari 2Mn²⁺). Setara.
- C: 5 × 2 = 10 di kiri (dari 5C₂O₄²⁻), 10 di kanan (dari 10CO₂). Setara.
- Jumlah O di sisi kiri: (2 × 4) + (5 × 4) = 8 + 20 = 28 atom O.
- Jumlah O di sisi kanan: (10 × 2) = 20 atom O.
- Sisi kanan kekurangan 8 atom O. Tambahkan 8H₂O ke sisi kanan:
- Jumlah H di sisi kiri: 0 atom H.
- Jumlah H di sisi kanan: (8 × 2) = 16 atom H.
- Sisi kiri kekurangan 16 atom H. Tambahkan 16H⁺ ke sisi kiri:
- Muatan total sisi kiri: (+16 × +1) + (2 × -1) + (5 × -2) = +16 - 2 - 10 = +4.
- Muatan total sisi kanan: (2 × +2) + (10 × 0) + (8 × 0) = +4.
- Muatan setara!
16H⁺(aq) + 2MnO₄⁻(aq) + 5C₂O₄²⁻(aq) → 2Mn²⁺(aq) + 10CO₂(g) + 8H₂O(l)
2. Penamaan Senyawa Kimia (Nomenklatur)
Bilangan oksidasi sangat penting dalam sistem penamaan senyawa kimia, terutama untuk senyawa yang melibatkan logam transisi atau non-logam yang dapat membentuk berbagai senyawa dengan bilangan oksidasi yang berbeda. Sistem IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) menggunakan bilangan oksidasi untuk menghilangkan ambiguitas dan memberikan nama yang spesifik untuk setiap senyawa.
Logam Transisi
Banyak logam transisi dapat memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi stabil, menghasilkan beberapa senyawa berbeda dengan komposisi yang mirip. Untuk membedakan senyawa-senyawa ini, bilangan oksidasi logam ditulis dalam angka Romawi dalam tanda kurung setelah nama logam.
- FeCl₂: Besi(II) klorida (BO Fe = +2)
- FeCl₃: Besi(III) klorida (BO Fe = +3)
- Cu₂O: Tembaga(I) oksida (BO Cu = +1)
- CuO: Tembaga(II) oksida (BO Cu = +2)
- Cr₂O₃: Kromium(III) oksida (BO Cr = +3)
- CrO₃: Kromium(VI) oksida (BO Cr = +6)
- Hg₂Cl₂: Raksa(I) klorida (BO Hg = +1, karena ionnya adalah Hg₂²⁺)
- HgCl₂: Raksa(II) klorida (BO Hg = +2)
Senyawa Kovalen Biner Antara Non-Logam
Meskipun tidak seumum logam transisi, kadang-kadang bilangan oksidasi juga membantu dalam penamaan senyawa kovalen biner, terutama jika ada lebih dari dua unsur yang sama. Namun, untuk senyawa ini, penggunaan awalan Yunani (mono-, di-, tri-, dst.) seringkali lebih dominan.
- SO₂: Sulfur dioksida (BO S = +4)
- SO₃: Sulfur trioksida (BO S = +6)
- N₂O: Dinitrogen monoksida (BO N = +1)
- NO: Nitrogen monoksida (BO N = +2)
- N₂O₃: Dinitrogen trioksida (BO N = +3)
- NO₂: Nitrogen dioksida (BO N = +4)
- N₂O₄: Dinitrogen tetraoksida (BO N = +4)
- N₂O₅: Dinitrogen pentaoksida (BO N = +5)
Dalam kasus non-logam, penggunaan awalan Yunani (misal: di-, tri-) untuk menunjukkan jumlah atom lebih sering digunakan, tetapi memahami bilangan oksidasi memberikan konteks kimia yang lebih dalam tentang kondisi oksidasi atom non-logam tersebut.
Asam Oksi dan Garamnya
Untuk asam oksi (asam yang mengandung oksigen) dan garamnya, bilangan oksidasi unsur non-logam sentral seringkali menentukan akhiran nama (dan kadang-kadang awalan). Ini adalah sistem nomenklatur yang penting untuk mengingat.
- BO rendah → awalan hipo- dan akhiran -it (untuk ion poliatomik) atau -o(us) (untuk asam)
- BO menengah rendah → akhiran -it (untuk ion poliatomik) atau -o(us) (untuk asam)
- BO menengah tinggi → akhiran -at (untuk ion poliatomik) atau -ik (untuk asam)
- BO tinggi → awalan per- dan akhiran -at (untuk ion poliatomik) atau -ik (untuk asam)
Contoh dengan Klorin, yang dapat memiliki berbagai bilangan oksidasi:
- HClO (BO Cl = +1): Asam hipoklorit (ion ClO⁻: hipoklorit)
- HClO₂ (BO Cl = +3): Asam klorit (ion ClO₂⁻: klorit)
- HClO₃ (BO Cl = +5): Asam klorat (ion ClO₃⁻: klorat)
- HClO₄ (BO Cl = +7): Asam perklorat (ion ClO₄⁻: perklorat)
Sistem serupa berlaku untuk asam dan garam yang mengandung sulfur, fosfor, dan nitrogen.
3. Kimia Elektromolekuler
Dalam bidang elektrokimia, transfer elektron adalah inti dari semua proses. Bilangan oksidasi membantu melacak elektron-elektron ini dan memahami fenomena seperti potensial reduksi standar, sel galvanik (volta), dan elektrolisis.
- Potensial Reduksi Standar (E°): Nilai-nilai ini diukur untuk setengah reaksi redoks, dan perubahan BO menunjukkan jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi tersebut. BO sangat penting dalam menyusun setengah reaksi dengan benar dan menghitung potensial sel total.
- Sel Galvanik (Volta): Dalam sel ini, reaksi redoks spontan menghasilkan energi listrik. BO digunakan untuk mengidentifikasi anoda (elektroda tempat oksidasi terjadi, di mana BO meningkat) dan katoda (elektroda tempat reduksi terjadi, di mana BO menurun).
- Elektrolisis: Proses non-spontan yang dipaksa terjadi oleh energi listrik. Sama seperti sel galvanik, BO membantu menentukan reaksi yang terjadi di elektroda (anoda dan katoda) dan arah aliran elektron, yang merupakan fundamental untuk memahami produk elektrolisis.
4. Stabilitas Senyawa dan Reaktivitas
Bilangan oksidasi juga dapat memberikan petunjuk tentang stabilitas dan reaktivitas suatu senyawa. Kondisi oksidasi suatu atom dalam senyawa dapat memengaruhi sifat kimia dan termodinamika senyawa tersebut:
- BO Maksimum dan Minimum: Unsur-unsur memiliki bilangan oksidasi maksimum dan minimum yang mungkin. BO maksimum biasanya sesuai dengan jumlah elektron valensi (untuk non-logam) atau nomor golongan (untuk logam). BO minimum seringkali sesuai dengan jumlah elektron yang dibutuhkan untuk mencapai konfigurasi gas mulia (misalnya, O = -2, N = -3, Cl = -1).
- Stabilitas Relatif: Senyawa dengan unsur yang memiliki BO ekstrem (sangat tinggi atau sangat rendah) mungkin kurang stabil dan lebih reaktif, karena mereka memiliki kecenderungan kuat untuk mengalami reduksi (jika BO tinggi) atau oksidasi (jika BO rendah) untuk mencapai BO yang lebih stabil atau menengah. Misalnya, KMnO₄ (Mn pada BO +7) adalah oksidator kuat karena Mn cenderung tereduksi ke BO yang lebih rendah dan lebih stabil seperti +2 atau +4. Sebaliknya, hidrida logam (seperti NaH, H pada BO -1) adalah reduktor kuat karena H cenderung teroksidasi ke BO +1.
- Hubungan dengan Sifat Asam-Basa: Seperti disebutkan sebelumnya, dalam seri asam oksi dari unsur yang sama (misalnya, asam klorit, klorat, perklorat), kekuatan asam meningkat dengan peningkatan bilangan oksidasi atom pusat. Ini terkait dengan peningkatan polarisasi ikatan O-H dan stabilitas ion konjugat.
Dengan demikian, bilangan oksidasi bukan hanya angka formal, tetapi sebuah konsep yang menghubungkan struktur elektronik atom dengan perilaku kimia makroskopisnya.
Pengecualian dan Kasus Khusus Bilangan Oksidasi
Meskipun aturan penentuan bilangan oksidasi umumnya cukup solid dan mencakup sebagian besar senyawa, ada beberapa kasus dan senyawa khusus yang memerlukan perhatian ekstra. Pemahaman tentang pengecualian ini akan menyempurnakan pemahaman Anda tentang konsep BO dan memungkinkan Anda menangani skenario yang lebih kompleks dalam kimia.
1. Peroksida, Superoksida, dan Ozonida
Oksigen adalah salah satu unsur yang paling sering menimbulkan pengecualian pada aturan umumnya (BO = -2). Ini terjadi ketika oksigen berikatan dengan dirinya sendiri atau dengan unsur yang sangat elektropositif.
- Peroksida (misal H₂O₂, Na₂O₂): Dalam senyawa ini, terdapat ikatan O-O tunggal. Setiap atom O memiliki BO = -1. Misalnya, dalam H₂O₂, BO H adalah +1. Karena ada dua atom H, total +2. Agar senyawa netral, dua atom O harus memiliki total -2, sehingga masing-masing O adalah -1.
- Superoksida (misal KO₂): Ion superoksida adalah O₂⁻. Dalam ion ini, dua atom oksigen memiliki total muatan -1. Jadi, BO rata-rata setiap atom O adalah -1/2. Ini adalah bilangan oksidasi fraksional, menunjukkan bahwa BO tidak harus selalu bilangan bulat.
- Ozonida (misal KO₃): Ion ozonida adalah O₃⁻. Dalam ion ini, tiga atom oksigen memiliki total muatan -1. Jadi, BO rata-rata setiap atom O adalah -1/3. Sama seperti superoksida, ini juga adalah bilangan oksidasi fraksional.
2. Hidrida Logam
Hidrogen umumnya memiliki BO +1. Namun, dalam hidrida logam (senyawa biner hidrogen dengan logam yang lebih elektropositif, terutama logam Golongan IA dan IIA), H bertindak sebagai anion hidrida (H⁻) dengan BO = -1. Ini terjadi karena logam-logam ini memiliki elektronegativitas yang jauh lebih rendah daripada hidrogen, sehingga hidrogenlah yang menarik elektron dari logam.
Contohnya adalah Natrium Hidrida (NaH), Kalsium Hidrida (CaH₂), dan Litium Hidrida (LiH).
Dalam NaH:
- Na adalah logam Golongan IA, jadi BO Na = +1 (prioritas lebih tinggi dari aturan umum H).
- Agar jumlah BO total senyawa netral = 0, BO H harus -1 (+1 + BO H = 0 → BO H = -1).
3. Senyawa Interhalogen
Senyawa interhalogen adalah senyawa yang terbentuk antara dua atau lebih halogen yang berbeda. Dalam kasus ini, halogen yang lebih elektronegatif akan memiliki BO negatif (biasanya -1), sementara halogen yang kurang elektronegatif akan memiliki BO positif.
- Contoh: ICl₃ (Iodin triklorida)
- Klor (Cl) lebih elektronegatif daripada Iodin (I). Oleh karena itu, BO Cl akan mengikuti aturan umumnya yaitu -1.
- BO I + (3 × BO Cl) = 0 (karena senyawa netral)
- BO I + (3 × -1) = 0
- BO I - 3 = 0 → BO I = +3.
Contoh lain: ClF₅ (Klorin pentafluorida). Fluor adalah yang paling elektronegatif dari semua unsur, jadi BO F = -1. Oleh karena itu, BO Cl + (5 × -1) = 0 → BO Cl = +5.
4. Bilangan Oksidasi Fraksional (Rata-rata)
Ada beberapa senyawa di mana perhitungan BO berdasarkan aturan memberikan nilai fraksional. Ini tidak berarti bahwa satu atom memiliki muatan fraksional; sebaliknya, ini adalah rata-rata dari BO beberapa atom sejenis yang mungkin memiliki lingkungan ikatan yang berbeda atau muatan yang berbeda dalam struktur molekul.
- Magnetit (Fe₃O₄): Ini adalah oksida campuran besi(II) dan besi(III) (FeO·Fe₂O₃).
- Menggunakan aturan: (3 × BO Fe) + (4 × BO O) = 0
- (3 × BO Fe) + (4 × -2) = 0
- 3 × BO Fe - 8 = 0
- 3 × BO Fe = +8 → BO Fe = +8/3
Secara struktural, Fe₃O₄ sebenarnya terdiri dari satu atom Fe pada BO +2 dan dua atom Fe pada BO +3. Rata-rata: (1 × +2) + (2 × +3) / 3 = (+2 + 6) / 3 = 8/3.
- Natrium Tiosulfat (Na₂S₂O₃):
- Menggunakan aturan: (2 × BO Na) + (2 × BO S) + (3 × BO O) = 0
- (2 × +1) + (2 × BO S) + (3 × -2) = 0
- +2 + 2(BO S) - 6 = 0
- 2(BO S) - 4 = 0
- 2(BO S) = +4 → BO S = +2
Dalam struktur Na₂S₂O₃, ada dua atom sulfur yang tidak setara. Satu atom sulfur memiliki BO +6 (seperti dalam ion sulfat), dan atom sulfur lainnya memiliki BO -2 (seperti dalam ion sulfida, meskipun terikat pada O dan S lain). Jadi, rata-ratanya adalah (+6 + (-2)) / 2 = +4/2 = +2.
Kasus-kasus BO fraksional ini menekankan bahwa bilangan oksidasi adalah alat akuntansi elektron yang sangat berguna, tetapi tidak selalu cerminan muatan nyata tunggal pada setiap atom, terutama dalam struktur yang lebih kompleks dan hibrida.
5. Senyawa Organologam dan Kompleks
Dalam kimia organologam, di mana ikatan antara logam dan gugus organik terjadi, penentuan bilangan oksidasi bisa lebih kompleks karena sifat ikatan yang seringkali kovalen dan keberadaan ligan yang bervariasi. Dalam kasus ini, seringkali gugus organik diperlakukan sebagai ligan dengan muatan tertentu (misalnya, gugus alkil, R, sebagai R⁻ dengan muatan -1; gugus karbonil, CO, sebagai ligan netral). Bilangan oksidasi logam kemudian dihitung berdasarkan muatan ligan dan muatan total kompleks.
Misalnya dalam senyawa kompleks [Fe(CO)₅] (besi pentakarbonil), ligan karbonil (CO) adalah netral, dan kompleksnya juga netral. Jadi, BO Fe = 0. Namun, dalam [Fe(C₅H₅)₂] (ferosen), gugus C₅H₅ adalah ligan siklopentadienil (Cp) yang bermuatan -1. Karena kompleksnya netral, maka BO Fe + 2 × (-1) = 0, sehingga BO Fe = +2.
Latihan Soal dan Pembahasan
Untuk memperkuat pemahaman Anda tentang bilangan oksidasi dan aturan penentuannya, mari kita berlatih dengan beberapa soal. Cobalah untuk menentukan bilangan oksidasi atom yang diminta sebelum melihat pembahasannya.
Soal 1: Tentukan Bilangan Oksidasi dari unsur yang digarisbawahi dalam senyawa/ion berikut:
- H₂S
- K₂Cr₂O₇
- NO₂⁻
- SO₃²⁻
- NaOCl
- CaC₂
- HNO₃
- PO₄³⁻
- Na₂S₄O₆
- H₂S
- BO H = +1 (aturan umum)
- (2 × BO H) + BO S = 0 (senyawa netral)
- (2 × +1) + BO S = 0
- +2 + BO S = 0 → BO S = -2
- K₂Cr₂O₇
- BO K = +1 (Golongan IA)
- BO O = -2 (aturan umum)
- (2 × BO K) + (2 × BO Cr) + (7 × BO O) = 0 (senyawa netral)
- (2 × +1) + (2 × BO Cr) + (7 × -2) = 0
- +2 + 2(BO Cr) - 14 = 0
- 2(BO Cr) - 12 = 0
- 2(BO Cr) = +12 → BO Cr = +6
- NO₂⁻
- BO O = -2 (aturan umum)
- Muatan ion = -1
- BO N + (2 × BO O) = -1
- BO N + (2 × -2) = -1
- BO N - 4 = -1 → BO N = +3
- SO₃²⁻
- BO O = -2 (aturan umum)
- Muatan ion = -2
- BO S + (3 × BO O) = -2
- BO S + (3 × -2) = -2
- BO S - 6 = -2 → BO S = +4
- NaOCl (Natrium Hipoklorit)
- BO Na = +1 (Golongan IA)
- BO Cl = -1 (Cl lebih elektronegatif dari O dalam senyawa ini. Oh, tunggu. Fluor adalah yang paling elektronegatif. Setelah itu, oksigen lebih elektronegatif dari klorin. Dalam struktur Na-O-Cl, Na akan membentuk ion Na⁺. Ion yang tersisa adalah OCl⁻. Dalam OCl⁻, oksigen lebih elektronegatif dari klorin. Jadi oksigen akan memiliki BO -2, dan klorin akan menyesuaikan.)
- Mari kita gunakan prioritas: Na (+1), O (-2).
- BO Na + BO O + BO Cl = 0 (senyawa netral)
- +1 + (-2) + BO Cl = 0
- -1 + BO Cl = 0 → BO Cl = +1
- Jika yang digarisbawahi adalah O, maka BO O = -2. Penentuan ini bergantung pada asumsi prioritas elektronegativitas O > Cl.
- CaC₂ (Kalsium Karbida)
- BO Ca = +2 (Golongan IIA)
- (1 × BO Ca) + (2 × BO C) = 0 (senyawa netral)
- +2 + 2(BO C) = 0
- 2(BO C) = -2 → BO C = -1
- HNO₃ (Asam Nitrat)
- BO H = +1 (aturan umum)
- BO O = -2 (aturan umum)
- BO H + BO N + (3 × BO O) = 0 (senyawa netral)
- +1 + BO N + (3 × -2) = 0
- +1 + BO N - 6 = 0
- BO N - 5 = 0 → BO N = +5
- PO₄³⁻ (Ion Fosfat)
- BO O = -2 (aturan umum)
- Muatan ion = -3
- BO P + (4 × BO O) = -3
- BO P + (4 × -2) = -3
- BO P - 8 = -3 → BO P = +5
- Na₂S₄O₆ (Natrium Tetrationat)
- BO Na = +1 (Golongan IA)
- BO O = -2 (aturan umum)
- (2 × BO Na) + (4 × BO S) + (6 × BO O) = 0 (senyawa netral)
- (2 × +1) + 4(BO S) + (6 × -2) = 0
- +2 + 4(BO S) - 12 = 0
- 4(BO S) - 10 = 0
- 4(BO S) = +10 → BO S = +10/4 = +2.5
- (Ini adalah contoh bilangan oksidasi fraksional, menunjukkan rata-rata BO untuk empat atom sulfur yang tidak semuanya ekuivalen dalam strukturnya).
Soal 2: Identifikasi oksidator, reduktor, spesies yang teroksidasi, dan spesies yang tereduksi dalam reaksi berikut:
I₂(s) + 2Na₂S₂O₃(aq) → 2NaI(aq) + Na₂S₄O₆(aq)
1. Tentukan BO setiap unsur yang terlibat perubahan:
- I₂: Unsur bebas, BO I = 0.
- Na₂S₂O₃ (Natrium Tiosulfat): Na = +1, O = -2.
- (2 × BO Na) + (2 × BO S) + (3 × BO O) = 0
- (2 × +1) + 2(BO S) + (3 × -2) = 0
- +2 + 2(BO S) - 6 = 0
- 2(BO S) = +4 → BO S = +2.
- NaI (Natrium Iodida): Na = +1.
- BO Na + BO I = 0
- +1 + BO I = 0 → BO I = -1.
- Na₂S₄O₆ (Natrium Tetrationat): Na = +1, O = -2.
- (2 × BO Na) + (4 × BO S) + (6 × BO O) = 0
- (2 × +1) + 4(BO S) + (6 × -2) = 0
- +2 + 4(BO S) - 12 = 0
- 4(BO S) = +10 → BO S = +10/4 = +2.5.
- Iodin (I): BO berubah dari 0 (dalam I₂) menjadi -1 (dalam NaI). Ini adalah penurunan BO → Reduksi.
- Sulfur (S): BO berubah dari +2 (dalam Na₂S₂O₃) menjadi +2.5 (dalam Na₂S₄O₆). Ini adalah peningkatan BO → Oksidasi.
- Spesies yang mengalami oksidasi: Na₂S₂O₃. Oleh karena itu, Na₂S₂S₂O₃ adalah Reduktor (karena ia menyebabkan I₂ tereduksi).
- Spesies yang mengalami reduksi: I₂. Oleh karena itu, I₂ adalah Oksidator (karena ia menyebabkan Na₂S₂O₃ teroksidasi).
- Spesies yang teroksidasi: S (dalam Na₂S₂O₃).
- Spesies yang tereduksi: I (dalam I₂).
Perhatikan bahwa dalam kasus ini, Sulfur memiliki BO fraksional +2.5. Ini adalah contoh di mana BO adalah rata-rata untuk atom-atom S yang berbeda dalam molekul (Na₂S₄O₆ memiliki struktur dithionate dengan beberapa S pada BO yang berbeda, dengan dua S pusat pada BO 0, dan dua S terminal pada BO +5. Jadi (2*0 + 2*5)/4 = 10/4 = 2.5).
Kesimpulan
Bilangan oksidasi adalah salah satu konsep paling fundamental dan serbaguna dalam kimia. Meskipun terkadang terasa abstrak karena sifatnya yang hipotetis, penguasaannya adalah kunci untuk memahami banyak fenomena kimia, mulai dari sifat dasar atom hingga reaksi kompleks yang membentuk inti dari banyak proses industri, biologis, dan lingkungan.
Dari pembahasan ini, kita telah melihat bahwa bilangan oksidasi adalah alat akuntansi elektron hipotetis yang sangat kuat dan praktis:
- Memungkinkan identifikasi oksidasi (peningkatan BO) dan reduksi (penurunan BO) dalam reaksi redoks, yang merupakan kelas reaksi kimia yang sangat penting.
- Membantu dalam menamai senyawa secara sistematis dan jelas, terutama yang melibatkan logam transisi dan non-logam dengan berbagai kemungkinan BO.
- Memberikan wawasan tentang distribusi elektron dan polaritas ikatan dalam molekul, meskipun tidak selalu mencerminkan muatan nyata.
- Sangat esensial dalam penyetaraan reaksi redoks yang seringkali rumit, memastikan konservasi massa dan muatan.
- Membantu memprediksi reaktivitas dan stabilitas senyawa, serta memahami sifat asam-basa beberapa senyawa anorganik.
Meskipun ada seperangkat aturan-aturan umum yang kuat untuk penentuan bilangan oksidasi, penting juga untuk mengingat pengecualian dan kasus-kasus khusus seperti peroksida, superoksida, hidrida logam, senyawa interhalogen, dan bilangan oksidasi fraksional. Kasus-kasus ini menyoroti bahwa kimia adalah ilmu yang kompleks dan terkadang nilai BO dapat menjadi rata-rata yang menggambarkan struktur yang lebih rumit atau lingkungan ikatan yang beragam.
Dengan mempraktikkan aturan dan penerapannya secara konsisten, Anda akan membangun fondasi yang kokoh dalam kimia dan dapat mendekati berbagai masalah dengan keyakinan yang lebih besar. Bilangan oksidasi bukan hanya sekadar angka, melainkan sebuah narasi tentang bagaimana elektron berinteraksi dan membentuk dunia kimia di sekitar kita, memungkinkan kita untuk menafsirkan dan memprediksi perilaku materi.