Dalam khazanah keagamaan Islam, terdapat narasi yang begitu kaya akan simbolisme dan mukjizat, salah satunya adalah kisah Isra' Mi'raj Nabi Muhammad ﷺ. Sebuah perjalanan spiritual yang melampaui batas ruang dan waktu, dan di jantung kisah agung ini, bertenggerlah sosok makhluk menakjubkan bernama Burok. Bukan sekadar tunggangan biasa, Burok adalah manifestasi dari kecepatan ilahi, keindahan yang tak terlukiskan, dan perwujudan kuasa Allah yang memungkinkan seorang hamba menembus tujuh lapis langit.
Artikel ini akan membawa kita menyelami lebih dalam tentang Burok, mulai dari asal-usulnya, deskripsi fisik yang termaktub dalam berbagai riwayat, perannya yang sentral dalam peristiwa Isra' Mi'raj, hingga bagaimana makhluk legendaris ini telah menginspirasi seni, budaya, dan pemikiran umat Islam di seluruh dunia, khususnya di Indonesia. Kita akan menelusuri simbolisme mendalam di balik kecepatan dan keindahannya, serta bagaimana kisah Burok terus relevan dan memberikan hikmah bagi kehidupan spiritual modern.
Nama "Burok" (البُراق, al-Burāq) berasal dari kata Arab yang memiliki akar kata "barq" (برق) yang berarti kilat atau petir. Penamaan ini secara langsung merujuk pada kecepatan luar biasa yang dimiliki makhluk ini, mampu bergerak secepat kilatan cahaya, melintasi jarak yang tak terbayangkan dalam waktu singkat. Nama ini sendiri sudah merupakan sebuah gambaran akan mukjizat, bahwa Burok bukan sekadar kuda, melainkan sebuah kendaraan yang diciptakan dengan kemampuan yang melampaui akal dan logika manusiawi.
Imam Nawawi dalam syarahnya atas Sahih Muslim menyebutkan bahwa dinamakan Burok karena kecepatan gerakannya. Setiap langkahnya menempuh sejauh mata memandang. Ada juga yang menafsirkan dari kata "barāqah" (بَارِقَة) yang berarti "sesuatu yang berkilauan" atau "bersinar", yang mengindikasikan penampilan Burok yang memancarkan cahaya atau memiliki bulu yang berkilau. Kedua interpretasi ini sama-sama menekankan sifat transenden dan keilahian Burok.
Deskripsi Burok yang paling otentik ditemukan dalam hadis-hadis sahih, terutama yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Hadis-hadis ini memberikan gambaran yang cukup jelas namun tetap menyisakan ruang interpretasi artistik yang luas. Beberapa poin utama mengenai penampilannya adalah:
Burok bukanlah hewan biasa yang berasal dari bumi. Ia adalah makhluk surgawi, yang telah disiapkan secara khusus oleh Allah SWT untuk misi agung tersebut. Keberadaannya di surga, siap untuk melayani para nabi, menunjukkan statusnya yang mulia. Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa Burok telah ada di surga sejak Nabi Ibrahim AS. menggunakannya untuk mengunjungi putranya, Nabi Ismail AS. di Mekkah. Hal ini semakin menegaskan bahwa Burok adalah makhluk pilihan, bukan sembarang tunggangan, melainkan bagian dari desain ilahi yang sempurna untuk peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah kenabian.
Kemampuannya yang unik, melampaui hukum fisika duniawi, adalah bukti bahwa ia berasal dari alam yang berbeda, alam gaib, yang tunduk sepenuhnya pada kehendak Tuhan. Ini juga yang membuatnya mampu mengemban tugas membawa Nabi Muhammad ﷺ melintasi dimensi dan realitas yang berbeda.
Peristiwa Isra' Mi'raj adalah salah satu mukjizat terbesar dalam sejarah Islam, menandai titik balik penting dalam dakwah Nabi Muhammad ﷺ. Burok memainkan peran sentral sebagai kendaraan yang memungkinkan perjalanan luar biasa ini terjadi.
Isra' Mi'raj terjadi pada masa yang sangat sulit bagi Nabi Muhammad ﷺ, yang dikenal sebagai "Amul Huzn" atau Tahun Kesedihan. Pada tahun itu, Nabi kehilangan dua sosok yang sangat dicintai dan menjadi pilar dukungannya: pamannya, Abu Thalib, yang melindunginya dari gangguan kaum Quraisy, dan istrinya yang setia, Khadijah RA, yang selalu memberikan dukungan moral dan material. Kehilangan ini, ditambah dengan penolakan keras dari penduduk Tha'if, membuat Nabi ﷺ merasa sangat tertekan. Dalam suasana kesedihan dan keputusasaan inilah, Allah SWT menganugerahkan perjalanan Isra' Mi'raj sebagai penghiburan, penguatan, dan penegasan status kenabiannya.
Perjalanan ini bukan sekadar wisata, melainkan sebuah demonstrasi kekuasaan Allah, dan sekaligus sebuah persiapan spiritual bagi Nabi untuk menghadapi tantangan dakwah yang lebih besar di masa mendatang, terutama dengan hijrah ke Madinah.
Bagian pertama dari perjalanan ini adalah Isra', yang berarti "perjalanan malam". Nabi Muhammad ﷺ dibangunkan oleh Malaikat Jibril di dekat Ka'bah, kemudian disiapkanlah Burok untuknya. Riwayat-riwayat menyebutkan bahwa Burok sempat agak enggan atau memberontak ketika Nabi hendak menungganginya, mungkin karena belum pernah ditunggangi oleh manusia mulia selevel Nabi Muhammad. Namun, Jibril menenangkannya dengan berkata, "Apakah engkau berlaku demikian kepada Muhammad? Demi Allah, tidak ada seorang pun yang menunggangimu yang lebih mulia di sisi Allah daripada dia." Seketika Burok pun tenang dan tunduk.
Dengan kecepatan kilat, Burok membawa Nabi dari Masjidil Haram di Mekkah menuju Masjidil Aqsa di Yerusalem (Baitul Maqdis). Perjalanan ini yang secara normal memakan waktu berbulan-bulan dengan unta, diselesaikan dalam satu malam. Di Masjidil Aqsa, Nabi Muhammad ﷺ menjadi imam bagi para nabi dan rasul terdahulu yang ruhnya hadir di sana, sebuah peristiwa yang melambangkan kepemimpinan dan penutup risalah yang diemban Nabi Muhammad ﷺ atas seluruh nabi sebelumnya.
Masjidil Aqsa sendiri adalah situs yang sangat suci dalam Islam, tempat para nabi beribadah, dan merupakan kiblat pertama umat Islam. Pilihan tempat ini sebagai titik persinggahan menunjukkan kesinambungan risalah dan kemuliaan tempat tersebut di hadapan Allah.
Setelah Isra', dimulailah bagian kedua yang lebih menakjubkan: Mi'raj, yang berarti "tangga" atau "kenaikan". Dari Masjidil Aqsa, Burok bersama Nabi Muhammad ﷺ dan Malaikat Jibril mulai naik menembus langit satu per satu. Setiap lapis langit memiliki penjaga dan keajaibannya sendiri:
Setiap pertemuan ini bukan sekadar sapaan, melainkan pengakuan para nabi terdahulu atas kenabian Muhammad ﷺ, serta pesan-pesan spiritual yang diberikan kepada Nabi. Pertemuan ini menunjukkan kesinambungan risalah kenabian dan persatuan dalam tujuan dakwah tauhid.
Puncak dari perjalanan Mi'raj adalah ketika Nabi Muhammad ﷺ tiba di Sidratul Muntaha, sebuah pohon Bidara yang menandai batas akhir pengetahuan makhluk. Di sinilah Malaikat Jibril berhenti, karena ia tidak diizinkan melampaui batas tersebut. Nabi Muhammad ﷺ melanjutkan perjalanan sendirian, menembus batas-batas alam gaib yang tidak pernah dijamah oleh makhluk lain.
Di Sidratul Muntaha, Nabi Muhammad ﷺ berhadapan langsung dengan Allah SWT (dengan cara yang hanya diketahui oleh Allah). Di tempat inilah, perintah salat lima waktu diturunkan kepada umat Islam, yang awalnya berjumlah lima puluh waktu, kemudian dikurangi menjadi lima waktu atas permohonan Nabi Muhammad ﷺ melalui nasihat Nabi Musa AS., namun pahalanya tetap setara dengan lima puluh waktu salat. Perintah salat ini menjadi hadiah teragung dari perjalanan Mi'raj, yang menegaskan posisi salat sebagai tiang agama dan jembatan penghubung antara hamba dan Tuhannya.
Setelah menerima perintah agung tersebut dan menyaksikan berbagai tanda kebesaran Allah, Nabi Muhammad ﷺ kembali ke Mekkah, masih dalam malam yang sama. Ketika beliau menceritakan perjalanannya kepada kaum Quraisy, banyak yang mencemooh dan tidak percaya. Namun, Abu Bakar RA. adalah orang pertama yang membenarkan kisah tersebut tanpa keraguan, sehingga ia diberi gelar "Ash-Shiddiq" (yang membenarkan). Ini menunjukkan betapa luar biasanya perjalanan Isra' Mi'raj, yang melampaui batas-batas nalar manusia biasa.
Burok, sebagai bagian integral dari perjalanan ini, menjadi saksi bisu dan pelaksana kehendak ilahi yang memungkinkan mukjizat ini terwujud. Peran Burok dalam membawa Nabi Muhammad ﷺ melintasi dimensi dan realitas yang berbeda, dari dunia fisik ke alam gaib, menegaskan posisinya sebagai makhluk yang sangat istimewa dalam sejarah Islam.
Di luar deskripsi fisiknya dan perannya dalam Isra' Mi'raj, Burok juga sarat akan simbolisme yang mendalam, mencerminkan berbagai aspek spiritual dan teologis dalam Islam.
Nama "Burok" yang berarti "kilat" atau "petir" sudah merupakan simbol utama dari kecepatan yang melampaui batas. Kecepatan ini bukan sekadar kecepatan fisik, melainkan metafora untuk kecepatan manifestasi kehendak Allah. Ketika Allah berkehendak, sesuatu dapat terjadi dalam sekejap mata, melampaui segala hukum alam yang dikenal manusia. Burok adalah perwujudan fisik dari konsep ini.
Kecepatan Burok juga melambangkan bahwa tidak ada batasan bagi kekuatan Allah. Jarak, waktu, dan dimensi fisik tidak relevan di hadapan kekuasaan-Nya. Perjalanan Isra' Mi'raj yang ditempuh dalam semalam, meskipun secara geografis dan astronomis mustahil bagi manusia biasa, menjadi mungkin dengan perantara Burok, sebagai bukti nyata dari qudrat (kemampuan) dan iradat (kehendak) Allah yang tak terbatas.
Burok berfungsi sebagai jembatan, penghubung antara alam duniawi (bumi) dengan alam ukhrawi (langit dan alam gaib). Ia memungkinkan seorang manusia, Nabi Muhammad ﷺ, untuk melintasi batas-batas ini dan berinteraksi dengan realitas yang lebih tinggi. Ini adalah simbol bahwa meskipun manusia hidup di dunia, ada dimensi spiritual yang lebih luas yang dapat diakses melalui iman dan bimbingan ilahi.
Dalam konteks sufistik, Burok bisa diinterpretasikan sebagai kendaraan spiritual, atau kekuatan batin, yang memungkinkan seseorang mencapai maqam (tingkatan) spiritual yang tinggi dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Ini adalah perjalanan batin yang melampaui materi, menuju kesadaran ilahi.
Seluruh kisah Burok dan Isra' Mi'raj adalah mukjizat besar. Burok, dengan segala keunikannya, adalah bagian integral dari mukjizat tersebut. Ia adalah bukti visual dan fungsional dari kekuasaan Allah yang tak terbatas untuk melakukan apa pun yang Dia kehendaki. Bagi orang-orang beriman, kisah Burok memperkuat keyakinan akan hal-hal gaib dan keajaiban yang ada di luar jangkauan panca indra dan akal semata.
Mukjizat Burok juga mengajarkan tentang pentingnya iman. Ketika kaum Quraisy meragukan perjalanan Nabi, iman Abu Bakar yang tak tergoyahkan menjadi contoh bagaimana seseorang harus menerima kebenaran ilahi, bahkan jika itu melampaui pemahaman rasional.
Kehadiran Burok, yang disiapkan secara khusus oleh Allah dan diiringi oleh Malaikat Jibril, juga melambangkan bimbingan dan perlindungan ilahi yang menyertai para utusan-Nya. Nabi Muhammad ﷺ tidak dibiarkan menempuh perjalanan agung ini sendirian atau tanpa sarana. Burok adalah sarana ilahi yang memastikan perjalanan itu aman dan berhasil.
Ini bisa diartikan secara lebih luas bahwa dalam setiap misi penting atau ujian besar yang diberikan kepada hamba-Nya, Allah senantiasa menyediakan jalan keluar dan bantuan, meskipun seringkali dalam bentuk yang tidak terduga atau melampaui logika manusia.
Kisah Burok telah menjadi sumber inspirasi yang tak ada habisnya bagi para seniman, sastrawan, dan budayawan di seluruh dunia Islam. Dari lukisan miniatur Persia hingga kesenian rakyat di Nusantara, citra Burok telah diinterpretasikan ulang dan diadaptasi ke dalam berbagai bentuk seni yang indah dan bermakna.
Dalam tradisi seni miniatur Persia dan Mughal (India), Burok seringkali digambarkan dengan sangat detail dan artistik. Ini adalah salah satu representasi paling terkenal dari makhluk mitos ini. Miniatur-miniatur ini biasanya menunjukkan Nabi Muhammad ﷺ menunggangi Burok, seringkali dengan wajah yang ditutupi cadar atau kabut cahaya sebagai penghormatan, bersama Malaikat Jibril di sampingnya, melintasi langit yang penuh bintang, awan, dan kadang-kadang malaikat-malaikat lain.
Di Indonesia, kisah Burok tidak hanya dikenal sebagai narasi keagamaan, tetapi juga telah diadaptasi ke dalam berbagai bentuk kesenian rakyat yang unik dan dinamis, khususnya di daerah Jawa Barat dan sekitarnya.
Salah satu manifestasi paling terkenal adalah Pawon Burok atau sering disebut juga Sisingaan Burok, yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Ini adalah pertunjukan arak-arakan yang memadukan elemen patung, musik, dan tari.
Meskipun Burok bukan karakter sentral dalam epos Ramayana atau Mahabharata yang menjadi dasar wayang kulit tradisional, ia kadang-kadang muncul dalam lakon-lakon yang mengisahkan peristiwa Isra' Mi'raj atau cerita-cerita Islami lainnya yang diadaptasi ke dalam panggung wayang. Dalam konteks ini, Burok akan digambarkan sesuai dengan gaya wayang yang berlaku, namun tetap mempertahankan ciri khasnya sebagai kuda bersayap dengan wajah indah. Penambahan karakter Burok ke dalam wayang menunjukkan fleksibilitas dan adaptasi seni tradisional terhadap narasi keagamaan baru.
Selain seni figuratif, citra Burok juga dapat ditemukan dalam elemen arsitektur Islam, meskipun tidak seumum pola geometris atau kaligrafi. Kadang-kadang, ukiran Burok dapat ditemukan pada mihrab, mimbar, atau pintu masjid yang memiliki kaitan historis dengan penyebaran Islam atau tradisi lokal tertentu.
Dalam kaligrafi, meskipun Burok sendiri tidak langsung menjadi objek kaligrafi, kisah Isra' Mi'raj seringkali diabadikan dalam bentuk tulisan indah, dan nama Burok kadang dituliskan dalam teks-teks tersebut. Desain kaligrafi modern bahkan mungkin mencoba mengintegrasikan bentuk Burok secara abstrak dalam komposisi huruf-huruf Arab.
Kehadiran Burok dalam kesenian rakyat Indonesia menunjukkan bahwa kisah ini telah sepenuhnya terinternalisasi dan diadaptasi ke dalam kekayaan budaya lokal. Ia bukan lagi sekadar kisah dari jazirah Arab, melainkan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas dan ekspresi keagamaan masyarakat. Adaptasi ini membuktikan vitalitas dan fleksibilitas Islam dalam berinteraksi dengan budaya setempat, menciptakan bentuk-bentuk ekspresi yang baru dan unik.
Melalui Pawon Burok, misalnya, nilai-nilai keimanan, kegembiraan, dan kebersamaan dirayakan. Anak-anak yang diarak di atas patung Burok akan tumbuh dengan kenangan akan makhluk ajaib ini dan kisah Isra' Mi'raj yang melatarbelakanginya, menjaga agar narasi spiritual ini tetap hidup dan relevan bagi generasi mendatang.
Meskipun Burok adalah makhluk mitologis dan bagian dari kisah mukjizat, relevansinya tidak terbatas pada aspek historis dan keagamaan semata. Kisah ini terus memicu interpretasi dan refleksi mendalam di era modern, baik dari sudut pandang teologis, sufistik, maupun inspirasi bagi kehidupan kontemporer.
Dari sudut pandang teologis, Burok dan Isra' Mi'raj adalah bukti nyata dari:
Ulama-ulama kontemporer terus mengkaji dan mengajarkan kisah Burok dan Isra' Mi'raj untuk memperkuat iman umat, menjelaskan doktrin-doktrin dasar Islam, dan menunjukkan relevansi pesan-pesan moral serta spiritual yang terkandung di dalamnya.
Dalam tradisi sufistik, Burok dan Mi'raj sering diinterpretasikan secara alegoris sebagai perjalanan spiritual batin. Burok bisa melambangkan:
Bagi para sufi, kisah Burok adalah inspirasi untuk melakukan "mi'raj" mereka sendiri setiap hari, yaitu melalui salat, zikir, dan kontemplasi, dengan tujuan mencapai kedekatan spiritual dengan Sang Pencipta.
Di luar konteks keagamaan yang ketat, Burok juga bisa menjadi sumber inspirasi dalam kehidupan modern:
Bahkan dalam konteks seni dan budaya modern, Burok terus menjadi subjek menarik bagi seniman kontemporer yang ingin memadukan tradisi dengan gaya modern, menciptakan interpretasi baru yang relevan bagi audiens masa kini.
Konsep makhluk mitologis yang menjadi tunggangan para dewa, pahlawan, atau tokoh suci dapat ditemukan dalam berbagai kebudayaan di dunia. Meskipun Burok memiliki kekhasannya sendiri dalam tradisi Islam, menarik untuk melihat perbandingannya dengan makhluk bersayap atau kuda suci dari mitologi lain.
Salah satu perbandingan yang paling sering muncul adalah dengan Pegasus dari mitologi Yunani. Pegasus adalah kuda jantan ilahi bersayap putih yang lahir dari darah Medusa setelah Perseus memenggal kepalanya, atau dari bumi yang disuburkan darah Medusa. Ia adalah tunggangan pahlawan Bellerophon dalam petualangannya melawan Chimaera.
Banyak budaya kuno memiliki makhluk mitologis bersayap yang melambangkan kekuasaan, kebijaksanaan, atau kecepatan:
Meskipun makhluk-makhluk ini juga bersayap dan memiliki elemen hibrida, mereka umumnya memiliki sifat yang lebih agresif atau protektif, serta seringkali merupakan campuran berbagai hewan buas. Burok, sebaliknya, digambarkan sebagai makhluk yang indah, anggun, dan tunduk sepenuhnya pada kehendak ilahi, dengan fungsi tunggal sebagai kendaraan spiritual.
Konsep kuda suci atau kuda ajaib juga tersebar luas:
Kuda-kuda ini seringkali melambangkan kekuasaan, kecepatan, dan koneksi dengan dunia ilahi. Burok memiliki kesamaan dalam aspek ini, namun dengan kekhasan Islamnya sebagai makhluk yang secara spesifik dirancang untuk perjalanan spiritual Nabi, dan bukan sebagai bagian dari panteon dewa atau mitos penciptaan dunia.
Perbandingan ini menunjukkan bahwa meskipun gagasan tentang makhluk ajaib sebagai tunggangan ilahi adalah universal, Burok memiliki kekhasan yang kuat dalam konteks Islam, terutama terkait dengan misi kenabian Muhammad ﷺ dan sifat mukjizat perjalanannya.
Kisah Burok dan Isra' Mi'raj bukan hanya narasi sejarah atau mukjizat semata, melainkan sarat dengan hikmah dan pelajaran berharga yang relevan bagi setiap Muslim di setiap zaman. Kisah ini adalah pengingat akan kebesaran Allah, pentingnya ibadah, dan kekuatan iman.
Pelajaran paling fundamental dari Isra' Mi'raj adalah perintah salat lima waktu. Salat adalah hadiah langsung dari Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ dan umatnya di Sidratul Muntaha. Ini menunjukkan bahwa salat bukanlah sekadar ritual, melainkan "mi'rajnya" seorang mukmin, yaitu sarana untuk berkomunikasi langsung dengan Allah, merasakan kedekatan-Nya, dan meraih ketenangan batin. Burok mengantarkan Nabi ke momen di mana perintah agung ini diberikan, menekankan betapa pentingnya salat sebagai tiang agama dan pembeda antara Muslim dan non-Muslim.
Salat juga mengajarkan disiplin, kesabaran, dan konsistensi, membentuk karakter individu yang kuat dan berorientasi spiritual.
Perjalanan Isra' Mi'raj diberikan kepada Nabi Muhammad ﷺ setelah menghadapi "Tahun Kesedihan" yang penuh cobaan dan penolakan. Ini mengajarkan bahwa setelah kesulitan pasti ada kemudahan, dan bahwa Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya yang setia tanpa pertolongan. Kisah ini menginspirasi umat untuk tetap sabar dan tabah dalam menghadapi ujian hidup, karena setelah kesulitan besar, mungkin ada anugerah dan kebahagiaan yang lebih besar menanti, yang melampaui segala imajinasi.
Burok sendiri, meskipun makhluk surgawi, tetap tunduk pada kehendak Allah, menunjukkan ketaatan yang sempurna, yang menjadi contoh bagi manusia untuk senantiasa bersabar dan patuh pada perintah-Nya.
Kisah Burok dan seluruh perjalanan Isra' Mi'raj adalah peristiwa yang melampaui akal dan logika manusia. Ini menuntut keyakinan yang kuat terhadap hal-hal gaib (iman bil ghaib). Respons Abu Bakar Ash-Shiddiq yang langsung membenarkan kisah tersebut tanpa ragu adalah contoh sempurna dari iman yang teguh. Pelajaran ini mengajarkan umat Islam untuk tidak hanya mengandalkan rasio, tetapi juga membuka hati terhadap kebenaran-kebenaran spiritual yang mungkin tidak dapat dijelaskan secara ilmiah, namun sahih karena bersumber dari wahyu ilahi.
Dalam dunia modern yang serba materialistis, kisah ini mengingatkan kita akan dimensi spiritual yang lebih dalam dan kebesaran Allah yang tak terbatas.
Burok sebagai penghubung antara dunia dan langit melambangkan keterikatan yang erat antara kehidupan duniawi dan akhirat. Setiap tindakan di dunia ini memiliki konsekuensi di akhirat. Perjalanan Nabi ke langit menunjukkan bahwa realitas tidak hanya terbatas pada apa yang kita lihat di bumi, melainkan ada alam yang lebih luas dan kekal yang menanti. Ini memotivasi Muslim untuk menjalani hidup di dunia dengan penuh kesadaran akan tujuan akhirat.
Kisah ini menegaskan bahwa tujuan utama kehidupan adalah mendekatkan diri kepada Allah, dan dunia hanyalah jembatan menuju kehidupan kekal.
Di setiap aspek kisah Burok dan Isra' Mi'raj, terpancarlah kekuasaan Allah yang tak terbatas. Dari penciptaan Burok yang unik, kecepatan pergerakannya, hingga kemampuan-Nya untuk mengangkat Nabi Muhammad ﷺ menembus tujuh lapis langit dan berbicara langsung dengan-Nya, semuanya adalah bukti kemahakuasaan Allah. Ini adalah pelajaran yang paling mendasar, menanamkan rasa kagum, takjub, dan tawakal kepada Sang Pencipta.
Bagi Muslim, kisah ini adalah pengingat bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah, dan bahwa Dialah satu-satunya Zat yang layak disembah dan diandalkan.
Kisah Burok adalah salah satu permata dalam khazanah Islam, bukan hanya karena ia adalah tunggangan Nabi Muhammad ﷺ dalam perjalanan Isra' Mi'raj yang agung, tetapi juga karena kekayaan simbolisme dan makna yang terkandung di dalamnya. Dari deskripsi fisiknya yang menakjubkan sebagai makhluk "kilat" yang lebih besar dari keledai namun lebih kecil dari bagal, dengan kemampuan melangkah sejauh mata memandang, hingga penafsiran artistik dalam seni miniatur Persia dan kesenian rakyat Indonesia seperti Pawon Burok, Burok telah merajut dirinya ke dalam imajinasi dan spiritualitas umat Islam.
Burok adalah simbol dari kecepatan ilahi, mukjizat tak terhingga, jembatan antara dunia dan akhirat, serta manifestasi dari bimbingan dan perlindungan Allah. Perannya yang krusial dalam membawa Nabi Muhammad ﷺ dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, dan kemudian menembus tujuh lapis langit hingga Sidratul Muntaha, tempat perintah salat lima waktu diturunkan, menjadikan Burok sebagai bagian integral dari salah satu peristiwa paling suci dalam Islam.
Di era modern, kisah Burok terus menginspirasi refleksi teologis tentang kekuasaan Allah, interpretasi sufistik tentang perjalanan batin, dan pelajaran praktis tentang kesabaran, iman, serta pentingnya salat dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengajarkan kita untuk meyakini hal-hal gaib, memahami bahwa kekuasaan Allah tidak terbatas oleh logika manusia, dan senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada-Nya.
Melalui keindahan seni dan vitalitas budaya, terutama di Nusantara, kisah Burok terus hidup, diwariskan dari generasi ke generasi, tidak hanya sebagai legenda, tetapi sebagai pengingat abadi akan kebesaran Nabi Muhammad ﷺ, keagungan Isra' Mi'raj, dan kemahakuasaan Allah SWT. Burok, makhluk surga yang indah dan ajaib ini, akan selamanya dikenang sebagai saksi dan pelaksana mukjizat ilahi yang mengubah sejarah.