Campa: Warisan Kerajaan Maritim yang Terlupakan

Di lanskap yang subur dan garis pantai yang memukau di Asia Tenggara, pernah berdiri sebuah kerajaan maritim yang megah, namun sering kali terlupakan dalam narasi sejarah global modern: Kerajaan Campa. Terbentang di sepanjang pesisir tengah dan selatan Vietnam modern, peradaban kuno ini bukan hanya merupakan kekuatan regional, tetapi juga jembatan budaya penting yang menghubungkan India, Tiongkok, dan dunia maritim Nusantara. Dengan sejarah yang membentang lebih dari seribu tahun, dari sekitar abad ke-2 hingga abad ke-19 Masehi, Campa meninggalkan warisan yang kaya dalam bidang arsitektur, seni, agama, dan bahasa, yang jejaknya masih dapat kita saksikan hingga hari ini.

Kisah Campa adalah kisah tentang ketahanan, adaptasi, dan perjuangan. Mereka adalah pelaut ulung dan pedagang yang tangguh, membangun jaringan perdagangan yang luas yang membentang dari Teluk Benggala hingga Laut Tiongkok Selatan. Namun, mereka juga adalah bangsa pejuang, yang terus-menerus menghadapi tantangan dari tetangga-tetangga yang lebih besar dan ambisius, terutama Kerajaan Khmer di barat dan Đại Việt (Vietnam) di utara. Warisan mereka yang paling menonjol adalah candi-candi bata merah yang unik, yang disebut prasat, yang menjulang megah di situs-situs seperti My Son dan Po Nagar, menjadi saksi bisu keagungan sebuah peradaban yang dipengaruhi kuat oleh Hindu-Buddha.

Artikel ini akan membawa kita menyelami kedalaman sejarah Campa, menjelajahi asal-usulnya yang misterius, puncak kejayaannya, struktur sosial dan ekonominya, kekayaan budaya dan agamanya, serta bagaimana ia akhirnya meredup dan meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam mozaik sejarah Asia Tenggara. Mari kita mulai perjalanan ini untuk mengungkap Kerajaan Campa, permata yang terlupakan dari garis pantai Indochina.

Ilustrasi simbol kompas, merepresentasikan Campa sebagai kerajaan maritim dan penjelajah.

Asal-Usul dan Geografi: Fondasi Sebuah Kerajaan Maritim

Keberadaan awal Campa, seperti banyak peradaban kuno lainnya, diselimuti kabut legenda dan interpretasi arkeologis. Sumber-sumber Tiongkok kuno pertama kali mencatat keberadaan sebuah kerajaan yang disebut 'Linyi' (林邑) di wilayah yang sekarang menjadi Vietnam tengah pada akhir abad ke-2 Masehi. Para sejarawan umumnya sepakat bahwa Linyi adalah cikal bakal Kerajaan Campa. Masyarakat Cham, yang merupakan penduduk asli dan pewaris Campa, diyakini berasal dari kelompok Austronesia yang berimigrasi ke wilayah pesisir Indochina ribuan tahun yang lalu. Mereka memiliki hubungan linguistik dan budaya dengan kelompok-kelompok di Nusantara, seperti Melayu dan Jawa, yang mengindikasikan adanya pertukaran dan migrasi prasejarah yang luas.

Lokasi Strategis di Jalur Sutra Maritim

Geografi memainkan peran krusial dalam pembentukan identitas dan kekuatan Campa. Kerajaan ini terbentang di sepanjang jalur pantai yang sempit, diapit oleh pegunungan Annam di sebelah barat dan Laut Tiongkok Selatan di sebelah timur. Lokasi ini memberikannya keuntungan ganda: akses ke jalur perdagangan laut yang ramai dan perlindungan alami dari pedalaman. Pelabuhan-pelabuhan Campa, seperti di wilayah yang sekarang menjadi Da Nang (yakni 'Sinhapura' atau 'Simhapura') dan Qui Nhon ('Vijaya'), menjadi persinggahan vital bagi kapal-kapal yang berlayar antara India, Tiongkok, dan kepulauan rempah-rempah di Asia Tenggara. Ini menjadikan Campa pemain penting dalam 'Jalur Sutra Maritim', sebuah jaringan perdagangan yang mendorong pertukaran barang, ide, dan agama di seluruh benua.

Wilayah Campa secara tradisional dibagi menjadi beberapa 'provinsi' atau 'mandala' yang otonom, masing-masing dengan pusat kekuasaan dan identitas lokalnya sendiri. Yang paling menonjol di antaranya adalah:

Pembagian wilayah ini mencerminkan struktur politik Campa yang terkadang terfragmentasi, di mana penguasa lokal memiliki otonomi yang signifikan, meskipun mengakui seorang raja pusat. Fleksibilitas ini memungkinkan Campa untuk bertahan dari serangan luar dengan lebih baik, karena kekalahan di satu wilayah tidak selalu berarti runtuhnya seluruh kerajaan.

Masa Kejayaan: Kebudayaan, Agama, dan Perdagangan

Masa kejayaan Campa ditandai oleh kemakmuran ekonomi, pencapaian artistik yang luar biasa, dan adopsi serta adaptasi agama-agama besar dari India. Periode ini berlangsung dari sekitar abad ke-7 hingga abad ke-10 Masehi, meskipun puncak kejayaannya mungkin dapat dilihat hingga abad ke-13.

Pengaruh India: Hindu dan Buddha

Seperti banyak kerajaan awal di Asia Tenggara, Campa sangat dipengaruhi oleh budaya dan agama India, sebuah proses yang sering disebut "Indianisasi." Pengaruh ini datang melalui jalur perdagangan maritim, dibawa oleh para pedagang, pendeta, dan sarjana dari anak benua India. Dua agama utama yang berkembang di Campa adalah Hindu dan Buddha.

Dominasi Hindu Shaiva

Hindu Shaiva, pemujaan Dewa Siwa, adalah agama dominan dan negara di Campa. Siwa dipuja dalam berbagai manifestasi, yang paling umum adalah dalam bentuk Lingam, simbol kesuburan dan kekuatan ilahi. Setiap raja Cham sering kali mengidentifikasi dirinya dengan Siwa, dan mendirikan Lingam yang diberi nama raja sebagai bagian dari upacara penobatan. Situs My Son adalah contoh terbaik dari pusat keagamaan Hindu Shaiva yang didedikasikan untuk Siwa, yang dikenal sebagai Bhadreshvara (gabungan nama raja pendiri Bhadravarman dan Dewa Siwa).

Pengaruh Buddhisme Mahayana

Buddhisme, khususnya aliran Mahayana, juga memiliki kehadiran yang signifikan di Campa, terutama pada periode tertentu. Pusat Buddhisme penting, Dong Duong, didirikan oleh Raja Indravarman I pada abad ke-9 Masehi. Kompleks candi Dong Duong menunjukkan gaya arsitektur Buddhisme yang unik dan memiliki patung Buddha perunggu yang megah, sayangnya sebagian besar hancur. Kehadiran Hindu dan Buddha secara bersamaan di Campa tidak selalu eksklusif; seringkali ada sinkretisme dan koeksistensi damai antara kedua agama, dengan elemen-elemen dari satu agama memengaruhi yang lain.

Sinkretisme dengan Kepercayaan Lokal

Selain agama-agama dari India, kepercayaan animisme dan pemujaan leluhur lokal juga terus dipegang teguh oleh masyarakat Cham. Dewi Bumi, Po Nagar (Yang Ino Po Nagar), adalah salah satu dewi lokal yang paling penting dan dihormati, bahkan hingga hari ini. Kompleks Candi Po Nagar di Nha Trang, yang awalnya didedikasikan untuk Siwa, kemudian juga menjadi pusat pemujaan Po Nagar. Ini adalah contoh indah bagaimana agama-agama asing diadaptasi dan diintegrasikan dengan tradisi lokal, menciptakan sebuah mozaik kepercayaan yang unik.

Ilustrasi menara Cham, struktur candi bata merah yang khas.

Arsitektur dan Seni Campa: Identitas yang Tak Terlupakan

Ciri khas utama dari peradaban Campa yang masih dapat kita saksikan adalah arsitektur candi-candi bata merah mereka. Candi-candi ini, yang sering disebut 'prasat', memiliki gaya yang sangat khas dan berbeda dari candi-candi Khmer atau Jawa. Bahan utama yang digunakan adalah bata, dengan detail ukiran yang sangat halus dan presisi yang menakjubkan.

Karakteristik Arsitektur Prasat

Situs-Situs Arkeologi Penting

Ekonomi dan Perdagangan: Nadi Kehidupan Campa

Sebagai kerajaan maritim, ekonomi Campa sangat bergantung pada perdagangan laut. Lokasinya yang strategis di jalur pelayaran antara dua pasar raksasa, Tiongkok dan India, menjadikannya penghubung yang tak tergantikan. Kapal-kapal Campa berlayar jauh, membawa dan menukar berbagai komoditas.

Simbol Lingam, lambang dewa Siwa, yang sangat dipuja di Campa.

Struktur Sosial, Bahasa, dan Pemerintahan

Masyarakat Campa adalah masyarakat yang kompleks dengan struktur sosial yang jelas dan sistem pemerintahan yang terorganisir, meskipun sering kali terpengaruh oleh konflik internal dan eksternal. Bahasa Cham, sebagai bagian dari rumpun Austronesia, juga menjadi identitas penting bagi mereka.

Hierarki Sosial

Seperti kebanyakan kerajaan di Asia Tenggara yang ter"Indianisasi", masyarakat Campa memiliki struktur hierarki yang mirip dengan sistem kasta Hindu, meskipun mungkin tidak sekaku di India:

Meskipun ada hierarki yang jelas, mobilitas sosial mungkin lebih fleksibel dibandingkan sistem kasta India yang ketat. Keterlibatan dalam perdagangan dan kemampuan militer dapat memberikan jalan untuk meningkatkan status sosial.

Sistem Pemerintahan

Pemerintahan Campa berpusat pada raja, dengan dewan bangsawan dan pejabat yang membantu dalam administrasi. Sistem hukum didasarkan pada dharmaśāstra Hindu, meskipun disesuaikan dengan tradisi lokal. Penguasa wilayah atau pangeran sering kali memiliki otonomi yang cukup besar, yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan Campa; kekuatan dalam hal desentralisasi yang fleksibel, dan kelemahan dalam hal potensi fragmentasi politik.

Prasasti-prasasti batu yang ditemukan di berbagai situs Campa memberikan wawasan berharga tentang sistem pemerintahan, silsilah raja, persembahan tanah dan kekayaan kepada kuil, serta hukum dan peraturan yang berlaku. Prasasti ini sering ditulis dalam bahasa Sansekerta dan bahasa Cham Kuno.

Bahasa dan Aksara Cham

Bahasa Cham adalah bahasa Austronesia yang unik, memiliki hubungan erat dengan bahasa Melayu dan beberapa bahasa di Kalimantan. Ini adalah bukti kuat migrasi dan koneksi maritim antara Cham dengan kelompok-kelompok di Nusantara.

Contoh aksara Cham kuno, menunjukkan pengaruh aksara India.

Hubungan dengan Tetangga: Konflik dan Diplomasi

Sejarah Campa adalah sejarah yang penuh dengan interaksi kompleks dengan tetangga-tetangganya. Terjepit di antara dua kekuatan yang berkembang pesat—Kerajaan Khmer di barat dan Đại Việt di utara—Campa harus terus-menerus menavigasi medan politik yang berbahaya, beralih antara aliansi, peperangan, dan diplomasi.

Campa dan Kerajaan Khmer (Angkor)

Hubungan antara Campa dan Kerajaan Khmer, yang berpusat di Angkor (Kamboja modern), sering kali tegang dan ditandai oleh konflik. Ada banyak catatan invasi bolak-balik antara kedua kerajaan:

Campa dan Đại Việt (Vietnam)

Hubungan dengan Đại Việt (yang kemudian dikenal sebagai Vietnam) adalah yang paling menentukan dan akhirnya tragis bagi Campa. Sejak awal, kedua kerajaan ini memiliki hubungan yang tidak stabil, sering kali ditandai oleh perang berkepanjangan. Đại Việt, yang juga berjuang untuk kemerdekaan dari dominasi Tiongkok, secara bertahap memperluas wilayahnya ke selatan, langsung bertabrakan dengan kepentingan Campa.

Hubungan dengan Tiongkok

Campa juga mempertahankan hubungan yang kompleks dengan Tiongkok. Meskipun kadang-kadang terjadi konflik kecil, hubungan ini lebih sering bersifat damai dan komersial.

Kapal dagang kuno, melambangkan perdagangan maritim Campa yang luas.

Kemunduran dan Kejatuhan: Transformasi Sebuah Peradaban

Kemunduran Campa adalah proses panjang yang berlangsung berabad-abad, bukan karena satu peristiwa tunggal. Serangkaian faktor internal dan eksternal secara bertahap mengikis kekuatan dan kedaulatan kerajaan ini.

Faktor-faktor Kemunduran

Kejatuhan Akhir

Seperti yang disebutkan sebelumnya, invasi Đại Việt pada tahun 1471 dan jatuhnya Vijaya adalah bencana bagi Campa. Ini bukan akhir total kerajaan, tetapi lebih merupakan akhir dari Campa sebagai kekuatan regional yang signifikan. Apa yang tersisa adalah kerajaan-kerajaan vasal kecil yang terletak di wilayah selatan, terutama di Panduranga.

Selama abad ke-16 hingga ke-19, sisa-sisa kerajaan Campa ini secara bertahap diintegrasikan ke dalam Kekaisaran Vietnam yang berkembang. Proses ini sering kali melibatkan asimilasi budaya, di mana orang-orang Cham dipaksa untuk mengadopsi bahasa dan adat istiadat Vietnam. Pada abad ke-19, dengan berdirinya dinasti Nguyễn, wilayah terakhir Cham di Panduranga secara resmi dianeksasi, menandai berakhirnya kedaulatan politik Campa yang berusia lebih dari seribu tahun.

Warisan Campa: Yang Tersisa dari Sebuah Kerajaan Megah

Meskipun Kerajaan Campa telah lama tiada, warisannya tetap hidup, baik dalam bentuk fisik maupun non-fisik, membentuk bagian penting dari mozaik budaya Asia Tenggara.

Situs-Situs Arkeologi dan Arsitektur

Peninggalan arsitektur Campa adalah yang paling mencolok dan terawetkan. Situs-situs seperti My Son, Po Nagar, dan reruntuhan lainnya tidak hanya menarik wisatawan dan peneliti, tetapi juga berfungsi sebagai pengingat akan keagungan artistik peradaban ini. Candi-candi bata merah ini menjadi monumen bagi keahlian teknis dan kepekaan estetika para pembangun Cham.

Masyarakat Cham Modern

Meskipun kerajaan telah runtuh, masyarakat Cham sebagai sebuah etnis masih ada. Mereka tersebar di berbagai wilayah, terutama di Vietnam tengah dan selatan (di provinsi Ninh Thuận dan Bình Thuận), serta di Kamboja, Thailand, dan bahkan Malaysia (dikenal sebagai Cham Malaysia). Komunitas Cham di Vietnam, meskipun minoritas, berusaha keras untuk melestarikan bahasa, agama (baik Hindu Cham maupun Islam Cham), adat istiadat, dan warisan budaya mereka.

Pengaruh pada Budaya Vietnam

Meskipun Campa dan Đại Việt seringkali bermusuhan, ada tingkat pertukaran dan pengaruh budaya. Beberapa kata dalam bahasa Vietnam memiliki asal Cham, dan ada beberapa aspek seni dan arsitektur Vietnam yang mungkin menunjukkan pengaruh Cham, terutama di wilayah selatan yang dulunya merupakan bagian dari Campa. Beberapa festival dan praktik keagamaan lokal di Vietnam juga mungkin memiliki akar atau pengaruh dari tradisi Cham.

Narrasi tentang Putri Huyền Trân, seorang putri Vietnam yang diberikan kepada raja Cham sebagai bagian dari perjanjian damai untuk mendapatkan wilayah, adalah contoh bagaimana sejarah Campa terjalin dengan sejarah Vietnam. Meskipun sering diceritakan dari perspektif Vietnam, kisah ini menyoroti interaksi yang kompleks antara kedua bangsa.

Pelajaran Sejarah

Kisah Campa adalah pengingat penting tentang dinamika kekuasaan di Asia Tenggara, ketahanan budaya di hadapan penaklukan, dan pentingnya perdagangan maritim dalam membentuk peradaban. Ini juga menyoroti kompleksitas identitas etnis dan agama, serta bagaimana mereka dapat bertahan dan beradaptasi selama berabad-abad meskipun kehilangan kedaulatan politik.

Pentingnya studi tentang Campa semakin diakui dalam historiografi Asia Tenggara. Para arkeolog, sejarawan, dan antropolog terus menggali dan menganalisis bukti-bukti baru untuk mengisi kekosongan dalam pemahaman kita tentang peradaban yang kaya ini. Dengan setiap penemuan baru, kita semakin memahami bagaimana kerajaan maritim yang terlupakan ini pernah menjadi jembatan antara dunia, sebuah pusat inovasi budaya, dan sebuah peradaban yang berdiri teguh dalam badai sejarah selama lebih dari seribu tahun.

Kesimpulan

Kerajaan Campa adalah salah satu peradaban kuno yang paling menarik dan kompleks di Asia Tenggara. Dari asal-usulnya sebagai Linyi, melalui masa kejayaannya sebagai kekuatan maritim yang kaya dengan pengaruh Hindu-Buddha yang dalam, hingga kemunduran bertahap di bawah tekanan ekspansi Đại Việt, Campa telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah kawasan ini. Candi-candi bata merahnya yang megah, seni pahatnya yang khas, dan warisan budayanya yang terus hidup di antara masyarakat Cham modern adalah bukti kebesaran dan ketahanan peradaban ini.

Mempelajari Campa bukan hanya tentang menggali masa lalu, tetapi juga tentang memahami akar-akar budaya Asia Tenggara yang beragam, konektivitas global di zaman kuno, dan perjuangan abadi sebuah bangsa untuk mempertahankan identitasnya. Meskipun kedaulatan politiknya telah lama berakhir, semangat Campa terus hidup, sebuah suar yang mengingatkan kita akan kekayaan sejarah yang tersembunyi di balik lanskap pesisir Vietnam, menunggu untuk dijelajahi dan dihargai oleh generasi mendatang. Campa, permata yang terlupakan, kini mulai bersinar kembali dalam kesadaran global, mengajarkan kita tentang siklus kebangkitan dan kejatuhan, dan kekuatan abadi dari warisan budaya yang tak lekang oleh waktu.