Ibadah haji adalah salah satu dari lima rukun Islam, sebuah kewajiban spiritual yang unik dan mendalam bagi setiap Muslim yang mampu secara fisik, finansial, dan mental. Perjalanan suci ini bukan sekadar perjalanan fisik menuju kota Mekkah, tetapi lebih dari itu, ia adalah sebuah ekspedisi jiwa yang penuh dengan pelajaran, pengorbanan, dan pencarian kedekatan dengan Sang Pencipta. Berhaji adalah puncak dari pengabdian seorang hamba kepada Allah SWT, sebuah ritual yang menyatukan jutaan umat Muslim dari seluruh penjuru dunia dalam satu tujuan, satu pakaian, dan satu ikrar.
Pengantar tentang Ibadah Haji
Haji, secara etimologi berarti "bermaksud" atau "menuju", sedangkan secara syar'i, ia adalah bermaksud mengunjungi Baitullah (Ka'bah) di Mekkah untuk melaksanakan serangkaian ibadah sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. Ibadah ini memiliki sejarah panjang yang berakar pada masa Nabi Ibrahim AS dan kemudian disempurnakan pada masa Nabi Muhammad SAW.
Haji bukan sekadar perjalanan biasa, melainkan sebuah manifestasi dari ketundukan total seorang Muslim kepada Allah SWT. Di dalamnya terkandung nilai-nilai kesabaran, keikhlasan, persamaan, persatuan, dan pengorbanan. Setiap tahapan ibadah haji memiliki makna filosofis dan spiritual yang mendalam, mengingatkan jemaah akan tujuan hidup mereka dan mempersiapkan mereka untuk akhirat.
Kedudukan Haji dalam Islam
Sebagaimana yang telah disebutkan, haji adalah rukun Islam kelima. Ini berarti haji adalah salah satu pilar utama yang menopang keislaman seseorang. Meninggalkan haji bagi yang mampu hukumnya adalah dosa besar. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah Ali 'Imran ayat 97:
"...mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam."
Ayat ini dengan jelas menegaskan kewajiban haji bagi mereka yang memenuhi syarat kemampuan. Kewajiban ini bersifat fardhu 'ain, yaitu wajib bagi setiap individu Muslim yang memenuhi syarat, sekali seumur hidup. Meskipun demikian, haji juga bisa menjadi fardhu kifayah dalam konteks tertentu, seperti saat beberapa orang mewakili komunitas Muslim untuk tujuan tertentu, namun kewajiban utamanya tetap individual.
Sejarah Singkat Ibadah Haji
Sejarah haji tidak dapat dipisahkan dari kisah Nabi Ibrahim AS. Beliau bersama putranya, Nabi Ismail AS, adalah yang pertama kali membangun kembali Ka'bah atas perintah Allah SWT. Setelah pembangunan Ka'bah, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyerukan kepada umat manusia agar datang menunaikan haji. Seruan ini telah bergema selama ribuan tahun, menarik jutaan jiwa untuk datang ke Tanah Suci.
Namun, seiring berjalannya waktu, praktik ibadah haji mengalami penyimpangan oleh masyarakat Arab Jahiliyah. Mereka mengisi Ka'bah dengan berhala, melakukan tawaf dalam keadaan telanjang, dan mencampurkan ritual haji dengan praktik-praktik kesyirikan. Setelah penaklukan Mekkah (Fathu Makkah) pada tahun ke-8 Hijriah, Nabi Muhammad SAW membersihkan Ka'bah dari berhala dan mengembalikan tata cara haji sesuai dengan ajaran tauhid yang murni. Haji Wada' (Haji Perpisahan) yang dilakukan Nabi Muhammad SAW pada tahun ke-10 Hijriah menjadi contoh sempurna pelaksanaan ibadah haji yang diikuti oleh seluruh umat Islam hingga kini.
Syarat Wajib, Rukun, dan Wajib Haji
Untuk memahami ibadah haji secara utuh, penting untuk mengetahui perbedaan antara syarat wajib, rukun, dan wajib haji. Ketiganya memiliki implikasi hukum yang berbeda jika tidak dipenuhi.
Syarat Wajib Haji
Syarat wajib haji adalah kondisi-kondisi yang harus dipenuhi seseorang sehingga ia diwajibkan untuk menunaikan ibadah haji. Apabila salah satu syarat ini tidak terpenuhi, maka kewajiban haji gugur baginya. Syarat-syarat tersebut adalah:
- Islam: Hanya orang yang beragama Islam yang diwajibkan dan sah menunaikan ibadah haji.
- Baligh: Orang yang telah mencapai usia dewasa (baligh) menurut syariat Islam. Anak-anak yang belum baligh tidak wajib haji, namun haji mereka sah sebagai haji sunnah dan mereka tetap wajib mengulanginya setelah baligh jika mampu.
- Berakal Sehat: Orang yang berakal sehat (tidak gila atau hilang ingatan) yang wajib menunaikan haji.
- Merdeka: Bukan seorang budak. Di era modern ini, syarat ini umumnya sudah terpenuhi.
- Mampu (Istitha'ah): Ini adalah syarat yang paling kompleks dan sering menjadi pembahasan. Kemampuan ini mencakup beberapa aspek:
- Kemampuan Fisik: Sehat jasmani dan rohani, sanggup melakukan perjalanan dan rangkaian ibadah haji yang membutuhkan stamina fisik. Bagi yang tidak mampu secara fisik karena sakit permanen atau usia sangat tua, bisa mewakilkan (badal haji) kepada orang lain.
- Kemampuan Finansial: Memiliki bekal yang cukup untuk perjalanan pergi-pulang, akomodasi, makan, dan kebutuhan dasar lainnya selama di Tanah Suci, serta memiliki nafkah yang cukup untuk keluarga yang ditinggalkan selama masa haji. Harta yang digunakan harus halal.
- Keamanan Perjalanan: Adanya jaminan keamanan selama perjalanan menuju Tanah Suci dan selama melaksanakan ibadah di sana.
- Ada Mahram bagi Wanita: Bagi wanita, syarat ini penting. Ia wajib didampingi oleh mahramnya (suami, ayah, saudara laki-laki, anak laki-laki, dll.) atau oleh kelompok wanita yang terpercaya.
Rukun Haji
Rukun haji adalah amalan-amalan inti dalam ibadah haji yang apabila salah satunya tidak dikerjakan, maka haji seseorang tidak sah dan tidak dapat diganti dengan dam (denda) atau tebusan. Haji harus diulang di lain waktu. Rukun haji ada lima:
- Ihram disertai Niat: Memulai ibadah haji dengan mengenakan pakaian ihram dan mengucapkan niat haji. Niat adalah yang paling penting, menjadikan semua amalan setelahnya sebagai bagian dari haji.
- Wukuf di Arafah: Berdiam diri di Padang Arafah pada tanggal 9 Zulhijjah, dari waktu zuhur hingga terbit fajar tanggal 10 Zulhijjah. Ini adalah inti dari ibadah haji, "Al-Hajju Arafah" (Haji adalah Arafah).
- Tawaf Ifadah: Mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali setelah kembali dari Arafah dan Muzdalifah. Tawaf ini adalah rukun yang melengkapi haji dan menandai berakhirnya masa ihram secara penuh (tahallul tsani).
- Sa'i antara Safa dan Marwah: Berjalan atau berlari-lari kecil di antara bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Ini mengenang perjuangan Siti Hajar mencari air untuk Nabi Ismail AS.
- Tahallul (Mencukur Rambut): Mencukur seluruh rambut kepala atau sebagiannya. Bagi laki-laki disunnahkan mencukur gundul, sedangkan wanita cukup memotong sebagian kecil rambutnya. Ini menandakan selesainya sebagian larangan ihram (tahallul awal atau tahallul tsani).
- Tertib: Melakukan semua rukun haji sesuai urutan yang telah ditetapkan.
Wajib Haji
Wajib haji adalah amalan-amalan yang apabila ditinggalkan, haji seseorang tetap sah, tetapi ia wajib membayar dam (denda). Jika mampu, dianjurkan untuk mengganti amalan tersebut. Wajib haji meliputi:
- Ihram dari Miqat: Memulai ihram dari batas-batas yang telah ditentukan (miqat makani).
- Mabit di Muzdalifah: Bermalam di Muzdalifah setelah wukuf di Arafah pada malam tanggal 10 Zulhijjah.
- Mabit di Mina: Bermalam di Mina pada hari-hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Zulhijjah).
- Melontar Jumrah: Melontar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah pada hari-hari Tasyrik.
- Tawaf Wada': Tawaf perpisahan sebelum meninggalkan Mekkah bagi jemaah yang akan pulang ke negaranya.
- Tidak Melakukan Larangan Ihram: Menjauhi segala larangan selama dalam keadaan ihram, seperti memotong kuku, memakai wewangian, dan lain-lain.
Persiapan Menuju Tanah Suci
Menunaikan ibadah haji membutuhkan persiapan yang matang dari berbagai aspek. Persiapan ini akan sangat membantu jemaah dalam melaksanakan ibadah dengan tenang dan khusyuk.
Persiapan Spiritual
Aspek spiritual adalah yang terpenting. Haji adalah perjalanan jiwa, bukan hanya fisik. Persiapan ini meliputi:
- Niat yang Ikhlas: Memurnikan niat semata-mata karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji atau gelar 'Haji'.
- Taubat Nasuha: Memohon ampun kepada Allah SWT atas segala dosa, menyesali perbuatan masa lalu, dan bertekad tidak mengulanginya.
- Menyelesaikan Tanggungan: Meminta maaf kepada sesama manusia, melunasi utang-piutang, dan menyelesaikan segala tanggungan yang berkaitan dengan hak orang lain. Ini penting agar hati bersih dari beban sebelum menghadap Allah.
- Memperbanyak Doa dan Dzikir: Membiasakan diri dengan doa dan dzikir, memohon kemudahan dan keberkahan dalam perjalanan haji.
- Mempelajari Ilmu Haji: Membekali diri dengan pengetahuan yang cukup tentang tata cara haji (manasik haji), memahami makna di balik setiap ritual, dan hukum-hukum terkait haji.
Persiapan Fisik dan Kesehatan
Ibadah haji membutuhkan stamina fisik yang prima. Perjalanan yang panjang, cuaca yang ekstrem, dan aktivitas fisik yang intensif (berjalan kaki, tawaf, sa'i) menuntut tubuh yang bugar. Persiapan ini meliputi:
- Pemeriksaan Kesehatan Menyeluruh: Melakukan medical check-up untuk memastikan kondisi kesehatan. Vaksinasi meningitis dan influenza seringkali wajib atau sangat dianjurkan.
- Menjaga Pola Makan dan Olahraga Teratur: Membiasakan diri dengan makanan sehat dan olahraga ringan secara rutin beberapa bulan sebelum keberangkatan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
- Konsultasi dengan Dokter: Bagi yang memiliki riwayat penyakit tertentu, konsultasikan dengan dokter mengenai obat-obatan yang perlu dibawa dan bagaimana menjaga kondisi selama di Tanah Suci.
- Menyiapkan Obat-obatan Pribadi: Membawa persediaan obat-obatan rutin sesuai resep dokter dalam jumlah yang cukup.
Persiapan Finansial dan Logistik
Aspek finansial juga krusial. Biaya haji tidak sedikit, sehingga perencanaan keuangan harus dilakukan dengan cermat.
- Dana yang Halal: Memastikan seluruh dana yang digunakan untuk haji berasal dari sumber yang halal dan bersih.
- Bekal yang Cukup: Menyiapkan dana cadangan untuk keperluan tak terduga.
- Dokumen Perjalanan: Paspor, visa, kartu identitas, dan dokumen penting lainnya harus disiapkan jauh-jauh hari dan disimpan dengan aman. Fotokopi dokumen juga sangat penting.
- Perlengkapan Pakaian: Pakaian ihram, pakaian sehari-hari yang nyaman dan sesuai syariat, sandal yang nyaman, dan perlengkapan mandi pribadi.
- Obat-obatan dan Perlengkapan P3K: Obat pribadi, plester, antiseptik, vitamin, dan lainnya.
- Komunikasi: Menyiapkan sarana komunikasi seperti ponsel dan kartu SIM internasional, serta charger dan power bank.
- Koper dan Tas: Menyiapkan koper yang sesuai standar penerbangan dan tas kecil untuk keperluan sehari-hari.
- Penukaran Mata Uang: Menukar sebagian uang ke Riyal sebelum berangkat atau di bandara.
Jenis-jenis Ibadah Haji
Ada tiga jenis pelaksanaan ibadah haji, yaitu Tamattu', Qiran, dan Ifrad. Setiap jenis memiliki tata cara dan urutan pelaksanaan yang sedikit berbeda.
Haji Tamattu'
Haji Tamattu' adalah jenis haji yang paling banyak dilakukan oleh jemaah dari Indonesia. Dalam Tamattu', seseorang melaksanakan umrah terlebih dahulu, kemudian bertahallul (melepaskan diri dari ihram umrah), lalu berihram kembali untuk haji. Antara umrah dan haji ini ada jeda waktu untuk menikmati fasilitas duniawi. Jemaah yang melaksanakan haji Tamattu' wajib membayar dam (menyembelih hewan kurban).
- Ihram Umrah: Jemaah berihram dari miqat untuk melaksanakan umrah.
- Pelaksanaan Umrah: Melakukan tawaf umrah, sa'i umrah, dan tahallul (mencukur rambut). Setelah itu, jemaah bebas dari larangan ihram.
- Ihram Haji: Pada tanggal 8 Zulhijjah (Hari Tarwiyah) atau sebelumnya, jemaah kembali berihram untuk haji dari penginapan masing-masing di Mekkah.
- Pelaksanaan Haji: Melanjutkan dengan rangkaian ibadah haji seperti wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, melontar jumrah, tawaf ifadah, sa'i haji, dan tahallul tsani.
- Dam: Wajib membayar dam, biasanya berupa seekor kambing.
Haji Qiran
Haji Qiran adalah jenis haji di mana seseorang berihram untuk haji dan umrah secara bersamaan. Niat ihram dilakukan untuk keduanya. Jemaah tetap dalam keadaan ihram hingga selesai seluruh rangkaian ibadah haji. Jenis ini juga mewajibkan pembayaran dam.
- Ihram Haji dan Umrah Bersamaan: Jemaah berihram dari miqat dengan niat melaksanakan haji dan umrah sekaligus.
- Pelaksanaan Tawaf Qudum: Melakukan tawaf qudum (tawaf kedatangan) saat tiba di Mekkah.
- Pelaksanaan Sa'i: Melakukan sa'i haji dan umrah sekaligus setelah tawaf qudum atau setelah tawaf ifadah.
- Tetap dalam Keadaan Ihram: Jemaah tetap dalam keadaan ihram dan terikat larangan ihram hingga tahallul tsani setelah melontar jumrah dan tawaf ifadah.
- Pelaksanaan Haji: Melanjutkan rangkaian ibadah haji seperti wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, melontar jumrah, tawaf ifadah, dan tahallul.
- Dam: Wajib membayar dam.
Haji Ifrad
Haji Ifrad adalah jenis haji di mana seseorang berihram untuk haji terlebih dahulu. Setelah selesai seluruh rangkaian ibadah haji, barulah ia melaksanakan umrah. Haji jenis ini tidak diwajibkan membayar dam.
- Ihram Haji: Jemaah berihram dari miqat hanya untuk haji.
- Pelaksanaan Tawaf Qudum: Melakukan tawaf qudum saat tiba di Mekkah.
- Tetap dalam Keadaan Ihram: Jemaah tetap dalam keadaan ihram dan terikat larangan ihram hingga tahallul tsani.
- Pelaksanaan Haji: Melanjutkan rangkaian ibadah haji seperti wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, melontar jumrah, tawaf ifadah, sa'i haji, dan tahallul.
- Pelaksanaan Umrah (Opsional): Setelah selesai haji dan bertahallul sepenuhnya, barulah jemaah boleh berihram untuk melaksanakan umrah jika berkeinginan.
- Dam: Tidak wajib membayar dam.
Pemilihan jenis haji biasanya disesuaikan dengan waktu kedatangan jemaah, aturan dari otoritas haji negara asal, dan kondisi individu. Haji Tamattu' adalah yang paling fleksibel dan populer karena memungkinkan jemaah untuk beristirahat di antara umrah dan haji.
Rangkaian Ritual Ibadah Haji (Manasik Haji)
Berikut adalah penjelasan detail mengenai setiap tahapan dalam ibadah haji, umumnya mengacu pada haji Tamattu' yang banyak dilakukan.
1. Ihram dan Niat
Ihram adalah awal dari seluruh ritual haji. Sebelum memasuki Mekkah, jemaah harus berihram dari miqat yang telah ditentukan. Miqat adalah batas area yang tidak boleh dilewati oleh jemaah tanpa berihram.
Miqat Makani (Batas Tempat):
- Dzul Hulaifah (Bir Ali): Untuk jemaah yang datang dari arah Madinah.
- Juhfah: Untuk jemaah yang datang dari arah Syam (Suriah, Yordania, Mesir) dan Maroko.
- Qarnul Manazil (As-Sail Al-Kabir): Untuk jemaah yang datang dari arah Najd (Riyadh, Uni Emirat Arab).
- Yalamlam: Untuk jemaah yang datang dari arah Yaman dan Indonesia (jika langsung ke Mekkah).
- Dzat Irq: Untuk jemaah yang datang dari arah Irak.
Tata Cara Ihram:
- Mandi Sunnah Ihram: Membersihkan diri, memotong kuku, merapikan rambut.
- Mengenakan Pakaian Ihram: Pria mengenakan dua helai kain putih tanpa jahitan (satu dililit di pinggang hingga lutut, satu diselendangkan di bahu). Wanita mengenakan pakaian biasa yang menutup seluruh aurat kecuali wajah dan telapak tangan, tanpa perhiasan yang mencolok.
- Shalat Sunnah Ihram: Dua rakaat.
- Niat Ihram: Mengucapkan niat haji atau umrah (tergantung jenis haji) secara lisan, misalnya: "Labbaikallahumma Hajjan" (Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah untuk haji). Niat dalam hati adalah yang utama.
- Talbiyah: Setelah niat, jemaah disunnahkan untuk memperbanyak membaca talbiyah: "Labbaikallahumma Labbaik, Labbaika La Syarika Laka Labbaik, Innal Hamda Wan Ni'mata Laka Wal Mulk, La Syarika Lak." (Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat adalah milik-Mu, dan begitu pula kekuasaan, tiada sekutu bagi-Mu). Talbiyah ini terus dikumandangkan hingga melontar Jumrah Aqabah.
Selama dalam keadaan ihram, jemaah dilarang melakukan beberapa hal (larangan ihram) seperti memotong kuku, mencukur rambut, memakai wewangian, memakai pakaian berjahit (bagi pria), berburu, menikah, dan berhubungan suami istri.
2. Tawaf Qudum (Tawaf Kedatangan)
Setelah tiba di Mekkah, jemaah haji yang berhaji Qiran atau Ifrad disunnahkan untuk melakukan Tawaf Qudum. Bagi jemaah Tamattu', mereka akan langsung melaksanakan tawaf umrah. Tawaf adalah mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali, dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir di Hajar Aswad. Posisi Ka'bah harus selalu di sebelah kiri jemaah.
Tata Cara Tawaf:
- Memulai dari Hajar Aswad: Berdiri menghadap Hajar Aswad, memberi isyarat dengan tangan kanan, dan mengucapkan "Bismillahi Allahu Akbar".
- Putaran 1-7: Mengelilingi Ka'bah tujuh kali. Tiga putaran pertama disunnahkan lari-lari kecil (ramal) bagi pria, empat putaran berikutnya berjalan biasa.
- Doa dan Dzikir: Memperbanyak doa, dzikir, dan membaca Al-Qur'an selama tawaf. Doa khusus di setiap putaran tidak ada yang baku, namun ada doa sunnah di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad: "Rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina adzabannar."
- Shalat Sunnah Tawaf: Setelah selesai tujuh putaran, disunnahkan shalat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim (jika memungkinkan) atau di tempat lain di Masjidil Haram.
- Minum Air Zamzam: Disunnahkan minum air Zamzam setelah shalat tawaf.
3. Sa'i (Antara Safa dan Marwah)
Sa'i adalah berjalan atau berlari-lari kecil antara Bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Dimulai dari Safa dan berakhir di Marwah. Perhitungan: Safa ke Marwah dihitung 1, Marwah ke Safa dihitung 2, dan seterusnya.
Tata Cara Sa'i:
- Memulai dari Safa: Setelah tawaf, menuju Bukit Safa. Berdiri di atas Safa menghadap Ka'bah, mengangkat tangan, dan membaca takbir dan tahmid.
- Berjalan Menuju Marwah: Berjalan menuju Marwah. Bagi pria, disunnahkan berlari-lari kecil di antara dua pilar hijau (disebut milainil akhdharain). Bagi wanita, berjalan biasa.
- Doa dan Dzikir: Memperbanyak doa dan dzikir selama sa'i.
- Mengakhiri di Marwah: Setelah tujuh kali perjalanan (berakhir di Marwah), sa'i selesai.
4. Wukuf di Arafah (Inti Haji)
Wukuf di Arafah adalah rukun haji terpenting dan puncak dari seluruh rangkaian ibadah haji. Waktu wukuf adalah pada tanggal 9 Zulhijjah, dari tergelincir matahari (waktu zuhur) hingga terbit fajar tanggal 10 Zulhijjah.
Pelaksanaan Wukuf:
- Perjalanan ke Arafah: Pada pagi hari tanggal 9 Zulhijjah, jemaah bergerak menuju Padang Arafah.
- Berdiam Diri: Jemaah berdiam diri di Arafah, meskipun tidak harus berdiri atau terus-menerus berdoa. Namun, waktu ini adalah kesempatan emas untuk berdoa, berdzikir, memohon ampunan, dan merenung.
- Shalat Zuhur dan Asar Jama' Taqdim: Di Arafah, disunnahkan untuk menjamak shalat Zuhur dan Asar pada waktu Zuhur dengan satu azan dan dua iqamah.
- Memperbanyak Doa: Ini adalah waktu mustajab. Jemaah dianjurkan memperbanyak doa untuk diri sendiri, keluarga, dan seluruh umat Muslim. Khutbah wukuf juga akan disampaikan.
- Hingga Magrib: Jemaah harus berada di Arafah hingga matahari terbenam. Meninggalkan Arafah sebelum magrib membatalkan wukufnya, sehingga hajinya tidak sah.
Makna wukuf sangat mendalam: ia adalah simulasi Padang Mahsyar, tempat seluruh umat manusia akan dikumpulkan di hari kiamat. Di sinilah kesetaraan umat manusia sangat terasa, semua mengenakan pakaian yang sama, dengan tujuan yang sama, memohon ampunan kepada Allah SWT.
5. Mabit di Muzdalifah
Setelah matahari terbenam pada tanggal 9 Zulhijjah, jemaah meninggalkan Arafah dan bergerak menuju Muzdalifah. Mabit (bermalam) di Muzdalifah adalah wajib haji.
Pelaksanaan Mabit di Muzdalifah:
- Perjalanan ke Muzdalifah: Bergerak dari Arafah ke Muzdalifah setelah magrib.
- Shalat Magrib dan Isya Jama' Taqdim: Sesampainya di Muzdalifah, jemaah melaksanakan shalat Magrib dan Isya secara jama' taqdim (dilakukan pada waktu Isya) dengan satu azan dan dua iqamah.
- Mengumpulkan Kerikil: Di Muzdalifah, jemaah disunnahkan mengumpulkan kerikil sebanyak 7 atau 49 butir untuk melontar jumrah di hari-hari berikutnya.
- Bermalam: Jemaah berdiam di Muzdalifah hingga terbit fajar tanggal 10 Zulhijjah. Namun, cukup berada di Muzdalifah walau sebentar di antara magrib dan subuh.
6. Melontar Jumrah Aqabah
Pada pagi hari tanggal 10 Zulhijjah (Hari Raya Idul Adha), jemaah meninggalkan Muzdalifah menuju Mina untuk melontar Jumrah Aqabah.
Pelaksanaan Melontar Jumrah Aqabah:
- Dari Muzdalifah ke Mina: Bergerak dari Muzdalifah ke Mina setelah subuh tanggal 10 Zulhijjah.
- Melontar Tujuh Kerikil: Melontar Jumrah Aqabah (jumrah paling besar) dengan tujuh butir kerikil secara berturut-turut. Setiap lontaran disertai ucapan "Allahu Akbar".
- Waktu Melontar: Waktu utama melontar Jumrah Aqabah adalah setelah terbit matahari pada tanggal 10 Zulhijjah hingga terbenam matahari.
Melontar jumrah melambangkan penolakan terhadap godaan setan, sebagaimana Nabi Ibrahim AS melontar setan yang berusaha menggoda beliau.
7. Tahallul Awal
Setelah melontar Jumrah Aqabah, jemaah sudah bisa melakukan tahallul awal. Ini berarti beberapa larangan ihram sudah boleh dilepas.
Pelaksanaan Tahallul Awal:
- Mencukur Rambut: Mencukur seluruh rambut kepala (halq) bagi pria, atau memotong sebagian kecil (taqshir) bagi pria dan wanita. Mencukur gundul lebih utama bagi pria.
Setelah tahallul awal, jemaah sudah boleh memakai pakaian biasa, memotong kuku, memakai wewangian, dan melakukan hal-hal yang sebelumnya dilarang kecuali berhubungan suami istri. Ini adalah penanda selesainya hari yang paling sibuk, yaitu tanggal 10 Zulhijjah.
8. Tawaf Ifadah
Tawaf Ifadah adalah rukun haji yang wajib dilaksanakan setelah wukuf di Arafah. Umumnya, dilaksanakan setelah melontar Jumrah Aqabah dan tahallul awal pada tanggal 10 Zulhijjah, atau setelah hari-hari Tasyrik.
Pelaksanaan Tawaf Ifadah:
- Mengelilingi Ka'bah: Sama seperti tawaf lainnya, tujuh putaran mengelilingi Ka'bah.
- Waktu Pelaksanaan: Waktu utama adalah tanggal 10 Zulhijjah. Namun, bisa dilakukan hingga akhir hari Tasyrik, bahkan ada kelonggaran jika ada udzur.
- Shalat Sunnah Tawaf: Dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim.
Tawaf Ifadah adalah penanda sahnya ibadah haji secara sempurna. Setelah ini, jemaah sudah terbebas dari hampir semua larangan ihram.
9. Sa'i Haji
Bagi jemaah haji Tamattu', mereka akan melakukan sa'i haji setelah tawaf Ifadah. Bagi Qiran dan Ifrad, sa'i sudah bisa dilakukan setelah tawaf qudum dan tidak perlu diulang.
Pelaksanaan Sa'i Haji:
- Sama dengan Sa'i Umrah: Tata caranya sama persis dengan sa'i umrah, yaitu tujuh kali perjalanan antara Safa dan Marwah.
- Setelah Tawaf Ifadah: Dilakukan setelah menyelesaikan Tawaf Ifadah.
10. Tahallul Tsani (Tahallul Akbar)
Tahallul tsani terjadi setelah jemaah menyelesaikan tiga amalan utama pada tanggal 10 Zulhijjah atau setelahnya, yaitu melontar Jumrah Aqabah, mencukur rambut, dan Tawaf Ifadah. Dengan tahallul tsani, seluruh larangan ihram sudah gugur, termasuk berhubungan suami istri.
11. Mabit di Mina (Hari-hari Tasyrik)
Mabit (bermalam) di Mina pada hari-hari Tasyrik (tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijjah) adalah wajib haji. Jemaah akan tinggal di tenda-tenda di Mina.
Pelaksanaan Mabit di Mina:
- Bermalam: Jemaah bermalam di Mina pada malam tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijjah.
- Melontar Jumrah: Setiap hari Tasyrik (setelah waktu zuhur), jemaah wajib melontar tiga jumrah: Ula (kecil), Wustha (menengah), dan Aqabah (besar), masing-masing tujuh kali lontaran. Dimulai dari Jumrah Ula, lalu Wustha, dan terakhir Aqabah.
Bagi jemaah yang ingin mengambil nafar awal, mereka dapat meninggalkan Mina pada tanggal 12 Zulhijjah setelah melontar jumrah dan sebelum magrib. Jika tidak, mereka melanjutkan mabit dan melontar hingga tanggal 13 Zulhijjah (nafar tsani).
12. Tawaf Wada' (Tawaf Perpisahan)
Tawaf Wada' adalah tawaf perpisahan yang wajib dilakukan oleh setiap jemaah haji sebelum meninggalkan Mekkah dan pulang ke negaranya. Ini adalah amalan terakhir dalam rangkaian haji.
Pelaksanaan Tawaf Wada':
- Saat Hendak Pulang: Dilakukan saat jemaah benar-benar sudah siap untuk meninggalkan Mekkah. Setelah tawaf ini, tidak boleh ada kegiatan lain yang menunda kepulangan, kecuali persiapan bekal atau menunggu jadwal keberangkatan.
- Tujuh Putaran: Sama seperti tawaf lainnya, tujuh putaran mengelilingi Ka'bah.
- Tidak Ada Sa'i: Setelah Tawaf Wada', tidak ada sa'i.
- Tidak Wajib bagi Wanita Haid/Nifas: Wanita yang sedang haid atau nifas tidak diwajibkan melakukan Tawaf Wada'.
Hikmah dan Makna Haji yang Mendalam
Di balik setiap ritual haji, terkandung hikmah dan makna filosofis yang sangat mendalam, yang bertujuan untuk membentuk pribadi Muslim yang lebih baik dan bertakwa.
1. Kesatuan Umat Islam (Ukhuwah Islamiyah)
Haji adalah manifestasi paling nyata dari kesatuan umat Islam. Jutaan Muslim dari berbagai ras, bangsa, bahasa, dan status sosial berkumpul di satu tempat, mengenakan pakaian yang sama (ihram), dengan satu tujuan: beribadah kepada Allah SWT. Di Arafah, di depan Ka'bah, tidak ada perbedaan antara raja dan rakyat jelata, si kaya dan si miskin. Semua adalah hamba Allah yang setara. Ini mengajarkan pentingnya persatuan, persaudaraan, dan menghilangkan sekat-sekat duniawi.
2. Pengorbanan dan Keikhlasan
Perjalanan haji membutuhkan pengorbanan besar, baik secara finansial, fisik, maupun emosional. Meninggalkan keluarga, mengeluarkan biaya besar, menahan diri dari hawa nafsu selama ihram, serta menghadapi tantangan fisik seperti cuaca ekstrem dan keramaian, semuanya adalah bentuk pengorbanan. Ini melatih keikhlasan, bahwa semua dilakukan semata-mata karena Allah, bukan untuk mencari pujian atau status.
3. Peningkatan Ketakwaan dan Pembersihan Dosa
Wukuf di Arafah adalah momen puncak pengampunan dosa. Di sinilah jemaah bermunajat, bertaubat, dan memohon rahmat Allah. Banyak hadis yang menyebutkan bahwa haji mabrur (haji yang diterima) akan menghapus dosa-dosa masa lalu, bagaikan bayi yang baru lahir. Ini adalah kesempatan untuk memulai lembaran hidup baru dengan hati yang bersih dan tekad yang kuat untuk meningkatkan ketakwaan.
4. Mengingat Sejarah Para Nabi
Setiap ritual haji mengingatkan jemaah pada jejak langkah para Nabi, khususnya Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar, dan Nabi Ismail AS, serta Nabi Muhammad SAW. Tawaf mengingatkan pada pembangunan Ka'bah oleh Ibrahim dan Ismail. Sa'i mengenang perjuangan Siti Hajar mencari air. Melontar jumrah meneladani keteguhan Ibrahim dalam menolak godaan setan. Ini semua memperkuat keyakinan dan ikatan emosional dengan sejarah Islam.
5. Pelatihan Kesabaran dan Disiplin
Ibadah haji adalah ujian kesabaran yang luar biasa. Menghadapi jutaan orang, antrean panjang, cuaca panas, dan kelelahan fisik, semuanya memerlukan kesabaran tingkat tinggi. Pelaksanaan ritual yang harus sesuai dengan tata cara dan waktu yang ditetapkan juga melatih kedisiplinan dan ketaatan pada aturan.
6. Meningkatkan Rasa Syukur
Melihat begitu banyak orang yang berjuang untuk menunaikan haji, merasakan atmosfer spiritual yang begitu kuat, dan menyaksikan kebesaran Allah SWT melalui keberadaan Ka'bah dan tempat-tempat suci lainnya, akan menumbuhkan rasa syukur yang mendalam dalam diri jemaah. Syukur atas nikmat Islam, nikmat kemampuan berhaji, dan nikmat hidup yang telah diberikan.
7. Transformasi Pribadi Menjadi Haji Mabrur
Haji mabrur adalah impian setiap jemaah. Haji mabrur bukan hanya haji yang sah, tetapi juga haji yang diterima Allah SWT dan membawa perubahan positif pada diri pelakunya setelah kembali ke tanah air. Indikator haji mabrur adalah peningkatan kualitas ibadah, akhlak yang lebih mulia, semakin dekatnya hubungan dengan Allah, dan manfaat yang dirasakan oleh lingkungan sekitar. Seorang haji mabrur akan menjadi pribadi yang lebih sabar, tawadhu', dermawan, dan senantiasa berbuat kebaikan.
Tantangan dan Tips Melaksanakan Haji
Meskipun penuh hikmah, perjalanan haji juga memiliki tantangan tersendiri. Namun, dengan persiapan yang matang dan sikap yang benar, tantangan tersebut dapat diatasi.
Tantangan Umum:
- Keramaian: Jutaan jemaah dari seluruh dunia berkumpul, menyebabkan kepadatan di setiap tempat ritual.
- Cuaca Ekstrem: Suhu di Tanah Suci bisa sangat panas, terutama saat musim panas.
- Kelelahan Fisik: Jarak tempuh antar ritual yang jauh, ditambah dengan kurang tidur, bisa menyebabkan kelelahan.
- Bahasa dan Budaya: Perbedaan bahasa dan budaya antar jemaah bisa menjadi hambatan.
- Risiko Penyakit: Interaksi dengan banyak orang meningkatkan risiko penyebaran penyakit.
Tips Penting untuk Jemaah Haji:
- Jaga Kesehatan: Konsumsi vitamin, cukup istirahat, minum air yang banyak untuk menghindari dehidrasi, dan gunakan masker di tempat ramai.
- Perbanyak Doa: Jangan pernah lelah berdoa, terutama di tempat-tempat dan waktu-waktu mustajab.
- Sabar dan Ikhlas: Ini adalah kunci utama. Hadapi setiap kesulitan dengan sabar dan niatkan semua karena Allah.
- Ikuti Petunjuk Pembimbing: Patuhi setiap arahan dari pembimbing haji atau ketua rombongan untuk kelancaran ibadah.
- Jaga Kebersihan: Selalu jaga kebersihan diri dan lingkungan.
- Manfaatkan Waktu Luang: Gunakan waktu luang untuk berdzikir, membaca Al-Qur'an, atau mendengarkan ceramah.
- Jaga Barang Bawaan: Waspada terhadap pencopetan atau kehilangan barang. Simpan dokumen penting di tempat aman.
- Tolong-Menolong: Bantu sesama jemaah, terutama yang lemah atau membutuhkan bantuan.
- Pelajari Bahasa Arab Dasar: Pelajari beberapa frasa dasar untuk komunikasi sehari-hari.
- Jangan Takut Bertanya: Jika tidak yakin tentang suatu ritual, jangan ragu bertanya kepada pembimbing atau ulama yang terpercaya.
Setelah Kembali dari Tanah Suci
Kepulangan dari haji bukanlah akhir dari perjalanan spiritual, melainkan awal dari babak baru dalam kehidupan seorang Muslim. Gelar "Haji" atau "Hajjah" bukanlah sekadar panggilan kehormatan, melainkan sebuah amanah dan tanggung jawab moral untuk senantiasa menjaga kualitas ibadah dan akhlak.
Menjaga Kemabruran Haji
Haji mabrur memiliki ciri-ciri yang dapat dilihat dari perubahan perilaku pelakunya setelah pulang. Seorang haji mabrur akan:
- Lebih Taqwa: Meningkatnya ketaatan kepada Allah SWT, lebih rajin shalat, puasa, dan ibadah lainnya.
- Akhlak Mulia: Bertutur kata yang baik, sabar, rendah hati, dermawan, dan menjauhi perbuatan tercela.
- Peduli Sosial: Semakin peka terhadap lingkungan sekitar, gemar bersedekah, dan berbuat kebaikan.
- Menjadi Teladan: Menjadi contoh yang baik bagi keluarga dan masyarakat dalam beragama dan bermuamalah.
- Menjauhi Dosa: Berusaha semaksimal mungkin menjauhi segala bentuk dosa dan kemaksiatan.
Menjaga kemabruran haji adalah sebuah perjuangan seumur hidup. Godaan duniawi akan selalu ada, namun seorang haji mabrur akan selalu berusaha untuk mempertahankan semangat dan nilai-nilai yang telah diperolehnya selama di Tanah Suci.
Dampak Positif Haji bagi Individu dan Masyarakat
Ibadah haji tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada masyarakat secara luas. Bagi individu, haji memberikan pengalaman spiritual yang tak terlupakan, membersihkan hati, dan meningkatkan kualitas diri. Bagi masyarakat, para haji yang pulang membawa nilai-nilai positif dapat menjadi motor penggerak kebaikan, agen perubahan, dan perekat persatuan umat. Keberadaan mereka diharapkan dapat membawa berkah dan kemajuan bagi lingkungan tempat mereka tinggal.
Penutup
Ibadah haji adalah perjalanan agung yang menawarkan pengalaman spiritual yang tak tertandingi. Ia adalah rukun Islam yang mengajarkan kita tentang kesabaran, pengorbanan, kesatuan, dan kerendahan hati. Setiap ritual yang dilakukan, setiap langkah yang diayunkan di Tanah Suci, mengandung makna mendalam yang mampu mentransformasi jiwa seorang Muslim.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesempatan bagi kita semua untuk dapat menunaikan ibadah haji ke Baitullah, dan menjadikan haji kita sebagai haji yang mabrur, diterima di sisi-Nya, serta membawa perubahan positif yang berkelanjutan dalam hidup kita dan menjadi bekal terbaik untuk kehidupan di akhirat kelak.
Berhaji adalah panggilan cinta, sebuah perjalanan menuju keabadian yang mengubah setiap inci diri menjadi lebih dekat dengan Ilahi.