Bharada: Mengukir Bakti di Garis Depan Penjaga Keamanan

Lambang Kepolisian Indonesia Ilustrasi lambang kepolisian berupa perisai dengan bintang dan dua figur, melambangkan perlindungan dan tugas kepolisian di Indonesia. BHARADA

Dalam struktur organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), setiap pangkat memiliki peran dan tanggung jawab yang spesifik. Salah satu pangkat yang menjadi fondasi dan garis terdepan dalam pelaksanaan tugas-tugas kepolisian adalah Bhayangkara Dua, yang lebih dikenal dengan singkatan Bharada. Pangkat ini mungkin terdengar sederhana bagi sebagian masyarakat awam, namun di balik itu, terdapat dedikasi, perjuangan, dan kontribusi nyata yang tak terhingga bagi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).

Artikel ini akan mengupas tuntas segala seluk-beluk tentang Bharada, mulai dari definisi dan hierarki, proses rekrutmen yang ketat, tugas pokok dan fungsi dalam berbagai satuan, tantangan yang dihadapi, peluang pengembangan karir, hingga sejarah dan peran fundamental mereka dalam menjaga keutuhan bangsa. Dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai pangkat Bharada, diharapkan masyarakat dapat lebih mengapresiasi kerja keras dan pengabdian para prajurit Polri di lapangan.

Definisi dan Hierarki Pangkat Bharada dalam Polri

Bharada adalah akronim dari Bhayangkara Dua. Ini adalah pangkat terendah dalam Korps Tamtama Polri. Tamtama sendiri merupakan golongan pangkat terendah dalam struktur kepolisian, yang beranggotakan personel pelaksana tugas lapangan dengan kualifikasi dasar kepolisian. Secara etimologi, "Bhayangkara" memiliki makna sebagai penjaga atau pengawal, mengingatkan kita pada pasukan elite Kerajaan Majapahit di masa lampau yang terkenal akan kesetiaan dan keberaniannya.

Struktur Pangkat di Kepolisian

Untuk memahami posisi Bharada, penting untuk melihat gambaran umum hierarki pangkat di Polri. Secara garis besar, pangkat di Polri terbagi menjadi tiga golongan utama:

  1. Perwira: Golongan pangkat tertinggi, mulai dari Inspektur Dua Polisi (Ipda) hingga Jenderal Polisi. Mereka adalah para pemimpin, perencana, dan pengambil keputusan strategis.
  2. Bintara: Golongan pangkat menengah, mulai dari Brigadir Dua Polisi (Bripda) hingga Ajun Inspektur Satu Polisi (Aiptu). Mereka adalah pelaksana teknis dan pengawas lapangan, seringkali menjadi penghubung antara Perwira dan Tamtama.
  3. Tamtama: Golongan pangkat terendah, mulai dari Bhayangkara Dua Polisi (Bharada) hingga Ajun Brigadir Polisi Dua (Abripda). Mereka adalah pelaksana tugas operasional di garis depan, yang berinteraksi langsung dengan masyarakat dan menghadapi berbagai situasi di lapangan.

Jenjang Pangkat Tamtama

Dalam golongan Tamtama sendiri, terdapat empat jenjang pangkat, dimulai dari yang terendah:

Setiap kenaikan pangkat dalam golongan Tamtama memerlukan masa dinas dan penilaian kinerja yang baik, menunjukkan komitmen dan profesionalisme dalam menjalankan tugas.

Proses Rekrutmen dan Pendidikan Dasar Bharada

Untuk menjadi seorang Bharada, calon anggota Polri harus melalui serangkaian proses seleksi yang sangat ketat dan kompetitif. Proses ini dirancang untuk memastikan bahwa hanya individu-individu terbaik, baik secara fisik, mental, maupun intelektual, yang dapat bergabung dalam korps kepolisian.

Persyaratan Umum dan Khusus

Persyaratan untuk mendaftar menjadi Tamtama Polri umumnya mencakup:

Tahapan Seleksi yang Komprehensif

Proses seleksi Bharada berlangsung dalam beberapa tahapan krusial, masing-masing dengan tujuan tertentu:

  1. Pendaftaran Online dan Verifikasi Administrasi: Calon mendaftar melalui situs web resmi Polri dan kemudian melakukan verifikasi dokumen fisik di Polres atau Polda setempat.
  2. Tes Kesehatan Tahap I: Pemeriksaan kesehatan umum, meliputi tinggi dan berat badan, tekanan darah, gigi, mata, THT, dan lain-lain.
  3. Tes Psikologi Tahap I: Mengukur kemampuan kognitif, kepribadian, dan stabilitas emosi calon.
  4. Tes Akademik: Meliputi pengetahuan umum, Bahasa Indonesia, dan Matematika, disesuaikan dengan jenjang pendidikan SMA/sederajat.
  5. Tes Kesamaptaan Jasmani (TKK) dan Antropometri:
    • Kesamaptaan A: Lari 12 menit, mengukur daya tahan kardiovaskular.
    • Kesamaptaan B: Pull-up, sit-up, push-up, shuttle run, mengukur kekuatan otot dan kelincahan.
    • Renang: Mengukur kemampuan dasar berenang.
    • Antropometri: Pengukuran bentuk tubuh untuk kesesuaian postur.
  6. Tes Kesehatan Tahap II: Pemeriksaan kesehatan yang lebih mendalam, termasuk rekam jantung (EKG), rontgen, tes darah, urine, dan pemeriksaan organ dalam.
  7. Tes Psikologi Tahap II (Wawancara): Wawancara mendalam untuk menggali aspek psikologis dan motivasi calon.
  8. Penelusuran Mental dan Ideologi (PMI): Melibatkan wawancara dan pemeriksaan latar belakang untuk memastikan calon tidak terlibat dalam organisasi terlarang atau memiliki paham radikal.
  9. Sidang Kelulusan Akhir (Pantukhir): Rapat penentuan akhir oleh panitia seleksi untuk memilih calon yang akan mengikuti pendidikan.

Pendidikan Dasar Tamtama Polri

Calon yang lolos seleksi akan mengikuti pendidikan dasar kepolisian selama beberapa bulan di Sekolah Polisi Negara (SPN) atau lembaga pendidikan yang ditunjuk. Pendidikan ini sangat intensif, mencakup:

Setelah lulus pendidikan, para siswa akan dilantik dengan pangkat Bhayangkara Dua (Bharada) dan siap diterjunkan ke berbagai satuan tugas di seluruh Indonesia.

Tugas Pokok dan Fungsi Bharada dalam Pelaksanaan Tugas Kepolisian

Sebagai prajurit di garis depan, Bharada memiliki peran yang sangat vital dalam setiap aspek pelaksanaan tugas kepolisian. Mereka adalah ujung tombak Polri yang berinteraksi langsung dengan masyarakat dan menghadapi berbagai dinamika di lapangan. Tugas pokok mereka secara umum sejalan dengan tugas pokok Polri, yaitu memelihara kamtibmas, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Peran Strategis di Lapangan

Bharada, dengan kualifikasi sebagai pelaksana tugas umum kepolisian, biasanya ditempatkan di unit-unit operasional yang memerlukan kehadiran fisik dan kesiapsiagaan tinggi. Mereka adalah motor penggerak dalam menjaga keamanan dan ketertiban. Peran strategis mereka mencakup beberapa aspek kunci:

Tugas-tugas Spesifik Bharada di Berbagai Satuan

Penempatan Bharada sangat beragam, tergantung kebutuhan organisasi. Berikut adalah beberapa contoh tugas spesifik di satuan-satuan utama Polri:

1. Satuan Samapta Bhayangkara (Sabhara) / Dalmas

Ini adalah satuan yang paling banyak menempatkan Bharada. Mereka adalah tulang punggung operasional Sabhara. Tugas-tugasnya meliputi:

2. Korps Brigade Mobil (Brimob)

Bharada yang ditempatkan di Brimob menjalani pelatihan khusus yang lebih berat dan siap diterjunkan dalam operasi-operasi berisiko tinggi.

3. Satuan Lalu Lintas

Meskipun seringkali Bintara yang dominan di lalu lintas, Bharada juga berperan sebagai pendukung operasional.

4. Satuan Reserse Kriminal (Reskrim) dan Intelijen Keamanan (Intelkam)

Bharada di Reskrim dan Intelkam umumnya bertugas sebagai staf pendukung atau pelaksana lapangan dalam misi-misi tertentu yang memerlukan keberanian dan inisiatif.

5. Bidang Umum atau Logistik

Beberapa Bharada juga ditempatkan di unit-unit non-operasional sebagai dukungan.

Dalam semua penempatan ini, seorang Bharada dituntut untuk memiliki disiplin tinggi, fisik yang prima, mental yang kuat, serta kemampuan untuk bekerja dalam tim. Mereka adalah tulang punggung yang memastikan roda operasional kepolisian terus berputar secara efektif.

Tantangan dan Risiko dalam Tugas Bharada

Menjadi seorang Bharada bukanlah pilihan karir yang mudah. Di balik seragam dan tugas mulia, terdapat berbagai tantangan dan risiko yang harus dihadapi setiap hari. Tantangan ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga mental, emosional, dan bahkan sosial.

Tantangan Fisik dan Bahaya di Lapangan

Sebagai garda terdepan, Bharada seringkali menjadi orang pertama yang merespons situasi darurat atau berisiko tinggi. Ini menempatkan mereka pada posisi yang rentan terhadap bahaya fisik:

Tekanan Mental dan Emosional

Selain tantangan fisik, Bharada juga dihadapkan pada tekanan mental dan emosional yang signifikan:

Risiko Sosial dan Ekonomi

Selain risiko di lapangan, ada juga aspek sosial dan ekonomi yang menjadi tantangan bagi Bharada:

Meskipun demikian, semangat pengabdian dan profesionalisme para Bharada menjadi motivasi utama untuk terus menjalankan tugas, menghadapi segala rintangan demi menjaga kamtibmas.

Jenjang Karir dan Pengembangan Diri bagi Bharada

Pangkat Bharada bukanlah akhir dari sebuah perjalanan, melainkan gerbang awal menuju karir yang panjang dan penuh peluang di Kepolisian Negara Republik Indonesia. Polri sangat memperhatikan pengembangan sumber daya manusianya, termasuk bagi para Bhayangkara Dua, dengan menyediakan berbagai jalur untuk kenaikan pangkat, pendidikan lanjutan, dan spesialisasi.

Kenaikan Pangkat Bertahap

Jenjang karir Tamtama berlangsung secara bertahap, biasanya dengan masa dinas tertentu dan penilaian kinerja yang positif:

  1. Bharada ke Bharatu (Bhayangkara Satu): Kenaikan pangkat pertama setelah beberapa waktu dinas dan memenuhi syarat administratif serta kinerja.
  2. Bharatu ke Bharaka (Bhayangkara Kepala): Kenaikan pangkat berikutnya, menandakan pengalaman dan kemampuan yang lebih matang.
  3. Bharaka ke Abripda (Ajun Brigadir Polisi Dua): Pangkat tertinggi di golongan Tamtama, yang menunjukkan senioritas dan keahlian di bidangnya.

Setiap kenaikan pangkat membawa serta peningkatan tanggung jawab, hak, dan kadang-kadang juga posisi dalam struktur unit.

Peluang Pendidikan Lanjutan Menuju Golongan Bintara dan Perwira

Salah satu jalur pengembangan karir yang paling diminati oleh Tamtama adalah naik ke golongan Bintara atau bahkan Perwira. Polri menyediakan program-program pendidikan khusus untuk hal ini:

Jalur ini membuka kesempatan lebar bagi seorang Bharada untuk tidak hanya menjadi pelaksana, tetapi juga menjadi pemimpin, perencana, dan pengambil keputusan di kemudian hari.

Pengembangan Spesialisasi dan Keahlian

Selain kenaikan pangkat struktural, Bharada juga memiliki kesempatan untuk mengembangkan spesialisasi dan keahlian di berbagai bidang melalui pendidikan dan pelatihan lanjutan, seperti:

Dengan adanya berbagai program pendidikan dan pelatihan ini, seorang Bharada memiliki prospek karir yang luas dan dinamis, memungkinkan mereka untuk terus tumbuh, belajar, dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi Polri dan negara.

Sejarah Pangkat Tamtama dalam Kepolisian Nasional

Sejarah pangkat Tamtama dalam kepolisian tidak dapat dilepaskan dari sejarah panjang institusi kepolisian itu sendiri di Indonesia. Dari masa kolonial hingga kemerdekaan dan era reformasi, peran prajurit di tingkat paling bawah selalu krusial dalam menjaga ketertiban dan menegakkan hukum.

Era Kolonial dan Pra-Kemerdekaan

Jauh sebelum ada istilah "Bharada", struktur kepolisian di era Hindia Belanda sudah memiliki hierarki pangkat yang mirip, dengan pasukan-pasukan rendah sebagai pelaksana utama. Mereka dikenal dengan berbagai sebutan, seperti mantri politie, agen politie, atau veldwachter (penjaga ladang/desa). Tugas mereka meliputi menjaga keamanan desa, melakukan patroli, dan membantu polisi kolonial dalam penegakan hukum.

Meskipun berada di bawah kendali kolonial, keberadaan mereka menunjukkan pentingnya peran personel lapangan dalam menjaga stabilitas wilayah. Pendidikan dan pelatihan yang mereka terima, meskipun terbatas, sudah menanamkan dasar-dasar kedisiplinan dan kepatuhan.

Masa Perjuangan Kemerdekaan dan Awal Republik

Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, cikal bakal kepolisian nasional (yang saat itu masih bernama Jawatan Kepolisian Negara) dibentuk. Pangkat-pangkat mulai disesuaikan dengan semangat kebangsaan, meskipun pengaruh struktur militer masih terasa kuat mengingat peran kepolisian dalam perjuangan bersenjata.

Pasukan di tingkat bawah, yang kemudian menjadi cikal bakal Tamtama, memiliki peran heroik dalam mempertahankan kemerdekaan. Mereka terlibat dalam berbagai operasi militer, menjaga keamanan dalam negeri di tengah agresi militer Belanda, serta memastikan jalannya pemerintahan di daerah-daerah. Semangat "Bhayangkara" sebagai penjaga negara mulai diinternalisasi kuat pada periode ini.

Integrasi dan Pemisahan TNI-Polri

Setelah pengakuan kedaulatan, struktur kepolisian terus berkembang. Pada masa Orde Baru, Polri menjadi bagian dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), yang menyebabkan adanya penyatuan sistem kepangkatan dan pendidikan dengan militer. Istilah "Bhayangkara Dua" (Bharada) mulai digunakan secara resmi sebagai pangkat terendah dalam golongan Tamtama di kepolisian, sepadan dengan Prada (Prajurit Dua) di TNI.

Integrasi ini bertujuan untuk menciptakan kekuatan pertahanan dan keamanan yang padu. Prajurit Tamtama kepolisian pada masa ini tidak hanya menjalankan tugas-tugas kamtibmas, tetapi juga terlibat dalam operasi-operasi militer sesuai kebijakan ABRI.

Pada era reformasi, dengan dikeluarkannya Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2000 dan Nomor VII/MPR/2000, Polri secara resmi dipisahkan dari TNI. Pemisahan ini membawa implikasi besar terhadap reorganisasi internal Polri, termasuk penyesuaian doktrin, sistem pendidikan, dan struktur kepangkatan. Meskipun ada pemisahan, nama pangkat "Bharada" dipertahankan, melambangkan identitas khas kepolisian yang berbasis pada nilai-nilai Bhayangkara.

Bharada di Era Modern

Di era modern, peran Bharada semakin profesional. Dengan tuntutan masyarakat yang semakin tinggi dan kompleksitas kejahatan yang terus berkembang, pendidikan dan pelatihan untuk Bharada terus disempurnakan. Mereka kini dibekali tidak hanya dengan kemampuan fisik dan taktis, tetapi juga dengan pengetahuan hukum yang lebih mendalam, kemampuan komunikasi, serta penggunaan teknologi dalam pelaksanaan tugas.

Sejarah menunjukkan bahwa meskipun pangkatnya paling rendah, kontribusi Tamtama, termasuk Bharada, selalu menjadi pilar utama dalam menjaga keamanan dan ketertiban. Mereka adalah penerus tradisi panjang pengabdian Bhayangkara yang setia kepada negara dan masyarakat.

Kontribusi Bharada Terhadap Keamanan Nasional

Meskipun seringkali berada di balik layar atau sebagai pelaksana langsung, kontribusi Bharada terhadap keamanan nasional sangatlah signifikan dan fundamental. Mereka adalah elemen krusial yang memastikan roda pemerintahan dan kehidupan masyarakat berjalan dengan lancar, aman, dan tertib.

Garda Terdepan dalam Pemeliharaan Kamtibmas

Bharada adalah mata dan telinga Polri di lapangan. Mereka adalah orang pertama yang menyaksikan, mendengar, dan merespons berbagai kejadian di masyarakat. Kehadiran mereka di jalanan, di pos-pos polisi, atau dalam kegiatan patroli memberikan efek deteren (pencegah) terhadap potensi tindak kejahatan. Mereka adalah penjaga keamanan yang tidak kenal lelah, siang dan malam, demi terciptanya lingkungan yang kondusif.

Penegakan Hukum di Tingkat Dasar

Meskipun bukan penyidik utama, Bharada berperan penting dalam proses penegakan hukum, terutama di tahap awal:

Pengayoman dan Pelayanan Masyarakat

Di luar tugas penegakan hukum, Bharada juga adalah pelayan dan pengayom masyarakat:

Dukungan Terhadap Operasi Skala Besar

Dalam operasi kepolisian berskala besar, baik itu operasi anti-teror, pengamanan pemilu, atau operasi penumpasan kejahatan terorganisir, Bharada menjadi bagian integral dari kekuatan yang dikerahkan. Mereka adalah tulang punggung yang mendukung keberhasilan operasi tersebut, melaksanakan perintah, dan memastikan logistik serta keamanan terjamin di lapangan.

Dengan demikian, peran Bharada bukan sekadar pelengkap, melainkan elemen esensial yang secara langsung berkontribusi pada penciptaan stabilitas, ketertiban, dan keamanan nasional. Dedikasi mereka adalah cerminan komitmen Polri untuk melindungi, mengayomi, dan melayani seluruh rakyat Indonesia.

Perbandingan Pangkat Tamtama di Polri dan TNI

Meskipun Polri dan TNI adalah dua institusi yang berbeda, keduanya memiliki struktur kepangkatan yang secara historis memiliki kemiripan, terutama pada golongan Tamtama. Memahami perbandingan ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai posisi dan peran Bharada dalam konteks pertahanan dan keamanan nasional secara lebih luas.

Sistem Kepangkatan Tamtama di TNI

TNI (Tentara Nasional Indonesia) memiliki tiga matra utama: Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU). Setiap matra memiliki sistem kepangkatan Tamtama yang serupa:

  1. Angkatan Darat:
    • Prajurit Dua (Prada)
    • Prajurit Satu (Pratu)
    • Prajurit Kepala (Praka)
    • Kopral Dua (Kopda)
    • Kopral Satu (Koptu)
    • Kopral Kepala (Kopka)

    Prada adalah pangkat terendah, setara dengan Bharada.

  2. Angkatan Laut:
    • Kelasi Dua (Kls II)
    • Kelasi Satu (Kls I)
    • Kelasi Kepala (Klk)
    • Kopral Dua (Kopda)
    • Kopral Satu (Koptu)
    • Kopral Kepala (Kopka)

    Kls II adalah pangkat terendah, setara dengan Bharada.

  3. Angkatan Udara:
    • Prajurit Dua (Prada)
    • Prajurit Satu (Pratu)
    • Prajurit Kepala (Praka)
    • Kopral Dua (Kopda)
    • Kopral Satu (Koptu)
    • Kopral Kepala (Kopka)

    Prada adalah pangkat terendah, setara dengan Bharada.

Dari perbandingan di atas, terlihat bahwa pangkat Tamtama di TNI lebih banyak jenjangnya (enam tingkat) dibandingkan Polri (empat tingkat). Namun, pangkat awal di TNI (Prada/Kls II) memiliki posisi yang setara dengan Bharada sebagai pangkat dasar bagi lulusan pendidikan Tamtama.

Persamaan dan Perbedaan

Persamaan:

Perbedaan:

Meskipun memiliki perbedaan dalam fokus tugas dan doktrin, baik Bharada di Polri maupun Tamtama di TNI sama-sama merupakan garda terdepan negara yang mengemban tugas berat. Mereka adalah pondasi dari kekuatan pertahanan dan keamanan Indonesia, yang secara sinergis menjaga kedaulatan, keutuhan, dan ketertiban negara.

Masa Depan Pangkat Tamtama dan Peran Bharada di Polri Modern

Di tengah pesatnya perkembangan zaman, globalisasi, dan kemajuan teknologi, institusi kepolisian dituntut untuk terus beradaptasi dan berinovasi. Pangkat Tamtama, khususnya Bharada, sebagai pondasi operasional Polri, juga akan mengalami evolusi dalam peran dan tanggung jawabnya di masa depan. Modernisasi Polri akan sangat bergantung pada kualitas dan adaptabilitas para prajurit di garis depan ini.

Modernisasi Pendidikan dan Pelatihan

Di masa depan, pendidikan dan pelatihan bagi calon Bharada dan Bharada yang sudah berdinas akan semakin canggih dan komprehensif. Beberapa aspek yang mungkin akan ditekankan meliputi:

Peningkatan Profesionalisme dan Kesejahteraan

Peningkatan profesionalisme harus diiringi dengan perhatian terhadap kesejahteraan. Di masa depan, diharapkan akan ada peningkatan:

Peran Bharada dalam Konteks "Polisi Modern"

Dalam visi "Polisi Modern", Bharada akan menjadi representasi utama Polri yang humanis, responsif, dan berbasis teknologi:

Masa depan pangkat Tamtama, khususnya Bharada, di Polri akan menjadi semakin kompleks namun juga penuh peluang. Dengan investasi yang tepat dalam pendidikan, pelatihan, dan kesejahteraan, Bharada akan terus menjadi pilar utama yang tak tergantikan dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Indonesia, mengukir bakti di garis depan dengan semangat pengabdian dan profesionalisme yang tinggi.

Kesimpulan: Fondasi Kuat Keamanan Indonesia

Melalui perjalanan mendalam ini, kita telah memahami bahwa pangkat Bhayangkara Dua, atau yang lebih dikenal sebagai Bharada, bukanlah sekadar label dalam struktur kepolisian. Ia adalah representasi dari dedikasi, ketangguhan, dan pengabdian yang menjadi fondasi utama dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat di seluruh pelosok Indonesia. Dari proses rekrutmen yang sangat selektif, pendidikan yang membentuk fisik dan mental, hingga penempatan di berbagai satuan yang menantang, setiap Bharada dipersiapkan untuk menjadi ujung tombak Polri.

Mereka adalah pelaksana langsung tugas-tugas kepolisian, dari patroli rutin, pengamanan objek vital, hingga respons cepat terhadap insiden. Keberadaan mereka memastikan bahwa konsep "Polisi Hadir" benar-benar terwujud di tengah masyarakat, memberikan rasa aman, serta mengayomi setiap warga negara. Tantangan fisik, mental, dan sosial yang mereka hadapi setiap hari merupakan bukti nyata dari beratnya beban tugas yang diemban, namun semangat Bhayangkara tak pernah padam.

Dengan adanya jenjang karir yang jelas, peluang pendidikan lanjutan menuju Bintara bahkan Perwira, serta berbagai kesempatan untuk spesialisasi, seorang Bharada memiliki prospek untuk terus berkembang dan memberikan kontribusi yang lebih besar. Peran mereka dalam sejarah kepolisian Indonesia, dari masa perjuangan hingga era modern, selalu krusial dan tak tergantikan. Di masa depan, dengan modernisasi Polri, peran Bharada diharapkan akan semakin relevan dan adaptif terhadap tantangan zaman, terutama dalam pemanfaatan teknologi, pendekatan humanis, dan penguatan polisi komunitas.

Pada akhirnya, Bharada adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang tak terpisahkan dari denyut nadi keamanan nasional. Pengabdian mereka adalah cerminan dari komitmen Polri untuk melayani, melindungi, dan mengayomi masyarakat. Mengapresiasi peran Bharada berarti mengapresiasi kerja keras ribuan personel yang setiap hari mempertaruhkan nyawa demi terciptanya Indonesia yang aman, damai, dan sejahtera.