Bharada: Mengukir Bakti di Garis Depan Penjaga Keamanan
Dalam struktur organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), setiap pangkat memiliki peran dan tanggung jawab yang spesifik. Salah satu pangkat yang menjadi fondasi dan garis terdepan dalam pelaksanaan tugas-tugas kepolisian adalah Bhayangkara Dua, yang lebih dikenal dengan singkatan Bharada. Pangkat ini mungkin terdengar sederhana bagi sebagian masyarakat awam, namun di balik itu, terdapat dedikasi, perjuangan, dan kontribusi nyata yang tak terhingga bagi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).
Artikel ini akan mengupas tuntas segala seluk-beluk tentang Bharada, mulai dari definisi dan hierarki, proses rekrutmen yang ketat, tugas pokok dan fungsi dalam berbagai satuan, tantangan yang dihadapi, peluang pengembangan karir, hingga sejarah dan peran fundamental mereka dalam menjaga keutuhan bangsa. Dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai pangkat Bharada, diharapkan masyarakat dapat lebih mengapresiasi kerja keras dan pengabdian para prajurit Polri di lapangan.
Definisi dan Hierarki Pangkat Bharada dalam Polri
Bharada adalah akronim dari Bhayangkara Dua. Ini adalah pangkat terendah dalam Korps Tamtama Polri. Tamtama sendiri merupakan golongan pangkat terendah dalam struktur kepolisian, yang beranggotakan personel pelaksana tugas lapangan dengan kualifikasi dasar kepolisian. Secara etimologi, "Bhayangkara" memiliki makna sebagai penjaga atau pengawal, mengingatkan kita pada pasukan elite Kerajaan Majapahit di masa lampau yang terkenal akan kesetiaan dan keberaniannya.
Struktur Pangkat di Kepolisian
Untuk memahami posisi Bharada, penting untuk melihat gambaran umum hierarki pangkat di Polri. Secara garis besar, pangkat di Polri terbagi menjadi tiga golongan utama:
Perwira: Golongan pangkat tertinggi, mulai dari Inspektur Dua Polisi (Ipda) hingga Jenderal Polisi. Mereka adalah para pemimpin, perencana, dan pengambil keputusan strategis.
Bintara: Golongan pangkat menengah, mulai dari Brigadir Dua Polisi (Bripda) hingga Ajun Inspektur Satu Polisi (Aiptu). Mereka adalah pelaksana teknis dan pengawas lapangan, seringkali menjadi penghubung antara Perwira dan Tamtama.
Tamtama: Golongan pangkat terendah, mulai dari Bhayangkara Dua Polisi (Bharada) hingga Ajun Brigadir Polisi Dua (Abripda). Mereka adalah pelaksana tugas operasional di garis depan, yang berinteraksi langsung dengan masyarakat dan menghadapi berbagai situasi di lapangan.
Jenjang Pangkat Tamtama
Dalam golongan Tamtama sendiri, terdapat empat jenjang pangkat, dimulai dari yang terendah:
Bharada (Bhayangkara Dua): Pangkat awal setelah lulus pendidikan dasar Tamtama Polri.
Bharatu (Bhayangkara Satu): Setingkat lebih tinggi dari Bharada.
Bharaka (Bhayangkara Kepala): Setingkat lebih tinggi dari Bharatu.
Abripda (Ajun Brigadir Polisi Dua): Pangkat tertinggi dalam golongan Tamtama, setara dengan pangkat terakhir sebelum naik ke golongan Bintara.
Setiap kenaikan pangkat dalam golongan Tamtama memerlukan masa dinas dan penilaian kinerja yang baik, menunjukkan komitmen dan profesionalisme dalam menjalankan tugas.
Proses Rekrutmen dan Pendidikan Dasar Bharada
Untuk menjadi seorang Bharada, calon anggota Polri harus melalui serangkaian proses seleksi yang sangat ketat dan kompetitif. Proses ini dirancang untuk memastikan bahwa hanya individu-individu terbaik, baik secara fisik, mental, maupun intelektual, yang dapat bergabung dalam korps kepolisian.
Persyaratan Umum dan Khusus
Persyaratan untuk mendaftar menjadi Tamtama Polri umumnya mencakup:
Warga Negara Indonesia (WNI): Calon harus merupakan WNI asli.
Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa: Mencerminkan nilai-nilai moral.
Setia kepada NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945: Memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi.
Sehat Jasmani dan Rohani: Dibuktikan dengan surat keterangan dokter, termasuk tidak memiliki tato atau tindik (kecuali karena ketentuan adat/agama).
Tidak Pernah Dipidana: Dibuktikan dengan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).
Berpendidikan Minimal SMA/Sederajat: Dengan nilai rata-rata tertentu.
Usia Minimal 17 Tahun 6 Bulan dan Maksimal 22 Tahun: Pada saat pembukaan pendidikan.
Tinggi Badan Minimal: Umumnya 165 cm untuk pria dan 160 cm untuk wanita (terkadang hanya dibuka untuk pria).
Belum Pernah Menikah: Serta sanggup tidak menikah selama masa pendidikan dan sampai batas waktu tertentu setelah lulus.
Bersedia Ditempatkan di Seluruh Wilayah NKRI: Menunjukkan kesiapan untuk mengabdi di mana saja.
Tahapan Seleksi yang Komprehensif
Proses seleksi Bharada berlangsung dalam beberapa tahapan krusial, masing-masing dengan tujuan tertentu:
Pendaftaran Online dan Verifikasi Administrasi: Calon mendaftar melalui situs web resmi Polri dan kemudian melakukan verifikasi dokumen fisik di Polres atau Polda setempat.
Tes Kesehatan Tahap I: Pemeriksaan kesehatan umum, meliputi tinggi dan berat badan, tekanan darah, gigi, mata, THT, dan lain-lain.
Tes Psikologi Tahap I: Mengukur kemampuan kognitif, kepribadian, dan stabilitas emosi calon.
Tes Akademik: Meliputi pengetahuan umum, Bahasa Indonesia, dan Matematika, disesuaikan dengan jenjang pendidikan SMA/sederajat.
Tes Kesamaptaan Jasmani (TKK) dan Antropometri:
Kesamaptaan A: Lari 12 menit, mengukur daya tahan kardiovaskular.
Kesamaptaan B: Pull-up, sit-up, push-up, shuttle run, mengukur kekuatan otot dan kelincahan.
Renang: Mengukur kemampuan dasar berenang.
Antropometri: Pengukuran bentuk tubuh untuk kesesuaian postur.
Tes Kesehatan Tahap II: Pemeriksaan kesehatan yang lebih mendalam, termasuk rekam jantung (EKG), rontgen, tes darah, urine, dan pemeriksaan organ dalam.
Tes Psikologi Tahap II (Wawancara): Wawancara mendalam untuk menggali aspek psikologis dan motivasi calon.
Penelusuran Mental dan Ideologi (PMI): Melibatkan wawancara dan pemeriksaan latar belakang untuk memastikan calon tidak terlibat dalam organisasi terlarang atau memiliki paham radikal.
Sidang Kelulusan Akhir (Pantukhir): Rapat penentuan akhir oleh panitia seleksi untuk memilih calon yang akan mengikuti pendidikan.
Pendidikan Dasar Tamtama Polri
Calon yang lolos seleksi akan mengikuti pendidikan dasar kepolisian selama beberapa bulan di Sekolah Polisi Negara (SPN) atau lembaga pendidikan yang ditunjuk. Pendidikan ini sangat intensif, mencakup:
Pembinaan Fisik dan Mental: Latihan fisik yang berat, disiplin militer, dan pembentukan karakter.
Materi Pengetahuan Kepolisian: Hukum pidana, lalu lintas, HAM, tugas pokok Polri, etika profesi.
Keterampilan Teknis Kepolisian: Bela diri, penggunaan senjata api, patroli, pengamanan, prosedur penangkapan, pertolongan pertama.
Wawasan Kebangsaan dan Ideologi: Memperkuat rasa cinta tanah air dan nilai-nilai Pancasila.
Setelah lulus pendidikan, para siswa akan dilantik dengan pangkat Bhayangkara Dua (Bharada) dan siap diterjunkan ke berbagai satuan tugas di seluruh Indonesia.
Tugas Pokok dan Fungsi Bharada dalam Pelaksanaan Tugas Kepolisian
Sebagai prajurit di garis depan, Bharada memiliki peran yang sangat vital dalam setiap aspek pelaksanaan tugas kepolisian. Mereka adalah ujung tombak Polri yang berinteraksi langsung dengan masyarakat dan menghadapi berbagai dinamika di lapangan. Tugas pokok mereka secara umum sejalan dengan tugas pokok Polri, yaitu memelihara kamtibmas, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Peran Strategis di Lapangan
Bharada, dengan kualifikasi sebagai pelaksana tugas umum kepolisian, biasanya ditempatkan di unit-unit operasional yang memerlukan kehadiran fisik dan kesiapsiagaan tinggi. Mereka adalah motor penggerak dalam menjaga keamanan dan ketertiban. Peran strategis mereka mencakup beberapa aspek kunci:
Kehadiran Polisi di Masyarakat (Police Presence): Kehadiran Bharada di jalanan, pusat keramaian, atau area rawan kejahatan memberikan rasa aman dan mencegah tindak kriminal. Mereka seringkali menjadi wajah pertama Polri yang ditemui masyarakat.
Penanganan Situasi Awal: Bharada adalah personel pertama yang tiba di lokasi kejadian perkara (TKP) atau insiden. Mereka bertugas mengamankan TKP, memberikan pertolongan awal, dan melaporkan situasi kepada unit yang lebih tinggi atau spesialis.
Pelaksana Instruksi dan Perintah: Sebagai bagian dari struktur komando, Bharada dengan sigap melaksanakan setiap instruksi dan perintah dari atasan, memastikan setiap operasi berjalan sesuai rencana.
Membangun Kepercayaan Publik: Interaksi positif Bharada dengan masyarakat melalui patroli, dialog, atau bantuan kecil, sangat berperan dalam membangun citra positif Polri dan meningkatkan kepercayaan publik.
Tugas-tugas Spesifik Bharada di Berbagai Satuan
Penempatan Bharada sangat beragam, tergantung kebutuhan organisasi. Berikut adalah beberapa contoh tugas spesifik di satuan-satuan utama Polri:
1. Satuan Samapta Bhayangkara (Sabhara) / Dalmas
Ini adalah satuan yang paling banyak menempatkan Bharada. Mereka adalah tulang punggung operasional Sabhara. Tugas-tugasnya meliputi:
Patroli Rutin: Melakukan patroli jalan kaki atau bermotor di area perkotaan, permukiman, atau objek vital untuk mencegah kejahatan dan memelihara kamtibmas.
Penjagaan dan Pengawalan: Melaksanakan penjagaan objek-objek vital negara (bank, kantor pemerintahan, bandara, pelabuhan), pengawalan pejabat, atau pengawalan tahanan/barang berharga.
Pengendalian Massa (Dalmas): Terlibat dalam pengamanan unjuk rasa atau keramaian massa, menjaga ketertiban, dan mencegah anarkisme.
Tindak Pidana Ringan: Penanganan awal terhadap gangguan kamtibmas seperti perkelahian, pencurian kecil, atau pelanggaran ketertiban umum.
Bantuan SAR dan Bencana: Memberikan bantuan dalam operasi pencarian dan penyelamatan (SAR) serta penanggulangan bencana alam.
Pelayanan Masyarakat: Memberikan informasi, arahan, atau bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan di jalanan atau pos-pos polisi.
2. Korps Brigade Mobil (Brimob)
Bharada yang ditempatkan di Brimob menjalani pelatihan khusus yang lebih berat dan siap diterjunkan dalam operasi-operasi berisiko tinggi.
Penanggulangan Kejahatan Berintensitas Tinggi: Terlibat dalam operasi anti-teror, penanganan huru-hara bersenjata, atau penangkapan pelaku kejahatan kelas berat.
Pengamanan Khusus: Mengamankan wilayah konflik, perbatasan, atau event-event berskala besar yang memerlukan kehadiran pasukan khusus.
SAR dan Penjinakan Bom: Dengan pelatihan khusus, beberapa Bharada di Brimob juga dapat terlibat dalam unit SAR atau penjinakan bom.
Back-up Satuan Lain: Memberikan dukungan taktis dan kekuatan tambahan bagi satuan kepolisian lainnya yang membutuhkan.
3. Satuan Lalu Lintas
Meskipun seringkali Bintara yang dominan di lalu lintas, Bharada juga berperan sebagai pendukung operasional.
Pengaturan Lalu Lintas: Membantu pengaturan lalu lintas di titik-titik rawan macet atau saat ada kejadian khusus.
Patroli dan Penjagaan Pos: Melakukan patroli pengawasan lalu lintas atau berjaga di pos-pos lalu lintas.
Bantuan Penanganan Kecelakaan: Membantu pengamanan lokasi kecelakaan dan memberikan pertolongan awal.
4. Satuan Reserse Kriminal (Reskrim) dan Intelijen Keamanan (Intelkam)
Bharada di Reskrim dan Intelkam umumnya bertugas sebagai staf pendukung atau pelaksana lapangan dalam misi-misi tertentu yang memerlukan keberanian dan inisiatif.
Administrasi dan Logistik: Mendukung pekerjaan administrasi dan logistik tim penyelidikan atau pengumpulan informasi.
Pengamanan Tersangka/Barang Bukti: Membantu mengamankan tersangka atau barang bukti di TKP atau selama proses penyelidikan.
Pengawasan dan Penyelidikan Awal: Terkadang diikutsertakan dalam tim pengawasan atau penyelidikan awal di lapangan, di bawah pengawasan Bintara atau Perwira.
5. Bidang Umum atau Logistik
Beberapa Bharada juga ditempatkan di unit-unit non-operasional sebagai dukungan.
Penjagaan Markas: Menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan markas kepolisian.
Pergudangan dan Distribusi: Membantu pengelolaan logistik kepolisian seperti peralatan, seragam, atau amunisi.
Sopir dan Mekanik: Jika memiliki keahlian khusus, dapat bertugas sebagai sopir kendaraan operasional atau membantu perawatan kendaraan.
Dalam semua penempatan ini, seorang Bharada dituntut untuk memiliki disiplin tinggi, fisik yang prima, mental yang kuat, serta kemampuan untuk bekerja dalam tim. Mereka adalah tulang punggung yang memastikan roda operasional kepolisian terus berputar secara efektif.
Tantangan dan Risiko dalam Tugas Bharada
Menjadi seorang Bharada bukanlah pilihan karir yang mudah. Di balik seragam dan tugas mulia, terdapat berbagai tantangan dan risiko yang harus dihadapi setiap hari. Tantangan ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga mental, emosional, dan bahkan sosial.
Tantangan Fisik dan Bahaya di Lapangan
Sebagai garda terdepan, Bharada seringkali menjadi orang pertama yang merespons situasi darurat atau berisiko tinggi. Ini menempatkan mereka pada posisi yang rentan terhadap bahaya fisik:
Konfrontasi Fisik: Saat berhadapan dengan pelaku kejahatan, penanganan massa yang anarkis, atau bahkan dalam misi SAR, risiko cedera fisik sangat tinggi. Mereka harus siap menghadapi perlawanan atau kondisi ekstrem.
Kondisi Kerja Ekstrem: Tugas patroli, penjagaan, atau pengamanan seringkali dilakukan dalam berbagai kondisi cuaca, dari panas terik hingga hujan lebat, dan di lingkungan yang beragam, termasuk daerah terpencil atau berbahaya.
Paparan Penyakit: Interaksi dengan berbagai lapisan masyarakat dan kondisi lingkungan yang kurang steril dapat meningkatkan risiko paparan penyakit menular.
Kelelahan Fisik: Jadwal kerja yang panjang, shift malam, dan tuntutan fisik yang tinggi dapat menyebabkan kelelahan kronis yang berdampak pada kesehatan jangka panjang.
Tekanan Mental dan Emosional
Selain tantangan fisik, Bharada juga dihadapkan pada tekanan mental dan emosional yang signifikan:
Stres Akibat Situasi Berisiko: Berada dalam situasi yang mengancam nyawa, melihat kekerasan, atau menangani korban kejahatan bisa meninggalkan trauma psikologis.
Tuntutan Disiplin Tinggi: Lingkungan kerja yang sangat hierarkis dan disiplin menuntut kepatuhan mutlak, yang kadang bisa memicu stres bagi individu tertentu.
Jam Kerja Tidak Teratur: Kesiapsiagaan 24/7 dan jam kerja yang tidak menentu dapat mengganggu kehidupan pribadi dan waktu istirahat, memicu stres dan kelelahan mental.
Dilema Moral dan Etika: Dalam menjalankan tugas, kadang Bharada dihadapkan pada situasi yang memerlukan pengambilan keputusan cepat dengan dilema moral, misalnya saat harus menindak kerabat atau masyarakat yang dikenal.
Citra Negatif Polri (jika ada): Meskipun mereka bekerja keras, terkadang citra negatif sebagian oknum Polri yang disiarkan media dapat membebani mental Bharada yang berdedikasi.
Risiko Sosial dan Ekonomi
Selain risiko di lapangan, ada juga aspek sosial dan ekonomi yang menjadi tantangan bagi Bharada:
Jauh dari Keluarga: Penempatan di seluruh wilayah Indonesia seringkali berarti Bharada harus jauh dari keluarga dan sanak saudara, terutama di awal karir.
Gaji dan Tunjangan: Meskipun ada kenaikan, gaji dan tunjangan di tingkat awal Bharada mungkin belum sepenuhnya sebanding dengan risiko dan beban kerja yang diemban, terutama bagi yang sudah berkeluarga.
Sorotan Publik: Sebagai bagian dari institusi penegak hukum, setiap tindakan Bharada berada di bawah sorotan publik, dan kesalahan kecil dapat menjadi sorotan besar.
Ancaman dari Pihak Ketiga: Tidak jarang Bharada atau keluarganya menjadi sasaran ancaman atau intimidasi dari pihak-pihak yang tidak senang dengan penegakan hukum.
Meskipun demikian, semangat pengabdian dan profesionalisme para Bharada menjadi motivasi utama untuk terus menjalankan tugas, menghadapi segala rintangan demi menjaga kamtibmas.
Jenjang Karir dan Pengembangan Diri bagi Bharada
Pangkat Bharada bukanlah akhir dari sebuah perjalanan, melainkan gerbang awal menuju karir yang panjang dan penuh peluang di Kepolisian Negara Republik Indonesia. Polri sangat memperhatikan pengembangan sumber daya manusianya, termasuk bagi para Bhayangkara Dua, dengan menyediakan berbagai jalur untuk kenaikan pangkat, pendidikan lanjutan, dan spesialisasi.
Kenaikan Pangkat Bertahap
Jenjang karir Tamtama berlangsung secara bertahap, biasanya dengan masa dinas tertentu dan penilaian kinerja yang positif:
Bharada ke Bharatu (Bhayangkara Satu): Kenaikan pangkat pertama setelah beberapa waktu dinas dan memenuhi syarat administratif serta kinerja.
Bharatu ke Bharaka (Bhayangkara Kepala): Kenaikan pangkat berikutnya, menandakan pengalaman dan kemampuan yang lebih matang.
Bharaka ke Abripda (Ajun Brigadir Polisi Dua): Pangkat tertinggi di golongan Tamtama, yang menunjukkan senioritas dan keahlian di bidangnya.
Setiap kenaikan pangkat membawa serta peningkatan tanggung jawab, hak, dan kadang-kadang juga posisi dalam struktur unit.
Peluang Pendidikan Lanjutan Menuju Golongan Bintara dan Perwira
Salah satu jalur pengembangan karir yang paling diminati oleh Tamtama adalah naik ke golongan Bintara atau bahkan Perwira. Polri menyediakan program-program pendidikan khusus untuk hal ini:
Pendidikan Pembentukan Bintara (Diktukba): Bharada, Bharatu, Bharaka, atau Abripda yang memenuhi syarat (usia, masa dinas, dan kesehatan) dapat mengikuti seleksi untuk pendidikan ini. Jika lolos, mereka akan dididik menjadi Bintara dan dilantik dengan pangkat Brigadir Dua Polisi (Bripda), membuka peluang untuk peran yang lebih manajerial dan kepemimpinan di tingkat operasional.
Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) atau Sekolah Inspektur Polisi (SIP): Bagi Tamtama yang memiliki pendidikan sarjana sebelum masuk Polri atau melanjutkan pendidikan selama berdinas, ada peluang untuk mengikuti seleksi SIPSS. Sementara itu, bagi Bintara (yang sebelumnya Tamtama) yang telah memiliki pengalaman dinas dan memenuhi syarat, mereka dapat mengikuti seleksi SIP untuk menjadi Perwira Pertama, dilantik sebagai Inspektur Dua Polisi (Ipda).
Jalur ini membuka kesempatan lebar bagi seorang Bharada untuk tidak hanya menjadi pelaksana, tetapi juga menjadi pemimpin, perencana, dan pengambil keputusan di kemudian hari.
Pengembangan Spesialisasi dan Keahlian
Selain kenaikan pangkat struktural, Bharada juga memiliki kesempatan untuk mengembangkan spesialisasi dan keahlian di berbagai bidang melalui pendidikan dan pelatihan lanjutan, seperti:
Intelijen: Mengikuti pelatihan intelijen untuk menjadi agen lapangan atau pengumpul informasi.
Reserse: Mengembangkan kemampuan investigasi dan penyidikan kejahatan.
Lalu Lintas: Memperdalam ilmu dan keterampilan dalam manajemen lalu lintas dan penanganan kecelakaan.
Brimob: Mengikuti pendidikan spesialisasi anti-teror, Gegana (penjinakan bom), atau SAR.
IT Forensik: Mengembangkan kemampuan dalam bidang teknologi informasi untuk mendukung penyelidikan kejahatan siber.
Bahasa Asing: Meningkatkan kemampuan bahasa asing untuk tugas-tugas hubungan internasional atau pengamanan tamu negara.
Dengan adanya berbagai program pendidikan dan pelatihan ini, seorang Bharada memiliki prospek karir yang luas dan dinamis, memungkinkan mereka untuk terus tumbuh, belajar, dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi Polri dan negara.
Sejarah Pangkat Tamtama dalam Kepolisian Nasional
Sejarah pangkat Tamtama dalam kepolisian tidak dapat dilepaskan dari sejarah panjang institusi kepolisian itu sendiri di Indonesia. Dari masa kolonial hingga kemerdekaan dan era reformasi, peran prajurit di tingkat paling bawah selalu krusial dalam menjaga ketertiban dan menegakkan hukum.
Era Kolonial dan Pra-Kemerdekaan
Jauh sebelum ada istilah "Bharada", struktur kepolisian di era Hindia Belanda sudah memiliki hierarki pangkat yang mirip, dengan pasukan-pasukan rendah sebagai pelaksana utama. Mereka dikenal dengan berbagai sebutan, seperti mantri politie, agen politie, atau veldwachter (penjaga ladang/desa). Tugas mereka meliputi menjaga keamanan desa, melakukan patroli, dan membantu polisi kolonial dalam penegakan hukum.
Meskipun berada di bawah kendali kolonial, keberadaan mereka menunjukkan pentingnya peran personel lapangan dalam menjaga stabilitas wilayah. Pendidikan dan pelatihan yang mereka terima, meskipun terbatas, sudah menanamkan dasar-dasar kedisiplinan dan kepatuhan.
Masa Perjuangan Kemerdekaan dan Awal Republik
Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, cikal bakal kepolisian nasional (yang saat itu masih bernama Jawatan Kepolisian Negara) dibentuk. Pangkat-pangkat mulai disesuaikan dengan semangat kebangsaan, meskipun pengaruh struktur militer masih terasa kuat mengingat peran kepolisian dalam perjuangan bersenjata.
Pasukan di tingkat bawah, yang kemudian menjadi cikal bakal Tamtama, memiliki peran heroik dalam mempertahankan kemerdekaan. Mereka terlibat dalam berbagai operasi militer, menjaga keamanan dalam negeri di tengah agresi militer Belanda, serta memastikan jalannya pemerintahan di daerah-daerah. Semangat "Bhayangkara" sebagai penjaga negara mulai diinternalisasi kuat pada periode ini.
Integrasi dan Pemisahan TNI-Polri
Setelah pengakuan kedaulatan, struktur kepolisian terus berkembang. Pada masa Orde Baru, Polri menjadi bagian dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), yang menyebabkan adanya penyatuan sistem kepangkatan dan pendidikan dengan militer. Istilah "Bhayangkara Dua" (Bharada) mulai digunakan secara resmi sebagai pangkat terendah dalam golongan Tamtama di kepolisian, sepadan dengan Prada (Prajurit Dua) di TNI.
Integrasi ini bertujuan untuk menciptakan kekuatan pertahanan dan keamanan yang padu. Prajurit Tamtama kepolisian pada masa ini tidak hanya menjalankan tugas-tugas kamtibmas, tetapi juga terlibat dalam operasi-operasi militer sesuai kebijakan ABRI.
Pada era reformasi, dengan dikeluarkannya Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2000 dan Nomor VII/MPR/2000, Polri secara resmi dipisahkan dari TNI. Pemisahan ini membawa implikasi besar terhadap reorganisasi internal Polri, termasuk penyesuaian doktrin, sistem pendidikan, dan struktur kepangkatan. Meskipun ada pemisahan, nama pangkat "Bharada" dipertahankan, melambangkan identitas khas kepolisian yang berbasis pada nilai-nilai Bhayangkara.
Bharada di Era Modern
Di era modern, peran Bharada semakin profesional. Dengan tuntutan masyarakat yang semakin tinggi dan kompleksitas kejahatan yang terus berkembang, pendidikan dan pelatihan untuk Bharada terus disempurnakan. Mereka kini dibekali tidak hanya dengan kemampuan fisik dan taktis, tetapi juga dengan pengetahuan hukum yang lebih mendalam, kemampuan komunikasi, serta penggunaan teknologi dalam pelaksanaan tugas.
Sejarah menunjukkan bahwa meskipun pangkatnya paling rendah, kontribusi Tamtama, termasuk Bharada, selalu menjadi pilar utama dalam menjaga keamanan dan ketertiban. Mereka adalah penerus tradisi panjang pengabdian Bhayangkara yang setia kepada negara dan masyarakat.
Kontribusi Bharada Terhadap Keamanan Nasional
Meskipun seringkali berada di balik layar atau sebagai pelaksana langsung, kontribusi Bharada terhadap keamanan nasional sangatlah signifikan dan fundamental. Mereka adalah elemen krusial yang memastikan roda pemerintahan dan kehidupan masyarakat berjalan dengan lancar, aman, dan tertib.
Garda Terdepan dalam Pemeliharaan Kamtibmas
Bharada adalah mata dan telinga Polri di lapangan. Mereka adalah orang pertama yang menyaksikan, mendengar, dan merespons berbagai kejadian di masyarakat. Kehadiran mereka di jalanan, di pos-pos polisi, atau dalam kegiatan patroli memberikan efek deteren (pencegah) terhadap potensi tindak kejahatan. Mereka adalah penjaga keamanan yang tidak kenal lelah, siang dan malam, demi terciptanya lingkungan yang kondusif.
Pencegahan Kriminalitas: Dengan patroli rutin, Bharada secara aktif mencegah terjadinya kejahatan, baik kejahatan jalanan, pencurian, maupun gangguan ketertiban umum. Kehadiran polisi adalah jaminan rasa aman bagi masyarakat.
Respons Cepat: Saat terjadi insiden atau laporan masyarakat, Bharada yang berada di area terdekat adalah yang paling cepat tiba di lokasi untuk mengamankan situasi, memberikan pertolongan pertama, dan mengumpulkan informasi awal. Kecepatan respons ini seringkali menjadi penentu keberhasilan penanganan suatu kasus.
Pengamanan Objek Vital: Pengamanan objek-objek vital negara, baik fasilitas publik, kantor pemerintahan, maupun infrastruktur penting, banyak diemban oleh para Bharada. Ini memastikan stabilitas operasional dan mencegah potensi sabotase atau serangan yang dapat mengganggu keamanan nasional.
Penegakan Hukum di Tingkat Dasar
Meskipun bukan penyidik utama, Bharada berperan penting dalam proses penegakan hukum, terutama di tahap awal:
Penangkapan Pelaku Kejahatan: Dalam situasi tertangkap tangan atau perintah langsung dari atasan, Bharada memiliki kewenangan untuk melakukan penangkapan terhadap pelaku kejahatan. Ini adalah langkah awal yang krusial dalam proses peradilan.
Pengamanan Tempat Kejadian Perkara (TKP): Saat tiba di TKP, Bharada bertugas untuk mengamankan area, memastikan barang bukti tidak rusak atau hilang, dan menjaga agar tidak ada pihak yang tidak berkepentingan masuk. Integritas TKP sangat vital untuk keberhasilan penyelidikan.
Pelaporan Awal: Setiap temuan atau insiden yang ditangani Bharada akan dilaporkan secara berjenjang, menjadi dasar bagi langkah-langkah penegakan hukum selanjutnya oleh unit yang lebih tinggi.
Pengayoman dan Pelayanan Masyarakat
Di luar tugas penegakan hukum, Bharada juga adalah pelayan dan pengayom masyarakat:
Bantuan Sosial: Dalam berbagai kesempatan, Bharada memberikan bantuan langsung kepada masyarakat, seperti membantu menyeberangkan anak sekolah, memberikan petunjuk arah, atau membantu warga yang kesulitan di jalan.
Mitigasi Bencana: Saat terjadi bencana alam, Bharada seringkali menjadi personel pertama yang terlibat dalam evakuasi, distribusi bantuan, dan menjaga ketertiban di lokasi bencana, berperan penting dalam memulihkan kondisi pasca-bencana.
Jembatan Komunikasi: Mereka adalah jembatan komunikasi antara Polri dan masyarakat, mendengarkan keluhan, masukan, dan aspirasi warga, yang kemudian dapat menjadi informasi penting bagi pimpinan Polri untuk perumusan kebijakan.
Dukungan Terhadap Operasi Skala Besar
Dalam operasi kepolisian berskala besar, baik itu operasi anti-teror, pengamanan pemilu, atau operasi penumpasan kejahatan terorganisir, Bharada menjadi bagian integral dari kekuatan yang dikerahkan. Mereka adalah tulang punggung yang mendukung keberhasilan operasi tersebut, melaksanakan perintah, dan memastikan logistik serta keamanan terjamin di lapangan.
Dengan demikian, peran Bharada bukan sekadar pelengkap, melainkan elemen esensial yang secara langsung berkontribusi pada penciptaan stabilitas, ketertiban, dan keamanan nasional. Dedikasi mereka adalah cerminan komitmen Polri untuk melindungi, mengayomi, dan melayani seluruh rakyat Indonesia.
Perbandingan Pangkat Tamtama di Polri dan TNI
Meskipun Polri dan TNI adalah dua institusi yang berbeda, keduanya memiliki struktur kepangkatan yang secara historis memiliki kemiripan, terutama pada golongan Tamtama. Memahami perbandingan ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai posisi dan peran Bharada dalam konteks pertahanan dan keamanan nasional secara lebih luas.
Sistem Kepangkatan Tamtama di TNI
TNI (Tentara Nasional Indonesia) memiliki tiga matra utama: Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU). Setiap matra memiliki sistem kepangkatan Tamtama yang serupa:
Angkatan Darat:
Prajurit Dua (Prada)
Prajurit Satu (Pratu)
Prajurit Kepala (Praka)
Kopral Dua (Kopda)
Kopral Satu (Koptu)
Kopral Kepala (Kopka)
Prada adalah pangkat terendah, setara dengan Bharada.
Angkatan Laut:
Kelasi Dua (Kls II)
Kelasi Satu (Kls I)
Kelasi Kepala (Klk)
Kopral Dua (Kopda)
Kopral Satu (Koptu)
Kopral Kepala (Kopka)
Kls II adalah pangkat terendah, setara dengan Bharada.
Angkatan Udara:
Prajurit Dua (Prada)
Prajurit Satu (Pratu)
Prajurit Kepala (Praka)
Kopral Dua (Kopda)
Kopral Satu (Koptu)
Kopral Kepala (Kopka)
Prada adalah pangkat terendah, setara dengan Bharada.
Dari perbandingan di atas, terlihat bahwa pangkat Tamtama di TNI lebih banyak jenjangnya (enam tingkat) dibandingkan Polri (empat tingkat). Namun, pangkat awal di TNI (Prada/Kls II) memiliki posisi yang setara dengan Bharada sebagai pangkat dasar bagi lulusan pendidikan Tamtama.
Persamaan dan Perbedaan
Persamaan:
Pangkat Dasar: Keduanya merupakan pangkat paling dasar bagi personel yang lulus pendidikan Tamtama, menjadi pelaksana utama di lapangan.
Persyaratan Rekrutmen: Umumnya memiliki persyaratan usia, pendidikan minimal, dan tes fisik/mental yang serupa.
Tugas Pelaksana: Baik Bharada maupun Prada/Kls II/Praka, fokus utama tugas mereka adalah sebagai pelaksana teknis operasional di unit masing-masing.
Kedisiplinan: Sangat mengedepankan disiplin militer dan hierarki komando.
Perbedaan:
Institusi dan Doktrin:
Polri (Bharada): Berfokus pada keamanan dalam negeri, penegakan hukum, kamtibmas, serta perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat. Doktrinnya adalah penegakan hukum dan community policing.
TNI (Prada/Kls II/Praka): Berfokus pada pertahanan negara dari ancaman militer, menjaga kedaulatan, dan keutuhan wilayah. Doktrinnya adalah perang dan pertahanan.
Jenis Tugas:
Bharada: Tugas sehari-hari meliputi patroli, penjagaan, penanganan keributan, pengaturan lalu lintas, atau pengamanan objek vital sipil.
Prada/Kls II/Praka: Tugas sehari-hari meliputi latihan tempur, operasi militer, pengamanan perbatasan, atau menjaga instalasi militer.
Senjata dan Peralatan:
Bharada: Meskipun dilatih menggunakan senjata, fokus utamanya lebih pada alat penegakan hukum seperti borgol, pentungan, dan kemudian senjata api sebagai alat terakhir.
Prada/Kls II/Praka: Secara fundamental dilatih untuk penggunaan berbagai jenis senjata militer dan peralatan tempur.
Jenjang Pangkat: Polri memiliki 4 jenjang Tamtama, sementara TNI memiliki 6 jenjang Tamtama.
Meskipun memiliki perbedaan dalam fokus tugas dan doktrin, baik Bharada di Polri maupun Tamtama di TNI sama-sama merupakan garda terdepan negara yang mengemban tugas berat. Mereka adalah pondasi dari kekuatan pertahanan dan keamanan Indonesia, yang secara sinergis menjaga kedaulatan, keutuhan, dan ketertiban negara.
Masa Depan Pangkat Tamtama dan Peran Bharada di Polri Modern
Di tengah pesatnya perkembangan zaman, globalisasi, dan kemajuan teknologi, institusi kepolisian dituntut untuk terus beradaptasi dan berinovasi. Pangkat Tamtama, khususnya Bharada, sebagai pondasi operasional Polri, juga akan mengalami evolusi dalam peran dan tanggung jawabnya di masa depan. Modernisasi Polri akan sangat bergantung pada kualitas dan adaptabilitas para prajurit di garis depan ini.
Modernisasi Pendidikan dan Pelatihan
Di masa depan, pendidikan dan pelatihan bagi calon Bharada dan Bharada yang sudah berdinas akan semakin canggih dan komprehensif. Beberapa aspek yang mungkin akan ditekankan meliputi:
Teknologi Informasi dan Siber: Dengan meningkatnya kejahatan siber dan penggunaan teknologi, Bharada akan dibekali kemampuan dasar dalam penggunaan alat-alat digital, forensik digital sederhana, dan pencegahan kejahatan siber di tingkat akar rumput. Mereka akan menjadi "mata" digital Polri.
Komunikasi Efektif dan Mediasi: Pentingnya pendekatan humanis dan resolusi konflik tanpa kekerasan akan semakin ditekankan. Bharada akan dilatih untuk memiliki kemampuan komunikasi yang persuasif, mediasi konflik kecil di masyarakat, dan membangun hubungan baik dengan berbagai komunitas.
Multikulturalisme dan HAM: Dalam masyarakat yang semakin pluralistik, pemahaman tentang keragaman budaya, agama, dan hak asasi manusia akan menjadi fondasi penting. Bharada harus mampu bertindak secara adil, tidak diskriminatif, dan menghormati hak-hak setiap warga negara.
Manajemen Data dan Pelaporan: Dengan adanya sistem pelaporan digital, Bharada akan semakin terlatih dalam mengumpulkan data di lapangan, membuat laporan yang akurat, dan berkontribusi pada analisis kejahatan berbasis data.
Pengetahuan Lingkungan dan Bencana: Perubahan iklim dan potensi bencana alam akan menuntut Bharada untuk lebih responsif dan terlatih dalam penanganan krisis lingkungan, evakuasi, dan SAR.
Peningkatan Profesionalisme dan Kesejahteraan
Peningkatan profesionalisme harus diiringi dengan perhatian terhadap kesejahteraan. Di masa depan, diharapkan akan ada peningkatan:
Kesejahteraan Finansial: Peningkatan gaji dan tunjangan yang sebanding dengan risiko dan tanggung jawab pekerjaan.
Fasilitas Pendukung Tugas: Ketersediaan peralatan modern, seragam yang ergonomis, dan teknologi komunikasi yang canggih akan mendukung kinerja Bharada.
Dukungan Psikologis: Adanya program konseling dan dukungan psikologis bagi personel yang menghadapi tekanan berat di lapangan untuk mencegah trauma dan stres pasca-tugas.
Jaminan Karir yang Jelas: Transparansi dan keadilan dalam jenjang karir, baik kenaikan pangkat reguler maupun peluang untuk melanjutkan pendidikan, akan meningkatkan motivasi.
Peran Bharada dalam Konteks "Polisi Modern"
Dalam visi "Polisi Modern", Bharada akan menjadi representasi utama Polri yang humanis, responsif, dan berbasis teknologi:
Polisi Komunitas (Community Policing): Bharada akan menjadi agen utama dalam mewujudkan konsep polisi komunitas, aktif berinteraksi, mendengarkan, dan bekerja sama dengan masyarakat untuk menyelesaikan masalah keamanan lokal.
Pelopor Adaptasi Teknologi: Mereka akan menjadi pengguna awal dan pelopor dalam mengaplikasikan teknologi baru di lapangan, dari aplikasi pelaporan, kamera tubuh, hingga sistem pengenalan wajah.
Duta Integritas: Dengan integritas yang tinggi, Bharada akan menjadi contoh bagi masyarakat, membangun kepercayaan, dan menghilangkan stigma negatif yang mungkin ada.
Responden Pertama Multitugas: Kemampuan mereka untuk menghadapi berbagai situasi, dari kriminalitas ringan hingga bantuan bencana, akan semakin diasah, menjadikan mereka responden pertama yang sangat adaptif.
Masa depan pangkat Tamtama, khususnya Bharada, di Polri akan menjadi semakin kompleks namun juga penuh peluang. Dengan investasi yang tepat dalam pendidikan, pelatihan, dan kesejahteraan, Bharada akan terus menjadi pilar utama yang tak tergantikan dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Indonesia, mengukir bakti di garis depan dengan semangat pengabdian dan profesionalisme yang tinggi.
Kesimpulan: Fondasi Kuat Keamanan Indonesia
Melalui perjalanan mendalam ini, kita telah memahami bahwa pangkat Bhayangkara Dua, atau yang lebih dikenal sebagai Bharada, bukanlah sekadar label dalam struktur kepolisian. Ia adalah representasi dari dedikasi, ketangguhan, dan pengabdian yang menjadi fondasi utama dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat di seluruh pelosok Indonesia. Dari proses rekrutmen yang sangat selektif, pendidikan yang membentuk fisik dan mental, hingga penempatan di berbagai satuan yang menantang, setiap Bharada dipersiapkan untuk menjadi ujung tombak Polri.
Mereka adalah pelaksana langsung tugas-tugas kepolisian, dari patroli rutin, pengamanan objek vital, hingga respons cepat terhadap insiden. Keberadaan mereka memastikan bahwa konsep "Polisi Hadir" benar-benar terwujud di tengah masyarakat, memberikan rasa aman, serta mengayomi setiap warga negara. Tantangan fisik, mental, dan sosial yang mereka hadapi setiap hari merupakan bukti nyata dari beratnya beban tugas yang diemban, namun semangat Bhayangkara tak pernah padam.
Dengan adanya jenjang karir yang jelas, peluang pendidikan lanjutan menuju Bintara bahkan Perwira, serta berbagai kesempatan untuk spesialisasi, seorang Bharada memiliki prospek untuk terus berkembang dan memberikan kontribusi yang lebih besar. Peran mereka dalam sejarah kepolisian Indonesia, dari masa perjuangan hingga era modern, selalu krusial dan tak tergantikan. Di masa depan, dengan modernisasi Polri, peran Bharada diharapkan akan semakin relevan dan adaptif terhadap tantangan zaman, terutama dalam pemanfaatan teknologi, pendekatan humanis, dan penguatan polisi komunitas.
Pada akhirnya, Bharada adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang tak terpisahkan dari denyut nadi keamanan nasional. Pengabdian mereka adalah cerminan dari komitmen Polri untuk melayani, melindungi, dan mengayomi masyarakat. Mengapresiasi peran Bharada berarti mengapresiasi kerja keras ribuan personel yang setiap hari mempertaruhkan nyawa demi terciptanya Indonesia yang aman, damai, dan sejahtera.