Pendahuluan: Mengenal Burut (Hernia)
Istilah "burut" dalam bahasa Indonesia seringkali merujuk pada kondisi medis yang dikenal sebagai hernia. Hernia adalah suatu keadaan di mana organ internal, atau bagian dari organ internal, menonjol keluar melalui dinding otot atau jaringan yang lemah di se sekitarnya. Ini adalah kondisi yang umum, dapat terjadi pada siapa saja, mulai dari bayi hingga orang dewasa lanjut usia, dan bisa mempengaruhi berbagai bagian tubuh, meskipun paling sering terjadi di area perut dan panggul.
Memahami burut bukan hanya sekadar mengetahui definisinya, melainkan juga mendalami jenis-jenisnya, penyebab yang mendasarinya, gejala yang muncul, hingga metode penanganan yang tersedia. Informasi yang akurat dan komprehensif sangat penting agar individu yang mengalami gejala burut dapat mencari bantuan medis tepat waktu, mencegah komplikasi serius, dan mengambil keputusan terbaik terkait perawatan.
Artikel ini akan mengupas tuntas segala aspek tentang burut, mulai dari anatomi yang terlibat, berbagai jenis hernia, faktor risiko, tanda dan gejala, proses diagnosis, pilihan pengobatan—baik non-bedah maupun bedah—, komplikasi yang mungkin timbul, langkah-langkah pencegahan, hingga mitos dan fakta yang sering beredar di masyarakat. Tujuan kami adalah memberikan pemahaman yang jelas dan memberdayakan pembaca untuk lebih proaktif dalam menjaga kesehatan mereka.
Ilustrasi sederhana menunjukkan organ internal yang menonjol melalui dinding otot yang lemah, membentuk burut.
Anatomi yang Terkait dengan Pembentukan Burut
Untuk memahami bagaimana burut terbentuk, penting untuk memiliki pemahaman dasar tentang anatomi daerah perut dan panggul. Dinding perut manusia tersusun dari beberapa lapisan otot dan jaringan ikat yang kuat, yang berfungsi melindungi organ-organ internal dan menjaga isinya tetap di tempatnya. Namun, ada beberapa area yang secara alami lebih lemah atau memiliki celah, yang menjadi titik potensial untuk terjadinya hernia.
Dinding Perut dan Kanal Inguinal
Bagian depan dan samping dinding perut terdiri dari lapisan-lapisan otot (otot rektus abdominis, oblikus eksternus, oblikus internus, dan transversus abdominis) serta fasia (jaringan ikat yang tebal). Struktur ini memberikan kekuatan dan integritas pada rongga perut.
- Kanal Inguinal (Saluran Lipat Paha): Ini adalah saluran di daerah selangkangan yang penting dalam konteks hernia. Pada pria, kanal ini berisi korda spermatika (yang meliputi vas deferens, pembuluh darah, dan saraf yang menuju testis). Pada wanita, kanal ini berisi ligamentum rotundum. Kanal inguinal secara alami merupakan titik lemah karena adanya celah di dinding otot.
- Anulus Inguinalis Profundus dan Superfisialis: Kanal inguinal memiliki dua "cincin" atau pembukaan, yaitu anulus inguinalis profundus (cincin dalam) dan anulus inguinalis superfisialis (cincin luar). Hernia inguinal terjadi ketika sebagian usus atau jaringan lemak menonjol melalui salah satu atau kedua cincin ini.
Diafragma dan Esophagus
Diafragma adalah otot besar berbentuk kubah yang memisahkan rongga dada dan rongga perut. Esophagus (kerongkongan) melewati sebuah lubang di diafragma yang disebut hiatus esofagus untuk mencapai lambung. Jika lubang ini terlalu lebar atau melemah, sebagian lambung dapat menonjol ke atas ke dalam rongga dada, menyebabkan hernia hiatus.
Area Umbilikus (Pusar)
Pusar adalah bekas luka dari tempat tali pusar dulunya menempel. Selama perkembangan janin, ada bukaan alami di dinding perut di area ini. Meskipun biasanya menutup sepenuhnya setelah lahir, terkadang area ini tetap menjadi titik lemah atau melemah seiring waktu, memungkinkan terjadinya hernia umbilikalis.
Area Bedah Sebelumnya
Setiap sayatan bedah pada dinding perut menciptakan titik potensial kelemahan. Meskipun luka bedah biasanya sembuh, bekas luka atau jaringan parut yang terbentuk mungkin tidak sekuat dinding otot asli, sehingga dapat terbentuk hernia insisional.
Memahami titik-titik kelemahan alami ini membantu kita mengerti mengapa burut cenderung muncul di lokasi-lokasi tertentu dan mengapa faktor-faktor tertentu dapat memperburuk kondisi tersebut.
Jenis-jenis Burut (Hernia)
Ada berbagai jenis hernia, dan penamaan biasanya didasarkan pada lokasi terjadinya penonjolan. Mengenali jenis hernia sangat penting karena memengaruhi gejala, risiko komplikasi, dan pendekatan pengobatan.
1. Hernia Inguinalis (Burut Lipat Paha)
Ini adalah jenis hernia yang paling umum, sekitar 75% dari semua kasus hernia. Terjadi di area selangkangan (inguinal) saat sebagian usus atau jaringan lemak menonjol melalui titik lemah di dinding perut bagian bawah.
- Hernia Inguinalis Tidak Langsung (Indirek): Lebih sering terjadi. Terjadi ketika organ menonjol melalui cincin inguinal bagian dalam (anulus profundus) dan dapat mengikuti jalur korda spermatika hingga ke skrotum (pada pria) atau labia mayor (pada wanita). Ini seringkali merupakan kelainan bawaan, yang terjadi ketika proses penutupan kanal inguinal selama perkembangan janin tidak sempurna.
- Hernia Inguinalis Langsung (Direk): Terjadi ketika organ menonjol langsung melalui dinding perut yang lemah di area belakang cincin inguinal luar, tidak mengikuti jalur kanal inguinal seperti hernia indirek. Ini biasanya terjadi pada orang dewasa seiring bertambahnya usia akibat kelemahan otot dinding perut.
Kedua jenis hernia inguinal ini lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
2. Hernia Femoralis (Burut Paha)
Hernia femoralis terjadi ketika sebagian usus atau jaringan lemak menonjol melalui kanal femoralis, yaitu saluran di bawah ligamentum inguinale yang membawa pembuluh darah besar ke dan dari kaki. Hernia ini lebih jarang dibandingkan hernia inguinal, tetapi lebih sering terjadi pada wanita, terutama yang pernah hamil atau melahirkan. Hernia femoralis memiliki risiko tinggi untuk menjadi inkarserata (terjepit) atau strangulasi (tercekik) karena lubangnya yang sempit.
3. Hernia Umbilikalis (Burut Pusar)
Hernia umbilikalis terjadi di sekitar pusar, di mana usus atau jaringan lemak menonjol melalui lubang di dinding perut di lokasi bekas tali pusar. Ini sangat umum pada bayi, seringkali sembuh dengan sendirinya sebelum usia 5 tahun. Pada orang dewasa, hernia umbilikalis lebih sering terjadi pada wanita, terutama setelah kehamilan berulang atau pada orang dengan obesitas dan peningkatan tekanan intra-abdomen kronis.
4. Hernia Insisional (Burut Bekas Luka Bedah)
Hernia insisional terjadi di lokasi bekas luka bedah perut sebelumnya. Meskipun sayatan bedah dijahit dan sembuh, area bekas luka tersebut dapat menjadi lemah seiring waktu, memungkinkan organ atau jaringan menonjol melaluinya. Risiko hernia insisional lebih tinggi pada pasien yang mengalami infeksi luka setelah operasi, mengalami peningkatan tekanan perut pasca-operasi (misalnya, batuk kronis, angkat berat), atau memiliki kondisi medis yang mengganggu penyembuhan luka.
5. Hernia Hiatus (Burut Diafragma)
Berbeda dengan hernia perut lainnya, hernia hiatus terjadi di diafragma. Ini adalah kondisi di mana bagian atas lambung menonjol melalui lubang di diafragma (hiatus esofagus) ke dalam rongga dada. Ada dua jenis utama:
- Sliding Hiatal Hernia: Jenis yang paling umum, di mana bagian persimpangan antara esofagus dan lambung, serta sebagian lambung, bergeser naik turun melalui hiatus.
- Paraesophageal Hiatal Hernia: Bagian lambung (fundus) menonjol ke samping esofagus yang tetap berada di tempatnya. Ini lebih jarang tetapi memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi.
Gejala hernia hiatus biasanya terkait dengan refluks asam lambung (GERD), seperti heartburn dan kesulitan menelan.
6. Jenis Hernia Lainnya yang Kurang Umum
- Hernia Epigastrik: Terjadi di garis tengah dinding perut, antara pusar dan tulang dada.
- Hernia Spigelian: Jarang, terjadi di tepi lateral otot rektus abdominis.
- Hernia Lumbal: Sangat jarang, terjadi di daerah pinggang belakang.
- Hernia Obturator: Sangat jarang, terjadi melalui foramen obturatum di panggul, lebih sering pada wanita lanjut usia yang kurus.
- Hernia Perineal: Terjadi di dasar panggul.
Setiap jenis hernia memiliki karakteristik unik yang memerlukan evaluasi dan penanganan khusus oleh tenaga medis profesional.
Visualisasi sederhana berbagai jenis hernia berdasarkan lokasi anatomisnya.
Penyebab dan Faktor Risiko Burut
Burut terjadi karena kombinasi kelemahan pada dinding otot atau jaringan ikat dan peningkatan tekanan di dalam rongga tubuh. Faktor-faktor ini bisa bersifat bawaan (kongenital) atau didapat (akuired) seiring waktu.
Kelemahan Dinding Otot (Faktor Predisposisi)
Beberapa orang lahir dengan area kelemahan di dinding perut, yang membuat mereka lebih rentan terhadap hernia. Pada kasus lain, kelemahan ini berkembang seiring bertambahnya usia atau akibat kondisi tertentu.
- Kelemahan Bawaan: Pada bayi, terutama pada hernia inguinalis indirek dan umbilikalis, kelemahan ini mungkin ada sejak lahir karena kegagalan penutupan sempurna saluran atau bukaan yang ada selama perkembangan janin.
- Usia Lanjut: Seiring bertambahnya usia, otot-otot dan jaringan ikat cenderung melemah secara alami, meningkatkan risiko hernia.
- Genetika: Kecenderungan untuk mengembangkan hernia bisa diwariskan dalam keluarga.
- Pembedahan Sebelumnya: Setiap sayatan bedah pada dinding perut meninggalkan area yang secara struktural lebih lemah, yang dapat menyebabkan hernia insisional.
- Kondisi Medis: Penyakit yang mempengaruhi kekuatan jaringan ikat, seperti sindrom Ehlers-Danlos atau Marfan, dapat meningkatkan risiko hernia.
Peningkatan Tekanan Intra-Abdomen (Faktor Pemicu)
Tekanan yang meningkat secara berulang atau kronis di dalam rongga perut dapat mendorong organ atau jaringan keluar melalui titik lemah. Ini adalah faktor pemicu utama untuk sebagian besar jenis hernia.
- Batuk Kronis: Kondisi seperti bronkitis kronis, asma, atau merokok berat dapat menyebabkan batuk yang sering dan kuat, meningkatkan tekanan pada dinding perut.
- Mengejan Saat Buang Air Besar (Sembelit): Sembelit kronis yang memerlukan mengejan keras saat buang air besar dapat memberikan tekanan berlebihan pada area panggul dan perut bagian bawah.
- Mengejan Saat Buang Air Kecil: Pembesaran prostat atau kondisi lain yang menyebabkan kesulitan buang air kecil dapat menyebabkan mengejan, meningkatkan tekanan di perut bagian bawah.
- Mengangkat Benda Berat: Mengangkat benda berat, terutama dengan teknik yang salah, dapat secara tiba-tiba atau berulang kali meningkatkan tekanan intra-abdomen.
- Kehamilan: Peningkatan tekanan dari rahim yang membesar, dikombinasikan dengan relaksasi otot dan ligamen, dapat meningkatkan risiko hernia, terutama hernia umbilikalis dan femoralis.
- Kelebihan Berat Badan atau Obesitas: Berat badan berlebih menempatkan tekanan ekstra pada dinding perut.
- Ascites: Penumpukan cairan di rongga perut (misalnya akibat penyakit hati) menyebabkan peningkatan tekanan yang signifikan.
- Olahraga Intensitas Tinggi: Meskipun olahraga baik, beberapa jenis olahraga berat yang melibatkan pengangkatan beban berlebihan atau gerakan tiba-tiba yang kuat tanpa teknik yang benar dapat memicu hernia pada individu yang rentan.
Seringkali, burut adalah hasil dari interaksi antara kelemahan bawaan atau didapat dan adanya tekanan berulang atau kuat. Misalnya, seseorang dengan kelemahan bawaan di kanal inguinal mungkin tidak mengalami hernia sampai ia mulai mengangkat beban berat secara rutin atau mengalami batuk kronis.
Gejala dan Tanda Burut
Gejala burut bervariasi tergantung pada jenis dan ukurannya, serta apakah terjadi komplikasi. Namun, ada beberapa tanda dan gejala umum yang perlu diwaspadai.
1. Benjolan atau Tonjolan yang Terlihat
Ini adalah gejala paling khas dari sebagian besar jenis hernia. Benjolan mungkin:
- Muncul dan Hilang: Awalnya, benjolan mungkin hanya terlihat saat berdiri, batuk, mengejan, atau mengangkat benda berat, dan menghilang saat berbaring atau saat ditekan dengan lembut (direduksi).
- Terasa Saat Disentuh: Seringkali benjolan terasa lunak atau kenyal saat disentuh.
- Berlokasi Spesifik: Terletak di selangkangan (hernia inguinal/femoralis), sekitar pusar (hernia umbilikalis), atau di area bekas luka bedah (hernia insisional).
2. Nyeri atau Ketidaknyamanan
Nyeri atau sensasi tidak nyaman dapat bervariasi dari ringan hingga berat.
- Rasa Sakit Tumpul atau Terbakar: Seringkali dirasakan di sekitar area benjolan.
- Perasaan Berat atau Tarikan: Terutama setelah aktivitas fisik, berdiri lama, atau mengejan.
- Nyeri Tajam: Dapat terjadi secara tiba-tiba saat benjolan muncul atau saat ada peningkatan tekanan.
- Nyeri Menjalar: Pada hernia inguinal, nyeri bisa menjalar ke skrotum atau testis pada pria.
3. Gejala Terkait Komplikasi (Tanda Bahaya!)
Jika benjolan tidak dapat ditekan kembali ke dalam (inkarserata) atau pasokan darahnya terganggu (strangulasi), ini adalah kondisi darurat medis dan memerlukan perhatian segera. Gejala yang mengindikasikan komplikasi serius meliputi:
- Nyeri Hebat dan Tiba-tiba: Di area hernia yang memburuk dengan cepat.
- Benjolan Keras, Nyeri, dan Tidak Dapat Direduksi: Benjolan yang sebelumnya bisa masuk, kini tidak bisa lagi, dan terasa sangat sakit.
- Mual dan Muntah: Terutama jika usus yang terjepit.
- Demam: Menandakan adanya infeksi atau kematian jaringan.
- Perubahan Warna Kulit di Atas Benjolan: Menjadi kemerahan, keunguan, atau gelap, menandakan gangguan aliran darah.
- Kesulitan Buang Air Besar atau Kentut: Jika ada sumbatan usus.
- Pembengkakan dan Nyeri pada Skrotum: Jika hernia inguinal pada pria mengalami komplikasi.
4. Gejala Spesifik untuk Hernia Hiatus
Karena hernia hiatus melibatkan lambung dan diafragma, gejalanya berbeda dan seringkali mirip dengan penyakit refluks gastroesofageal (GERD):
- Heartburn (Nyeri Ulu Hati): Sensasi terbakar di dada yang memburuk setelah makan, saat membungkuk, atau berbaring.
- Regurgitasi: Kembalinya makanan atau cairan asam ke tenggorokan atau mulut.
- Kesulitan Menelan (Disfagia): Sensasi makanan tersangkut di kerongkongan.
- Nyeri Dada: Terkadang menyerupai nyeri jantung, memerlukan evaluasi medis untuk menyingkirkan kondisi jantung.
- Batuk Kronis atau Suara Serak: Akibat iritasi dari asam lambung.
Penting untuk diingat bahwa tidak semua benjolan atau nyeri di area yang disebutkan adalah hernia. Kondisi lain seperti pembesaran kelenjar getah bening, kista, lipoma (benjolan lemak), atau tumor juga dapat menyebabkan benjolan. Oleh karena itu, konsultasi dengan dokter untuk diagnosis yang akurat sangat dianjurkan jika Anda mengalami gejala-gejala ini.
Diagnosis Burut
Diagnosis burut umumnya cukup langsung dan biasanya melibatkan kombinasi pemeriksaan fisik dan riwayat medis. Dalam beberapa kasus, pencitraan mungkin diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis atau menyingkirkan kondisi lain.
1. Anamnesis (Riwayat Medis)
Dokter akan memulai dengan menanyakan riwayat kesehatan Anda, termasuk:
- Gejala yang dialami: Kapan benjolan pertama kali muncul? Apakah nyeri? Apakah benjolan menghilang saat berbaring?
- Faktor risiko: Riwayat batuk kronis, sembelit, angkat berat, operasi sebelumnya, kehamilan, riwayat keluarga hernia.
- Kondisi medis lainnya: Penyakit yang dapat memengaruhi dinding perut atau meningkatkan tekanan intra-abdomen.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah pilar utama diagnosis hernia.
- Inspeksi dan Palpasi: Dokter akan memeriksa area yang dicurigai adanya benjolan saat Anda berdiri, batuk, atau mengejan (manuver Valsalva). Benjolan hernia biasanya akan terasa menonjol dan kadang-kadang dapat dirasakan saat menekan.
- Uji Reduksi: Dokter akan mencoba untuk menekan benjolan kembali ke dalam rongga perut. Jika berhasil, hernia disebut "reducible." Jika tidak, disebut "incarcerated" (inkarserata).
- Pemeriksaan Khusus: Untuk hernia inguinal pada pria, dokter mungkin memasukkan jari ke dalam kanal inguinal melalui skrotum untuk merasakan adanya benjolan saat batuk atau mengejan.
- Auskultasi: Kadang-kadang, dokter mungkin mendengarkan suara usus di area benjolan menggunakan stetoskop.
3. Pemeriksaan Pencitraan (Jika Diperlukan)
Pencitraan mungkin diperlukan jika diagnosis tidak jelas dari pemeriksaan fisik, atau untuk menyingkirkan kondisi lain, atau untuk merencanakan pembedahan.
- Ultrasonografi (USG): Sering digunakan untuk mengkonfirmasi hernia, terutama pada area selangkangan atau perut, dan untuk membedakannya dari kondisi lain seperti kista, pembengkakan kelenjar getah bening, atau hidrokela pada skrotum. USG dapat menunjukkan struktur yang menonjol dan bagaimana ia bergerak saat tekanan diterapkan.
- CT Scan (Computed Tomography Scan): Memberikan gambar penampang yang lebih detail dan berguna untuk mendiagnosis hernia yang kompleks, hernia internal, atau hernia yang tersembunyi, serta untuk mengevaluasi komplikasi.
- MRI (Magnetic Resonance Imaging): Jarang digunakan untuk hernia rutin tetapi dapat berguna untuk hernia yang sangat sulit didiagnosis atau ketika ada kekhawatiran tentang struktur jaringan lunak di sekitarnya.
- Endoskopi (untuk Hernia Hiatus): Untuk hernia hiatus, endoskopi bagian atas (esophagogastroduodenoscopy atau EGD) dapat dilakukan untuk visualisasi langsung kerongkongan dan lambung, melihat ukuran hiatus, dan mengevaluasi kerusakan mukosa akibat refluks asam.
4. Diagnosis Diferensial
Penting untuk membedakan hernia dari kondisi lain yang dapat menyebabkan benjolan atau nyeri di area yang sama, seperti:
- Limfadenopati Inguinalis: Pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan.
- Hidrokela: Penumpukan cairan di sekitar testis.
- Varikokel: Pelebaran pembuluh darah di skrotum.
- Lipoma: Benjolan lemak jinak.
- Tumor: Benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan jaringan abnormal.
- Abses: Kumpulan nanah.
Dengan melakukan anamnesis yang cermat dan pemeriksaan fisik yang teliti, sebagian besar kasus burut dapat didiagnosis dengan akurat. Pencitraan berfungsi sebagai alat bantu diagnostik tambahan saat diperlukan.
Pilihan Pengobatan untuk Burut
Penanganan burut bervariasi tergantung pada jenis, ukuran, gejala, dan apakah ada komplikasi. Sebagian besar hernia memerlukan intervensi bedah untuk perbaikan, namun ada beberapa pengecualian dan pertimbangan.
1. Observasi (Watchful Waiting)
Pada beberapa kasus, terutama pada hernia yang tidak menimbulkan gejala atau gejala minimal, observasi mungkin menjadi pilihan. Ini sering dipertimbangkan untuk:
- Hernia Umbilikalis pada Bayi: Banyak hernia umbilikalis pada bayi menutup secara spontan sebelum usia 5 tahun.
- Hernia Inguinalis Asimtomatik pada Pria Lanjut Usia: Untuk hernia yang sangat kecil dan tidak menimbulkan nyeri atau komplikasi, studi menunjukkan bahwa observasi mungkin aman. Namun, ini harus didiskusikan secara menyeluruh dengan dokter, karena ada risiko komplikasi di masa depan yang mungkin memerlukan operasi darurat.
Selama observasi, pasien akan dipantau secara berkala untuk tanda-tanda pembesaran hernia atau timbulnya gejala baru.
2. Alat Bantu (Truss atau Sabuk Hernia)
Sabuk hernia adalah alat penyangga yang dirancang untuk menahan benjolan hernia di tempatnya. Alat ini umumnya:
- Bukan Pengobatan Permanen: Truss tidak dapat menyembuhkan hernia dan hanya memberikan bantuan sementara untuk menahan benjolan.
- Penggunaan Terbatas: Umumnya direkomendasikan untuk pasien yang tidak bisa menjalani operasi karena alasan kesehatan lain, atau sebagai solusi sementara sebelum operasi.
- Risiko: Penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan iritasi kulit, atrofi otot, dan bahkan memperburuk hernia dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penggunaannya harus di bawah pengawasan medis.
3. Pembedahan (Herniorrhaphy atau Hernioplasty)
Pembedahan adalah satu-satunya cara efektif untuk memperbaiki burut secara permanen. Tujuan operasi adalah untuk mengembalikan organ yang menonjol kembali ke rongga perut dan memperkuat area dinding otot yang lemah.
A. Jenis-jenis Operasi Hernia
- Operasi Terbuka (Open Hernia Repair):
- Deskripsi: Dokter membuat sayatan tunggal di atas lokasi hernia. Organ yang menonjol dikembalikan ke dalam, dan dinding otot yang lemah diperbaiki.
- Perbaikan:
- Herniorrhaphy: Otot dan jaringan disatukan kembali dengan jahitan.
- Hernioplasty (Perbaikan dengan Jaring/Mesh): Ini adalah teknik yang paling umum. Dokter menempatkan jaring sintetis (mesh) di atas atau di bawah area yang lemah untuk memberikan dukungan dan memperkuat dinding. Mesh terbuat dari bahan biokompatibel (misalnya polipropilen) yang aman untuk tubuh.
- Anestesi: Dapat menggunakan anestesi lokal, regional (spinal), atau umum.
- Pemulihan: Biasanya pasien dapat pulang pada hari yang sama atau keesokan harinya. Aktivitas berat dibatasi selama beberapa minggu.
- Operasi Laparoskopi (Laparoscopic Hernia Repair):
- Deskripsi: Dokter membuat beberapa sayatan kecil (sekitar 0.5-1 cm) di perut. Sebuah laparoskop (tabung tipis dengan kamera) dan instrumen bedah khusus dimasukkan melalui sayatan ini. Ruang kerja dibuat dengan mengembungkan perut dengan gas CO2. Dokter melihat area operasi di monitor.
- Jenis Laparoskopi:
- TAPP (Transabdominal Preperitoneal): Dokter masuk ke rongga perut, kemudian membuat sayatan pada peritoneum (lapisan yang melapisi rongga perut) untuk bekerja di ruang preperitoneal (di depan peritoneum).
- TEP (Totally Extraperitoneal): Dokter bekerja sepenuhnya di luar rongga perut (di ruang preperitoneal) tanpa masuk ke rongga perut, sehingga mengurangi risiko cedera pada organ internal.
- Perbaikan: Selalu menggunakan jaring (mesh) yang diletakkan di bagian dalam dinding perut.
- Anestesi: Biasanya menggunakan anestesi umum.
- Keuntungan: Luka lebih kecil, nyeri pasca-operasi lebih sedikit, pemulihan lebih cepat, dan bekas luka lebih minim.
- Kerugian: Membutuhkan keahlian khusus, tidak semua jenis hernia cocok, risiko komplikasi yang berbeda (misalnya, cedera organ internal jika dilakukan TAPP).
B. Pemilihan Teknik Operasi
Pemilihan antara operasi terbuka dan laparoskopi tergantung pada beberapa faktor:
- Jenis dan Ukuran Hernia: Hernia yang sangat besar atau kompleks mungkin lebih cocok dengan operasi terbuka. Hernia bilateral (di kedua sisi) seringkali lebih efisien diperbaiki dengan laparoskopi.
- Kesehatan Pasien: Kondisi medis pasien dapat memengaruhi pilihan anestesi dan teknik bedah.
- Pengalaman Dokter Bedah: Ketersediaan dan keahlian dokter bedah dalam teknik tertentu.
- Preferensi Pasien: Setelah diskusi dengan dokter, pasien dapat mengungkapkan preferensinya.
4. Penanganan Hernia Hiatus
Pengobatan hernia hiatus seringkali dimulai dengan manajemen gejala refluks asam:
- Perubahan Gaya Hidup: Makan porsi kecil, menghindari makanan pemicu, tidak makan sebelum tidur, menurunkan berat badan, meninggikan kepala saat tidur.
- Obat-obatan: Antasida, H2 blocker, atau proton pump inhibitor (PPI) untuk mengurangi produksi asam lambung.
- Pembedahan (Fundoplikasi Nissen): Jika gejala parah dan tidak terkontrol dengan obat-obatan, atau jika ada komplikasi (misalnya, paraesophageal hernia yang besar), operasi dapat dipertimbangkan. Operasi ini melibatkan membungkus bagian atas lambung (fundus) di sekitar bagian bawah kerongkongan untuk memperkuat sfingter esofagus dan mencegah refluks. Biasanya dilakukan secara laparoskopi.
Keputusan untuk menjalani operasi dan memilih jenis operasi harus dibuat setelah konsultasi menyeluruh dengan dokter bedah, yang akan menjelaskan risiko, manfaat, dan ekspektasi pemulihan.
Komplikasi Burut yang Perlu Diwaspadai
Meskipun banyak burut awalnya tidak menimbulkan gejala serius, ada risiko komplikasi yang dapat mengancam jiwa jika tidak ditangani segera. Oleh karena itu, pemahaman tentang komplikasi ini sangat penting.
1. Hernia Inkarserata (Terjepit)
Ini terjadi ketika isi hernia (misalnya, sebagian usus atau omentum) terjepit di dalam kantung hernia dan tidak dapat didorong kembali ke dalam rongga perut. Ini adalah kondisi serius karena:
- Nyeri Hebat: Biasanya disertai nyeri yang sangat hebat dan tiba-tiba di area benjolan.
- Tidak Dapat Direduksi: Benjolan menjadi keras, tegang, dan tidak dapat ditekan kembali.
- Risiko Strangulasi: Hernia inkarserata sangat berisiko untuk berkembang menjadi strangulasi jika tekanan pada organ yang terjepit cukup kuat untuk memutus suplai darah.
- Sumbatan Usus: Jika usus terjepit, dapat terjadi sumbatan usus yang menyebabkan mual, muntah, perut kembung, dan kesulitan buang air besar atau kentut.
Hernia inkarserata memerlukan penanganan medis segera, seringkali operasi darurat.
2. Hernia Strangulasi (Tercekik)
Ini adalah komplikasi paling berbahaya dan mengancam jiwa. Strangulasi terjadi ketika suplai darah ke organ yang terjepit di dalam kantung hernia terputus. Tanpa pasokan darah, jaringan organ akan mati (nekrosis) dalam beberapa jam.
- Gejala: Gejala strangulasi serupa dengan inkarserasi tetapi lebih parah dan progresif. Nyeri sangat hebat, konstan, dan memburuk.
- Tanda Kematian Jaringan: Area kulit di atas benjolan dapat berubah warna menjadi kemerahan, keunguan, atau gelap.
- Gejala Sistemik: Pasien dapat mengalami demam, peningkatan denyut jantung, menggigil, dan tanda-tanda syok karena infeksi dan keracunan dari jaringan yang mati.
- Peritonitis: Jika usus yang strangulasi pecah, isinya dapat tumpah ke rongga perut, menyebabkan peradangan serius pada lapisan perut (peritonitis), yang merupakan kondisi darurat medis yang fatal jika tidak ditangani segera.
Hernia strangulasi selalu memerlukan operasi darurat untuk menyelamatkan jaringan dan mencegah komplikasi yang lebih parah.
3. Komplikasi Pasca-Bedah
Meskipun operasi hernia umumnya aman, ada beberapa risiko yang terkait dengan prosedur bedah apa pun:
- Nyeri Kronis: Nyeri yang berlangsung lebih dari 3 bulan setelah operasi, kadang-kadang disebut nyeri inguinal kronis pasca-herniorrafi. Ini bisa disebabkan oleh cedera saraf selama operasi atau respons tubuh terhadap jaring.
- Infeksi: Baik pada lokasi luka bedah maupun pada jaring yang dipasang.
- Kekambuhan (Recurrence): Hernia dapat kambuh di lokasi yang sama atau berdekatan, meskipun risiko ini rendah dengan teknik bedah modern dan penggunaan jaring.
- Perdarahan atau Hematoma: Penumpukan darah di bawah kulit.
- Cedera Organ Internal: Jarang, tetapi dapat terjadi pada kandung kemih, usus, atau pembuluh darah selama operasi, terutama pada laparoskopi TAPP.
- Kerusakan Saraf: Dapat menyebabkan mati rasa atau nyeri di area tertentu.
- Atrofi Testis (pada Pria): Sangat jarang, tetapi dapat terjadi jika suplai darah ke testis terganggu selama perbaikan hernia inguinal.
- Hidrokela: Penumpukan cairan di sekitar testis setelah operasi hernia inguinal.
4. Komplikasi Hernia Hiatus
Jika tidak diobati, hernia hiatus dapat menyebabkan:
- Esofagitis: Peradangan kerongkongan akibat refluks asam kronis.
- Ulkus Esofagus: Luka terbuka di kerongkongan.
- Striktur Esofagus: Penyempitan kerongkongan, menyebabkan kesulitan menelan.
- Barrett's Esophagus: Perubahan sel-sel di lapisan kerongkongan yang meningkatkan risiko kanker esofagus.
- Anemia: Akibat perdarahan kronis dari esofagitis atau ulkus.
Meskipun tidak semua hernia akan mengalami komplikasi, penting untuk menyadari potensi risiko dan mencari saran medis jika ada gejala yang memburuk atau muncul tanda-tanda komplikasi.
Pencegahan Burut
Meskipun tidak semua jenis hernia dapat dicegah, terutama yang bersifat bawaan, ada banyak langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terjadinya hernia yang didapat dan meminimalkan ketegangan pada dinding perut.
1. Kelola Berat Badan Ideal
Kelebihan berat badan atau obesitas memberikan tekanan tambahan pada dinding perut, terutama di daerah panggul dan umbilikus. Menjaga berat badan yang sehat melalui diet seimbang dan olahraga teratur adalah salah satu cara paling efektif untuk mengurangi risiko hernia.
2. Hindari Mengangkat Beban Berat yang Berlebihan atau Salah
Mengangkat benda berat adalah pemicu umum hernia. Ikuti teknik mengangkat yang benar:
- Tekuk Lutut, Bukan Punggung: Gunakan kekuatan kaki, bukan punggung, untuk mengangkat.
- Jaga Punggung Tetap Lurus: Pertahankan posisi punggung lurus dan beban dekat dengan tubuh.
- Jangan Memutar Tubuh Saat Mengangkat: Hindari gerakan memutar yang dapat memberikan tekanan tidak seimbang pada otot perut.
- Minta Bantuan: Jika benda terlalu berat, jangan ragu meminta bantuan atau gunakan alat bantu.
3. Atasi Batuk Kronis
Batuk yang berkepanjangan dan kuat dapat meningkatkan tekanan di rongga perut secara signifikan. Jika Anda memiliki batuk kronis akibat asma, bronkitis, alergi, atau kebiasaan merokok, segera cari pengobatan untuk kondisi yang mendasarinya.
4. Cegah Sembelit dan Mengejan Berlebihan
Mengejan saat buang air besar dapat memberikan tekanan besar pada dinding perut bawah. Untuk mencegah sembelit:
- Konsumsi Serat yang Cukup: Makan banyak buah, sayur, dan biji-bijian utuh.
- Minum Air yang Cukup: Pastikan hidrasi yang baik.
- Olahraga Teratur: Aktivitas fisik membantu pergerakan usus.
- Jangan Menunda Buang Air Besar: Pergi ke toilet saat ada dorongan.
5. Atasi Kesulitan Buang Air Kecil
Kondisi seperti pembesaran prostat (BPH) pada pria dapat menyebabkan mengejan saat buang air kecil. Mengobati kondisi ini akan mengurangi tekanan pada perut bagian bawah.
6. Berhenti Merokok
Merokok tidak hanya menyebabkan batuk kronis, tetapi juga melemahkan jaringan ikat di seluruh tubuh, membuatnya lebih rentan terhadap kerusakan dan pembentukan hernia.
7. Latih Otot Inti (Core Muscles)
Memperkuat otot-otot inti perut dan punggung dapat memberikan dukungan yang lebih baik pada dinding perut. Latihan seperti plank, sit-up yang benar, dan latihan perut lainnya dapat membantu, tetapi harus dilakukan dengan teknik yang tepat untuk menghindari cedera.
8. Hindari Pakaian yang Terlalu Ketat
Meskipun bukan penyebab langsung, pakaian yang terlalu ketat di pinggang atau perut dapat meningkatkan tekanan dan ketidaknyamanan, terutama jika sudah ada kecenderungan hernia.
9. Perhatikan Gaya Hidup Sehat Secara Keseluruhan
Gaya hidup sehat yang mencakup nutrisi seimbang, hidrasi, dan istirahat yang cukup mendukung kekuatan dan integritas jaringan tubuh secara umum.
Berbagai upaya untuk mencegah terjadinya atau memburuknya burut, terutama melalui perubahan gaya hidup.
Mitos dan Fakta Seputar Burut
Ada banyak informasi yang beredar di masyarakat tentang burut, sebagian benar, sebagian lagi hanya mitos. Memisahkan keduanya penting untuk memastikan penanganan yang tepat dan menghindari kesalahpahaman.
Mitos 1: Burut bisa sembuh sendiri dengan dipijat atau diurut.
- Fakta: Ini adalah mitos yang sangat berbahaya. Hernia adalah cacat struktural pada dinding otot atau jaringan ikat. Pijatan atau urutan tidak akan memperkuat dinding yang lemah, justru dapat memperburuk kondisi, menyebabkan benjolan terjepit (inkarserata) atau tercekik (strangulasi) yang berpotensi fatal. Dalam kasus strangulasi, jaringan organ bisa mati dan memerlukan operasi darurat. Satu-satunya hernia yang mungkin sembuh sendiri adalah hernia umbilikalis kecil pada bayi.
Mitos 2: Hanya pria yang bisa terkena burut.
- Fakta: Meskipun hernia inguinal lebih sering terjadi pada pria, wanita juga dapat mengalami hernia, termasuk hernia inguinal, femoralis, umbilikalis, dan insisional. Hernia femoralis bahkan lebih sering terjadi pada wanita. Jadi, baik pria maupun wanita memiliki risiko terkena burut.
Mitos 3: Burut selalu nyeri.
- Fakta: Tidak selalu. Banyak hernia, terutama pada tahap awal, mungkin tidak menimbulkan rasa sakit sama sekali atau hanya menyebabkan ketidaknyamanan ringan. Gejala yang paling umum adalah benjolan yang terlihat atau teraba. Nyeri seringkali baru muncul atau memburuk saat ada peningkatan tekanan atau saat hernia membesar atau mengalami komplikasi.
Mitos 4: Hernia disebabkan oleh terlalu banyak angkat berat.
- Fakta: Mengangkat beban berat, terutama dengan teknik yang salah, memang merupakan faktor risiko yang signifikan karena meningkatkan tekanan intra-abdomen. Namun, itu bukan satu-satunya penyebab. Hernia terjadi karena kombinasi kelemahan dinding otot (baik bawaan maupun didapat) dan peningkatan tekanan. Batuk kronis, sembelit, kehamilan, obesitas, dan bahkan bersin keras juga bisa menjadi pemicu.
Mitos 5: Kalau benjolannya bisa didorong masuk, berarti tidak perlu dioperasi.
- Fakta: Hernia yang bisa didorong masuk (reducible hernia) memang bukan kondisi darurat seperti inkarserasi atau strangulasi. Namun, itu tetap merupakan kelemahan struktural yang tidak akan sembuh sendiri. Seiring waktu, hernia yang reducible pun memiliki risiko untuk menjadi inkarserata atau strangulasi. Operasi elektif (terencana) untuk hernia yang reducible seringkali lebih aman dan memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan operasi darurat.
Mitos 6: Hernia bisa dicegah sepenuhnya dengan menghindari aktivitas berat.
- Fakta: Menghindari aktivitas berat memang penting untuk mengurangi risiko, tetapi tidak menjamin pencegahan total. Faktor genetik, usia, dan kondisi medis bawaan atau yang didapat (seperti kelemahan jaringan ikat) tetap memainkan peran. Namun, menjaga gaya hidup sehat, mengelola berat badan, dan menggunakan teknik mengangkat yang benar dapat secara signifikan mengurangi risiko.
Mitos 7: Penggunaan sabuk hernia dapat menyembuhkan burut.
- Fakta: Sabuk hernia (truss) hanya berfungsi sebagai alat bantu untuk menahan benjolan di tempatnya dan meredakan ketidaknyamanan sementara. Alat ini tidak menyembuhkan hernia dan tidak memperkuat dinding otot yang lemah. Penggunaan jangka panjang yang tidak tepat bahkan bisa menyebabkan iritasi kulit atau memperburuk kondisi otot. Sabuk hernia hanya direkomendasikan untuk pasien yang tidak bisa menjalani operasi atau sebagai solusi sementara sebelum operasi.
Mitos 8: Operasi hernia sangat berisiko dan sebaiknya dihindari.
- Fakta: Operasi hernia adalah salah satu prosedur bedah yang paling umum dan aman. Tingkat keberhasilannya tinggi, terutama dengan teknik modern seperti hernioplasti dengan jaring. Meskipun ada risiko seperti pada setiap operasi (infeksi, perdarahan, nyeri kronis), manfaat perbaikan hernia yang signifikan seringkali jauh lebih besar daripada risikonya, terutama untuk mencegah komplikasi serius seperti strangulasi.
Penting untuk selalu mencari informasi dari sumber yang terpercaya dan berkonsultasi dengan profesional medis untuk diagnosis dan rencana pengobatan yang akurat.