Menyingkap Pesona Beruas: Dari Buah Eksotis, Jejak Kerajaan Kuno, hingga Detak Jantung Modern Perak

Pengantar: Memahami Beruas dalam Dimensi Multipel

Nama "Beruas" mungkin membangkitkan beragam citra di benak mereka yang mendengarnya. Bagi sebagian, ia adalah nama sebuah buah tropis yang unik, dengan cita rasa asam manis yang menyegarkan dan tekstur yang khas, tumbuh liar di hutan-hutan tropis atau ditanam di pekarangan rumah. Bagi yang lain, terutama para sejarawan dan penggemar arkeologi, Beruas adalah gema dari sebuah kerajaan kuno yang pernah berjaya di Semenanjung Melayu, sebuah pusat peradaban yang misterius namun penting, tersembunyi di balik lapisan-lapisan waktu dan mitos. Sementara itu, untuk penduduk modern Malaysia, Beruas adalah sebuah nama daerah yang hidup, sebuah mukim yang dinamis di dalam distrik Manjung, Perak, Malaysia, yang memiliki identitas dan kehidupan kontemporernya sendiri.

Artikel komprehensif ini akan membawa kita menyelami ketiga dimensi Beruas ini secara mendalam. Kita akan memulai perjalanan dengan mengupas tuntas karakteristik buah Beruas, menelusuri asal-usul botani, nilai nutrisi, hingga perannya dalam kuliner tradisional. Selanjutnya, kita akan menyusuri jejak-jejak masa lalu yang menakjubkan, menggali sejarah Kerajaan Beruas yang legendaris, berdasarkan bukti-bukti arkeologis, catatan kuno, dan cerita rakyat yang diwariskan turun-temurun. Terakhir, kita akan mendarat di masa kini, menjelajahi Beruas sebagai entitas geografis dan sosial-ekonomi yang berkembang di Perak, memahami demografi, ekonomi, budaya, dan tantangan yang dihadapinya di era modern.

Melalui eksplorasi ini, kita berharap dapat merangkai benang merah yang menghubungkan ketiga entitas Beruas ini. Apakah ada korelasi antara nama buah dengan nama kerajaan dan daerah? Bagaimana sebuah nama bisa memiliki makna yang begitu kaya dan berlapis? Mari kita singkap tabir misteri dan kekayaan yang terkandung dalam nama "Beruas" ini, merangkumnya menjadi sebuah narasi utuh yang merayakan keragaman dan kedalaman maknanya.

Beruas Sebagai Buah Eksotis: Permata Hijau dari Hutan Tropis

Ilustrasi Buah Beruas

Ilustrasi sederhana buah Beruas dengan kelopak dan tangkai.

Buah Beruas, secara botani dikenal sebagai Garcinia hombroniana atau kadang juga Garcinia bancana, adalah salah satu anggota genus Garcinia yang luas, sebuah genus yang terkenal karena menghasilkan buah-buahan lezat seperti manggis (Garcinia mangostana) dan asam gelugur (Garcinia atroviridis). Beruas sendiri merupakan buah asli Asia Tenggara, dengan persebaran alami yang mencakup Semenanjung Malaysia, Thailand, Sumatera, dan Kalimantan. Nama lokalnya bervariasi di berbagai daerah, namun "Beruas" adalah yang paling dikenal di Malaysia.

Klasifikasi Botani dan Morfologi Tanaman

Tanaman Beruas termasuk dalam famili Clusiaceae (Guttiferae). Pohonnya berukuran sedang hingga besar, mampu mencapai tinggi 15-20 meter di habitat alaminya. Batangnya tegak dengan percabangan yang rapat, membentuk tajuk yang rimbun dan membulat. Daunnya tunggal, berbentuk elips hingga lanset, dengan ujung meruncing dan pangkal tumpul, berwarna hijau gelap mengkilap di bagian atas dan lebih terang di bagian bawah. Tekstur daunnya agak kaku dan tebal. Bunga Beruas berukuran kecil, berwarna putih kekuningan, tumbuh di ketiak daun atau di ujung ranting, seringkali berkelompok. Buahnya berbentuk bulat hingga bulat telur, berdiameter sekitar 3-5 cm. Kulit buahnya tebal, licin, dan berwarna hijau kekuningan saat mentah, berubah menjadi kuning cerah atau jingga saat matang.

Daging buah Beruas berwarna putih pucat hingga krem, berair, dan memiliki biji tunggal yang besar di tengahnya. Rasanya kompleks, memadukan sensasi asam yang dominan dengan sentuhan manis yang samar dan sedikit sepat. Aroma buahnya tidak terlalu kuat, namun cukup khas. Keunikan rasanya inilah yang membuat Beruas disukai oleh para pencinta buah eksotis.

Habitat dan Budidaya

Beruas adalah tanaman yang menyukai iklim tropis lembap. Ia tumbuh subur di hutan dataran rendah hingga ketinggian sekitar 600 meter di atas permukaan laut. Pohon ini dapat ditemukan di tepi sungai, di hutan sekunder, atau sebagai bagian dari vegetasi tepi jalan di pedesaan. Tanaman Beruas tergolong tahan banting dan tidak membutuhkan perawatan yang intensif. Meskipun umumnya tumbuh liar, beberapa petani atau individu mulai membudidayakannya secara terbatas di kebun-kebun kecil karena potensi ekonominya sebagai buah langka.

Reproduksi tanaman Beruas biasanya melalui biji. Proses perkecambahan bijinya mungkin membutuhkan waktu yang agak lama. Untuk mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan kualitas buah, teknik vegetatif seperti cangkok atau okulasi dapat diterapkan, meskipun belum umum dilakukan secara luas. Kebutuhan akan sinar matahari yang cukup dan tanah yang drainasenya baik adalah faktor kunci untuk pertumbuhan Beruas yang optimal.

Manfaat dan Penggunaan Kuliner

Buah Beruas paling sering dikonsumsi langsung dalam keadaan segar setelah matang. Rasanya yang asam segar sangat cocok untuk meredakan dahaga di hari yang panas. Selain itu, Beruas juga sering dimanfaatkan dalam berbagai olahan kuliner tradisional:

Nilai Nutrisi dan Manfaat Kesehatan

Meskipun belum banyak penelitian spesifik mengenai nilai gizi Garcinia hombroniana dibandingkan dengan anggota genus Garcinia lainnya, secara umum buah-buahan tropis dari famili ini dikenal kaya akan vitamin C, antioksidan, dan serat. Kandungan vitamin C yang tinggi bermanfaat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, kesehatan kulit, dan penyerapan zat besi. Antioksidan berperan dalam melawan radikal bebas dalam tubuh, yang dapat membantu mencegah berbagai penyakit kronis. Serat pangan mendukung kesehatan pencernaan dan membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil.

Secara tradisional, beberapa bagian tanaman Garcinia juga digunakan dalam pengobatan herbal. Meskipun klaim ini memerlukan verifikasi ilmiah lebih lanjut, buah Beruas diyakini memiliki sifat-sifat yang dapat membantu meringankan demam, melancarkan pencernaan, dan memiliki efek anti-inflamasi ringan. Namun, penting untuk dicatat bahwa penggunaan medis harus selalu didasarkan pada penelitian yang kredibel dan konsultasi dengan profesional kesehatan.

Tantangan dan Potensi Ekonomi

Salah satu tantangan utama bagi buah Beruas adalah kurangnya pengenalan dan budidaya skala besar. Buah ini masih sering dianggap sebagai buah liar atau buah kampung. Aksesibilitas yang terbatas dan kurangnya upaya pemasaran menghambat potensinya untuk menjadi buah komersial yang lebih populer. Namun, dengan meningkatnya minat terhadap buah-buahan eksotis dan superfood, Beruas memiliki potensi besar. Upaya penelitian untuk mengembangkan varietas unggul, meningkatkan teknik budidaya, dan mengolahnya menjadi produk bernilai tambah tinggi dapat membuka peluang pasar yang lebih luas bagi buah Beruas.

Kelezatan unik dan potensi manfaat kesehatannya menjadikan Beruas permata yang layak untuk lebih dieksplorasi dan dihargai. Pelestarian keanekaragaman hayati dan promosi buah-buahan lokal seperti Beruas juga merupakan bagian penting dari warisan ekologi dan kuliner Asia Tenggara.

Kerajaan Beruas: Menyingkap Tirai Sejarah Kuno Semenanjung Melayu

Ilustrasi Kerajaan Kuno Beruas

Ilustrasi Benteng atau Pemukiman Kerajaan Kuno.

Selain sebagai nama buah, "Beruas" juga mengacu pada sebuah entitas sejarah yang jauh lebih tua dan lebih misterius: sebuah kerajaan kuno yang dipercaya pernah berdiri di wilayah yang kini dikenal sebagai negeri Perak, Malaysia. Kisah tentang Kerajaan Beruas adalah jalinan antara fakta arkeologis, catatan-catatan asing yang samar, dan legenda lokal yang kaya, membentuk gambaran sebuah peradaban maritim yang mungkin pernah menjadi kekuatan penting di Semenanjung Melayu.

Jejak-Jejak Awal dan Sumber Sejarah

Keberadaan Kerajaan Beruas bukanlah sekadar mitos belaka, meskipun banyak detailnya masih diselimuti kabut waktu. Beberapa sumber sejarah yang terfragmentasi, baik dari dalam maupun luar negeri, mengindikasikan adanya sebuah pusat kekuasaan di wilayah Perak bagian barat. Salah satu sumber terpenting adalah catatan Tionghoa dari Dinasti Tang (abad ke-7 hingga ke-10 Masehi) yang menyebutkan sebuah negeri bernama "Boh-lo-si" atau "Fo-lo-an" yang dipercaya merujuk pada Beruas. Catatan ini menggambarkan sebuah kerajaan yang makmur dan memiliki hubungan dagang dengan Tiongkok.

Selain itu, Hikayat Merong Mahawangsa, sebuah teks Melayu kuno dari Kedah, juga menyebutkan tentang kerajaan-kerajaan awal di Semenanjung, meskipun hubungannya dengan Beruas masih diperdebatkan oleh para sejarawan. Namun, yang paling signifikan adalah penemuan arkeologis yang secara konkret mendukung keberadaan peradaban kuno di daerah Beruas dan sekitarnya.

Penemuan Arkeologis: Bukti Konkret dari Masa Lalu

Penelitian arkeologi yang dilakukan di sekitar Beruas, terutama di situs-situs seperti Pengkalan Bujang dan Lembah Kinta, telah mengungkap sejumlah besar artefak yang berasal dari periode awal Masehi hingga abad ke-15 Masehi. Penemuan-penemuan ini termasuk:

  1. Koin dan Mata Uang: Ditemukannya koin-koin kuno, termasuk koin-koin Tiongkok dari era Tang dan Song, serta koin-koin lokal yang unik dengan aksara kuno, menunjukkan adanya aktivitas ekonomi dan perdagangan yang dinamis.
  2. Pecahan Tembikar dan Keramik: Ribuan pecahan tembikar dari berbagai asal-usul, baik lokal maupun impor (Tiongkok, India, Timur Tengah), mengindikasikan adanya pemukiman yang padat dan jaringan perdagangan yang luas.
  3. Perhiasan dan Artefak Logam: Penemuan perhiasan emas, perunggu, dan timah, serta alat-alat dari logam, menggambarkan tingkat keahlian metalurgi dan kemakmuran masyarakatnya.
  4. Struktur Bangunan Kuno: Meskipun tidak ada reruntuhan monumental yang utuh seperti di Angkor Wat, sisa-sisa fondasi bangunan, batu bata, dan situs pemujaan telah ditemukan, menunjukkan adanya struktur sosial yang terorganisir.
  5. Naskah dan Prasasti: Meskipun jarang, beberapa prasasti singkat atau fragmen naskah yang ditemukan memberikan petunjuk tentang bahasa, agama, dan sistem pemerintahan. Misalnya, ditemukannya prasasti berbahasa Sanskerta atau aksara Pallawa yang menunjukkan pengaruh India.

Penemuan-penemuan ini menguatkan hipotesis bahwa Beruas dulunya adalah sebuah bandar perdagangan maritim yang penting, sebuah 'entrepot' yang menghubungkan pedagang dari India, Tiongkok, dan kepulauan Melayu. Lokasinya yang strategis di pesisir barat Semenanjung, dengan akses ke sumber daya alam seperti timah dan hasil hutan, menjadikannya magnet bagi perdagangan internasional.

Pengaruh Hindu-Buddha dan Islam

Seperti kerajaan-kerajaan awal lainnya di Semenanjung Melayu, Kerajaan Beruas kemungkinan besar dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha dari India. Ini terlihat dari motif-motif pada artefak yang ditemukan, serta kemungkinan adanya candi atau kuil-kuil kecil. Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan kedatangan pedagang Muslim, Islam mulai masuk dan menyebar di wilayah ini. Perpindahan dari agama Hindu-Buddha ke Islam di Beruas diperkirakan terjadi secara bertahap, mengikuti pola yang sama dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, mungkin sekitar abad ke-13 atau ke-14 Masehi.

Beberapa legenda lokal menyebutkan tentang raja-raja yang memeluk Islam, yang kemudian membawa perubahan signifikan dalam struktur sosial dan kebudayaan masyarakat. Makam-makam kuno dengan batu nisan bercorak Islam yang ditemukan di sekitar Beruas menjadi bukti fisik dari transisi agama ini.

Hubungan dengan Kerajaan Lain dan Kemunduran

Beruas diperkirakan memiliki hubungan yang kompleks dengan kerajaan-kerajaan tetangga dan kekuatan regional yang lebih besar. Ada kemungkinan ia pernah menjadi vasal atau memiliki hubungan aliansi dengan Sriwijaya, Majapahit, atau bahkan Kesultanan Malaka di kemudian hari. Persaingan untuk menguasai jalur perdagangan dan sumber daya alam mungkin juga menyebabkan konflik.

Penyebab kemunduran Kerajaan Beruas tidak sepenuhnya jelas, namun beberapa faktor yang mungkin berkontribusi antara lain:

Meskipun kemundurannya, warisan Beruas tetap hidup dalam ingatan kolektif masyarakat Perak dan dalam artefak-artefak yang terus ditemukan. Kisahnya mengingatkan kita akan dinamisme dan kekayaan sejarah awal Semenanjung Melayu yang seringkali terabaikan.

Misteri Nama: Buah dan Kerajaan

Pertanyaan yang selalu muncul adalah, apakah ada hubungan antara buah Beruas dan Kerajaan Beruas? Beberapa teori mencoba menjelaskan korelasi ini:

  1. Nama dari Sumber Daya Alam: Salah satu teori yang paling diterima adalah bahwa nama kerajaan diambil dari nama tumbuhan yang melimpah di wilayah tersebut. Jika pohon Beruas (Garcinia hombroniana) memang tumbuh subur di sekitar pemukiman kuno tersebut, sangat logis jika masyarakat atau pedagang asing merujuk tempat itu dengan nama tumbuhan khasnya. Ini adalah praktik umum dalam penamaan tempat di Asia Tenggara.
  2. Simbol Kemakmuran: Buah-buahan lokal yang lezat dan berlimpah dapat menjadi simbol kemakmuran dan kekayaan alam suatu daerah, yang kemudian diaplikasikan pada nama kerajaannya.
  3. Nama Lokal yang Diwariskan: Nama "Beruas" mungkin merupakan nama lokal yang sudah ada untuk wilayah tersebut jauh sebelum terbentuknya kerajaan, dan kemudian diadopsi untuk entitas politik yang muncul di sana.

Meskipun sulit untuk memastikan secara definitif, hubungan etimologis antara buah dan kerajaan ini menambah lapisan menarik pada narasi sejarah Beruas, menunjukkan bagaimana lingkungan alam seringkali membentuk identitas budaya dan politik suatu peradaban.

Beruas Modern: Sebuah Mukim yang Berkembang di Perak

Ilustrasi Kota Modern Beruas

Ilustrasi sederhana lanskap kota modern Beruas.

Bergerak dari masa lalu yang legendaris, kita tiba di Beruas masa kini, sebuah mukim (sub-distrik) yang bersemangat di dalam distrik Manjung, negeri Perak Darul Ridzuan, Malaysia. Beruas modern adalah perpaduan antara tradisi dan kemajuan, sebuah komunitas yang menjunjung tinggi warisannya sambil bergerak maju mengikuti arus modernisasi. Letaknya yang tidak terlalu jauh dari kota-kota besar seperti Ipoh dan Lumut, serta akses ke garis pantai barat Semenanjung, memberikannya posisi yang strategis.

Geografi dan Demografi

Secara geografis, mukim Beruas dikelilingi oleh lanskap yang bervariasi, dari dataran rendah pesisir hingga perbukitan dan lahan pertanian yang subur. Sungai Beruas mengalir melalui wilayah ini, memberikan sumber air vital bagi pertanian dan kehidupan sehari-hari. Vegetasi alami masih dapat ditemukan di beberapa bagian, mencerminkan kekayaan hayati daerah ini di masa lalu.

Penduduk Beruas modern adalah cerminan dari kemajemukan etnis Malaysia. Mayoritas penduduknya adalah Melayu, diikuti oleh komunitas Tionghoa dan India, serta sedikit kelompok etnis lain. Keragaman ini menciptakan tapestry budaya yang kaya, terlihat dalam festival, kuliner, dan kehidupan sosial sehari-hari. Bahasa Melayu adalah lingua franca, namun bahasa lain seperti Mandarin, Tamil, dan dialek lokal juga sering didengar.

Populasi di Beruas terus bertumbuh, meskipun tidak secepat daerah perkotaan besar. Pertumbuhan ini didorong oleh perkembangan ekonomi lokal dan ketersediaan lahan yang relatif terjangkau dibandingkan dengan pusat-pusat kota. Pola permukiman di Beruas cenderung tersebar, dengan desa-desa kecil dan pemukiman yang mengelilingi pusat kota Beruas yang lebih padat.

Ekonomi Lokal: Pertanian dan Industri Kecil

Perekonomian Beruas secara tradisional didominasi oleh sektor pertanian. Tanah yang subur dan iklim tropis mendukung budidaya berbagai jenis tanaman:

Selain pertanian, sektor industri kecil dan menengah (IKM) juga mulai berkembang, terutama yang terkait dengan pengolahan hasil pertanian atau kebutuhan lokal. Ini termasuk pabrik pengolahan kelapa sawit, bengkel, toko-toko kecil, dan layanan jasa. Sektor perikanan juga memainkan peran penting, terutama di daerah yang lebih dekat ke pantai atau sungai besar, dengan aktivitas penangkapan ikan dan budidaya air tawar.

Perdagangan eceran dan jasa adalah tulang punggung pusat kota Beruas, dengan deretan toko, restoran, dan pasar yang memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk. Pasar tradisional, seperti pasar pagi atau pasar malam, menjadi pusat aktivitas sosial dan ekonomi yang vital, di mana produk-produk segar lokal dan makanan tradisional diperdagangkan.

Infrastruktur dan Kemudahan

Beruas memiliki infrastruktur dasar yang memadai untuk mendukung kehidupan modern. Jaringan jalan raya menghubungkan Beruas dengan kota-kota lain di Perak, memfasilitasi transportasi barang dan orang. Layanan listrik dan air bersih tersedia secara luas, dan akses telekomunikasi, termasuk internet, semakin membaik. Fasilitas umum seperti sekolah, klinik kesehatan, kantor pos, dan bank juga tersedia untuk melayani masyarakat.

Dalam beberapa dekade terakhir, investasi pemerintah dalam pengembangan infrastruktur telah membantu meningkatkan konektivitas dan kualitas hidup di Beruas. Pembangunan jalan-jalan baru, peningkatan fasilitas pendidikan, dan proyek-proyek perumahan telah berkontribusi pada pertumbuhan daerah ini. Meskipun demikian, masih ada potensi untuk pengembangan lebih lanjut, terutama dalam aspek pariwisata dan industri berteknologi tinggi.

Budaya dan Tradisi

Kehidupan budaya di Beruas kaya akan tradisi Melayu, yang tercermin dalam perayaan hari-hari besar Islam seperti Idulfitri dan Iduladha, serta dalam praktik adat istiadat sehari-hari. Komunitas Tionghoa dan India juga aktif merayakan festival mereka sendiri, seperti Tahun Baru Imlek, Deepavali, dan Thaipusam, yang semakin memperkaya mozaik budaya Beruas.

Seni pertunjukan tradisional, seperti wayang kulit atau tarian lokal, mungkin tidak sepopuler dulu, namun upaya pelestarian terus dilakukan oleh kelompok-kelompok budaya. Kuliner Beruas juga merupakan daya tarik tersendiri, dengan hidangan lokal yang lezat yang mencerminkan perpaduan rasa Melayu, Tionghoa, dan India. Masakan yang menggunakan bahan-bahan lokal segar, termasuk buah Beruas itu sendiri, menjadi ciri khas daerah ini.

Kisah-kisah tentang Kerajaan Beruas di masa lalu masih diceritakan dalam bentuk legenda dan dongeng lokal, menjadi bagian dari identitas kolektif masyarakat. Kehadiran situs-situs arkeologi di sekitar Beruas juga menjadi pengingat konstan akan sejarahnya yang panjang dan kaya, membangkitkan rasa kebanggaan lokal dan menjadi daya tarik bagi para wisatawan sejarah.

Tantangan dan Prospek Masa Depan

Seperti banyak daerah pedesaan di Malaysia, Beruas menghadapi tantangan dalam mempertahankan pemuda agar tidak hijrah ke kota-kota besar untuk mencari peluang yang lebih baik. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, penciptaan lapangan kerja non-pertanian, dan peningkatan fasilitas pendidikan tinggi dapat membantu mengatasi masalah ini.

Namun, Beruas juga memiliki prospek masa depan yang cerah. Potensinya sebagai destinasi agrowisata dan ekowisata masih belum sepenuhnya tereksplorasi. Dengan pengelolaan yang tepat, keindahan alam, kekayaan budaya, dan sejarah kuno Beruas dapat menjadi daya tarik utama bagi wisatawan domestik maupun internasional. Selain itu, pengembangan industri kecil yang inovatif dan berbasis teknologi juga dapat memberikan dorongan baru bagi perekonomian lokal.

Pemerintah daerah dan masyarakat Beruas terus bekerja sama untuk memastikan bahwa mukim ini tidak hanya berkembang secara ekonomi, tetapi juga melestarikan warisan budayanya yang unik dan menjaga keasrian lingkungannya. Harapannya, Beruas dapat menjadi contoh bagaimana sebuah daerah dapat menghormati masa lalu yang agung sambil merangkul masa depan yang modern dan berkelanjutan.

Kesimpulan: Beruas, Sebuah Identitas yang Berlapis

Perjalanan kita menelusuri berbagai makna dan dimensi "Beruas" telah membawa kita pada sebuah pemahaman yang lebih dalam tentang betapa kaya dan kompleksnya sebuah nama dapat menjadi. Dari sebuah buah eksotis yang menawarkan cita rasa unik dari hutan tropis, kita telah menyelami jejak-jejak peradaban Kerajaan Beruas yang misterius namun berpengaruh, sebuah pusat perdagangan kuno yang menjadi saksi bisu kejayaan maritim Semenanjung Melayu. Dan akhirnya, kita mendarat di Beruas masa kini, sebuah mukim yang hidup dan bernapas, merangkum sejarah panjangnya sambil membangun masa depannya di jantung Perak.

Meskipun detail tentang hubungan langsung antara buah dan kerajaan kuno tersebut masih menjadi subjek perdebatan ilmiah, tidak dapat dipungkiri bahwa nama "Beruas" telah menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai aspek kehidupan di wilayah ini—mulai dari lingkungan alamnya, warisan historisnya yang mendalam, hingga identitas sosial dan ekonomi kontemporer masyarakatnya. Nama ini bukan sekadar label, melainkan sebuah narasi yang menyeluruh, sebuah cerminan dari ekologi, sejarah, dan budaya yang saling terkait erat.

Memahami Beruas dalam ketiga dimensinya ini—sebagai buah, sebagai kerajaan, dan sebagai daerah modern—memberi kita apresiasi yang lebih besar terhadap kekayaan lokal dan bagaimana nama-nama tempat seringkali membawa beban sejarah, geografi, dan identitas. Beruas adalah bukti nyata bahwa di balik nama yang sederhana, terkadang tersembunyi sebuah dunia penuh cerita, pelajaran, dan potensi yang menunggu untuk terus digali dan dihargai. Kehadiran Beruas mengajarkan kita untuk selalu melihat lebih jauh dari permukaan, untuk mencari koneksi tersembunyi, dan untuk menghargai setiap lapisan dari sebuah identitas yang begitu kaya.

Mari kita terus merayakan dan melestarikan semua aspek dari Beruas, baik itu kelezatan buahnya, kemegahan sejarahnya, maupun semangat komunitas modernnya, agar warisan ini dapat terus dinikmati dan dipelajari oleh generasi-generasi mendatang. Beruas, dalam segala dimensinya, adalah permata yang tak ternilai dari lanskap Malaysia yang beragam.